Dua Puluh Tiga

82 8 1
                                    

Bara duduk di UKS. Menunggu lukanya diobati oleh anggota PMR yang saat itu berjaga. Salah satunya Calista. PMR yang saat ini menangani luka di wajah Bara. Mengobatinya dengan obat merah.

Sedangkan Leo? Lelaki itu sudah pasti mendekam di ruang BK. Tapi, memangnya sekolah ini mau apa? Kan juga tidak mungkin mengeluarkan Leo untuk kedua kalinya. Langkah yang bisa diambil kepala sekolah hanyalah berembuk dengan BK dari sekolah baru Leo untuk mengatasi masalah ini.

Kalau Atha? Perempuan itu sudah jelas ikut ke ruang BK untuk menjelaskan kenapa semua ini terjadi. Sebenarnya sih, akar permasalahannya itu terletak kepada Bara yang terlalu bucin. Hehe.

"Kok bisa berantem sama Leo?" Tanya Calista saat sedang mengobati luka Bara. Tidak mengalihkan perhatiannya dari luka yang juga ia kompres saat ini dengan air hangat.

Sesekali Bara meringis menahan sakit saat lukanya di tekan terlalu keras. "Ada masalah sama Leo"

Calista mengangkat kedua alisnya, meminta penjelasan lebih rinci. Tidak biasanya seorang Barasthia memulai perkelahian. Apalagi, dengan Leo. Keduanya bahkan berkemungkinan besar tidak saling kenal.

"Dia... Nyakitin Atha" Ujar Bara lagi. Menahan amarah yang seketika memuncak saat membahas Atha dan Leo.

Sang perempuan hanya sok manggut manggut mengerti, walau sebenarnya hatinya sakit juga mendengar ucapan Bara. Sepenting itukah Atha?

"Udah..."

"BAR!" Suara melengking dari pintu UKS terdengar. Membuat Bara sontak menengok ke pemilik suara.

Disana ada Atha dengan wajah khawatirnya mencari keberadaan Bara.

"Lo nggak papa? Gue pengen nangis liat lo kayak gini" Atha menggeser kasar tubuh Calista yang berdiri tepat di depan Bara.

Bara berdecak. "Lo nggak jenguk Leo aja?" Sarkas.

"Gue... Belum siap buat ketemu dia sekarang. Dia kayaknya lebih parah sih lukanya daripada lo. Lo nonjoknya parah Bar. Sampek segitunya. Tadi dia dianter ke sekolahannya buat nyelesaiin masalah ini. Dia bilang ke guru BK kalo lo yang mulai." Jawab Atha panjang lebar.

"Emang gue yang mulai. Gue nggak suka dia ada di deket lo. Paham?" Ujar Bara.

"Ya tapi kan nggak harus berantem sampe segitunya juga kan Bar"

Bara terdiam sekejap.

"Kak Cal" Panggil Bara selanjutnya. "Boleh minta tolong lanjutin ngobatinnya?" Calista yang sedari tadi hanya diam, langsung terkesiap. "Awas Tha".

Atha jelas merengut kesal. Tubuhnya sedikit beralih dari hadapan Bara. Lelaki itu mendorong pelan tubuh Atha dengan lengan miliknya. Kenapa Bara nggak minta tolong Atha saja? Atha juga bisa kok ngobatin luka gitu aja walaupun dia bukan anggota PMR.

Sekitar 10 menit Atha hanya duduk diam disamping Bara. Calista melanjutkan tugasnya berjaga di barisan murid saat ini. Tidak ada yang memulai percakapan. Sampai Atha akhirnya mengalah dengan menoel pelan bahu Bara.

Bara mendengus kesal. "Apa?!"

"Kok diem?" Atha benar benar manusia tidak peka.

"Ya lo pikir aja sendiri!"

Atha itu sudah berpikir daritadi Bara! Bahkan sampai otaknya mau meledak memikirkan kenapa Bara marah. Tapi tidak paham paham.

"Gue... Ada salah?"

Masih bertanya! Jelas jelas keterpihakan Atha ke Leo yang membuat Bara marah. Bisa bisanya.

Bara tak menjawab. Hanya diam. Tadi, guru BK sudah menghampiri Bara di UKS. Mengatakan bahwa Bara di skorsing selama 3 hari karena membuat keributan yang amat parah saat upacara. Sudah jelas mendapat skor, Bara sudah tau pasti. Aksinya tadi memang gila. Amarah Bara tiba tiba memuncak saat Leo berada di sekitarnya. Seperti ada sirine bahaya.

AthariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang