Dua Puluh Empat

117 7 3
                                    

"Bukain jeruk!"

Sang 'kacung sementara' langsung menurut. Mengambil sebuah jeruk, dan mengupasnya, lalu menyuapkan ke lelaki yang kini berlagak tidak berdaya di atas ranjang tempat tidur. Lengkap dengan hiasan perban di kepala.

"Gila ya lo. Nggak hati hati. Gue sampe nangis kejer di tengah jalan tau!"

Pagi tadi, Bara akhirnya diantar salah satu guru SMA Brawijaya dengan menaiki mobil menuju rumah sakit. Lelaki itu tetap tak sadarkan diri dalam perjalanan.

Bara rasa keadaan pingsannya adalah masa tertenang karena ia tidak mendengar ocehan Atha sama sekali. Namun sayang, ketika lukanya telah diobati serta mendapat beberapa jahitan di sekitar wajah, orang pertama yang Bara lihat ketika sadar adalah Atha dengan mata sembabnya.

Bara mendengus geli. Ia sudah dapat membayangkan dengan pasti bagaimana reaksi berlebihan Atha saat ia khawatir.

"Malah ketawa! Yang nabrak lo langsung pergi lagi. Gue doain dia kena karma!" Atha mengepalkan tangannya seakan ingin memukul siapapun orang yang berusaha melukai Bara.

"Jelek banget doa lo" Bara menarik bibir Atha. Membuat pemilik bibir mengaduh kesakitan.

Atha bilang, orang tua Bara sudah dalam perjalanan kesini. Orang tua mana yang tidak bingung jika mendapat pesan bahwa anaknya kecelakaan. Walaupun, awalnya ibu Bara mengira bahwa nomer Atha yang memberitahu bahwa Bara kecelakaan adalah motif 'Mama Minta Pulsa'.

Athari menghembuskan nafas lega. Lega karena Bara masih disampingnya. Perempuan itu menggenggam tangan Bara yang berada tepat di depan gadis itu.

"Gue nggak akan biarin lo luka Bar. Gue akan lindungin lo. Gue akan nyebrangin lo kemana mana, dan nggak akan mau pisah dari lo" Tumben Atha seserius ini.

"Nggak kebalik? Alay banget"

"Gue serius tau" Atha menempelkan punggung tangan Bara ke pipinya. Sangat bersyukur Tuhan tidak membuat Bara pergi.

"Assalamualaikum... Kamarnya Bara? Kamu kok bisa kecelakaan sih? Nggak hati hati pasti."  Seorang perempuan paruh baya lengkap dengan pasangannya masuk tiba tiba ke kamar Bara. Berjalan heboh menuju ke ranjang anaknya. Tadi, Atha sudah mengetikkan alamat kamar Bara ke orang tua Bara.

"Iya nih Tante. Bara nggak jelas. Bikin orang khawatir aja" Sinis Atha melihat Bara yang malah terkekeh melihat orang tuanya datang tergopoh kebingungan dengan masih menggunakan seragam dinas.

"Kamu pulang dulu aja Tha. Ganti baju. Biar om sama tante yang gantian jagain Bara. Lagian ini sudah sore." Ujar Aditya, Ayah Bara, ketika menyadari Atha masih menggunakan seragam sekolah.

Atha memandang dirinya sendiri. "Beneran nih om?"

Aditya mengangguk.

"Tapi lo nanti jangan lupa balik kesini lagi!" Bara melempar Atha dengan kulit jeruk yang Atha taruh di atas nakas. Membuat perempuan itu melotot tidak terima.

"Ih bawel banget sih!"

Percekcokan itu tidak akan berhenti jika saja Amanda, ibu Bara, tidak menengahi.

"Heh... Udah dong. Bar, Atha kan besok masih harus sekolah. Biar dia jenguknya besok aja sekalian." Ujar Amanda sambil membenahi selimut Bara, dan merapikan nakas. "Maafin Bara yang ngerepotin ya. Nih anak emang... Hih! Maafin Tante juga karena baru dateng"

Bara tak menjawab.

"Nanti malem deh saya kesini lagi" Atha. Lagipula, dia juga gabut nggak ada kerjaan kan? Jadi, kalo nanti malam menjenguk Bara juga bukanlah masalah untuknya.

"Nggak usah Tha. Bara emang manja. Gak usah diturutin!" Jawab Amanda sambil melirik sinis ke arah Bara.

***

Menuruti perkataan Ibu Bara, sepulang sekolah Atha rencananya akan menjenguk Bara. Namun, berbeda dengan kemarin, hari ini Atha datang bersama Windu, Okta, dan teman bandnya yang lain. Berbondong bondong seperti mau tawuran saja.

"Sore Baraaa" Ujar Atha ketika gadis itu sampai di kamar inap Bara, dan membuka pintu dengan penuh rasa bangga karena telah membawa rombongan datang ke sini.

Sang pasien tampan yang kini duduk bersila sambil menonton tv di atas kasur rumah sakit mengernyit melihat banyak sekali orang yang berjalan di belakang Atha.

"Gue ajak temen temen. Mereka bilang mau jenguk lo" Atha ikut duduk di atas kasur. Sementara yang lain segera menyalami Bara dan menanyakan kabar lelaki itu.

Orang tua Bara hari ini bekerja. Bara bilang, ia bisa jaga diri. Lagipula, Atha sekarang sudah membawa banyak pasukan bukan?

"Lo kok bisa di tabrak lari gitu sih? Murni kecelakaan atau..." Tanya Mika.

"Heeeeh! Jangan suudzon" Windu sok alim di depan Bara.

Bara hanya mengedikkan bahu. Tak tahu. Kalaupun kemarin adalah sesuatu yang di sengaja, lantas siapa orang yang pantas disebut tersangka? Bara merasa ia tak pernah punya masalah dengan siapapun.

"Kapan dibolehin pulang?" Kali ini Dion yang bertanya.

"Lusa palingan. Lagian cuma luka luar kok yang parah. Nggak ada patah tulang sama sekali"

Sekitar pukul 5 sore, teman teman Bara pamit untuk pulang. Kecuali Atha. Perempuan itu tetap tinggal. Sejak pagi, ia sudah membawa baju ganti dari rumah. Jadi tidak ada alasan bagi Bara untuk mengusir Atha kali ini.

"Gue pesenin lo Mcd lewat grab" Ujar Bara tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel saat melihat Atha telah kembali ke kamarnya setelah mengantar teman teman untuk menuju parkiran rumah sakit.

Atha mengangkat alisnya. Tersenyum senang. Perutnya berbunyi keras sejak tadi. Mau mengadu ke Bara, takut merepotkan. Tumben.

"Thank you" Atha berjalan ke arah Bara. "Masih sakit nggak sih?" Atha menarik paksa wajah Bara untuk menatapnya. Meneliti luka Bara satu per satu.

Bara terdiam. Pasrah. Lagipula, memandangi wajah Atha sedekat ini bukanlah hal yang membosankan. Atha cantik. Semua juga tahu itu.

"Emm... Enggak" Bara malas menjawab. Sibuk menikmati tiap jengkal wajah Atha saat ini.

Lelaki itu bahkan tak sadar jika kedua tangannya telah menangkup pipi Atha.

"Bar, jangan cium gue!" Celetuk Atha. Membuat Bara menjauhkan jarak diantara mereka. Takut khilaf.

"GR lo bego!"

Atha berdecih.

Tuk tuk tuk

Suara keyboard yang ditekan dari ponsel Bara, seakan sengaja untuk menegaskan bahwa lelaki itu sedang melakukan chatting.

"Kayaknya seru amat. Chat siapa?" Tanya Atha. Berusaha mengintip kontak siapa yang Bara ajak chatting kali ini.

Bara menjauhkan tubuhnya. Menghalangi Atha untuk mengintip lebih jauh. "Kak Calista".

Gawat! Atha langsung sebal tiba tiba. Terserang badmood mendadak. Padahal dia baru saja datang bulan beberapa hari lalu.

"Cewek itu mau jenguk Lo?"

Bara mengangguk tanpa ekspresi.

"Gue pulang aja kalo dia dateng"

Kali ini Bara mendongak. "Lah. Cemburu ya?"

Apa! Atha jelas tidak diterima dikatakan cemburu! Cewek itu memukul pelan di luka perban milik Bara. Sengaja. Agar Bara meringis kesakitan.

"Bodo amat lah! Pokoknya gue mau pul..."

"Permisi. Bara?"

Ah! Terlambat Atha! Suara paling tidak kamu sukai sudah terdengar merasuk dalam indra pendengaran.

Perempuan yang sangat tidak Atha restui untuk bersama Bara, telah berdiri di ambang pintu sambil membawa bungkusan buah.

Dan jangan lupa juga dengan senyum sok baik bak malaikat miliknya. Atha benar benar tidak suka dengan Calista.

AthariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang