Hari minggu pagi, tepatnya pukul 7. Atha dengan baju atasan dan bawahan baby doll sudah berada di rumah Bara. Rumah Bara sepi. Karena Daniel menginap di kostan teman SMAnya sejak kemarin malam, sedangkan orang tua Bara tetap bekerja karena ini hari sabtu.
Lelaki itu meminta tolong agar Atha sedikit memotong bagian rambutnya yang kepanjangan. Sebenarnya, Bara meminta Atha untuk mengantarnya saja ke tukang potong rambut langganan. Walaupun dari dulu memang Atha sering memangkas rambut Bara, tapi hal itu tak membuat Bara menjadi kebal.
Seperti sekarang. Mereka berdua berada di ruang tamu Bara. Bara duduk di kursi yang ia ambil dari ruang makan, sementara Atha memilih untuk berdiri. Di bawah mereka sudah diberi alas koran untuk tempat rambut yang terpotong. Agar mudah membersihkannya.
"Kite jengen ngomeng ya Ber" Ujar Atha. Di wajah gadis itu, sudah tertempel masker dari charcoal menurut deskripsi barang yang ia beli di online shop. Katanya sih bisa menghilangkan komedo, jadi Atha coba membeli, dan mencoba masker itu bersama Bara.
Benar benar hari libur yang bermanfaat.
Dengan lihai, Atha memangkas sedikit demi sedikit rambut Bara yang memang sedikit. Kalau masalah potong memotong rambut, Atha cukup jago.
"Tha, jangan tipis tipis" Bara melihat ke cermin yang ia pegang.
Atha menjepit mulut Bara dengan jari telunjuk dan jempol. "Masker lo bise pecah" Membuat Bara mengangguk patuh, lalu mengatupkan mulut kembali.
Kling...
Ponsel Atha berdenting. Perempuan itu menaruh gunting yang ia pegang ke meja terdekat. Senyumnnya tertahan, nanti maskernya pecah.
Bara melirik melalui cermin.
"Ber, gue diajak keluar sama Leo jam 9 page" Atha menepuk nepuk pundak Bara. Memberitahu lelaki itu apa alasan ia tersenyum tadi. "Rambet lo dah bages. Gue lepas masker lo ye?"
Atha mulai menguliti masker di wajah Bara. Seperti film film sadisme. Apalagi wajah menyeringai milik Atha yang terlihat saat Bara menunjukkan ringisan karena masker yang menempel kuat di wajahnya.
Membuat Atha terkekeh. Lucu lihatnya.
Setelah itu, Atha melepas maskernya sendiri. Sakit juga ternyata.
"Gue pulang ya" Pamit Atha setelah membuang bekas masker ke tempat sampah di dapur Bara.
"Eh..." Bara berlari menuju pintu rumahnya. Menutup pintunya dari dalam, dan melebarkan kedua tangannya. Membuat Atha menaikkan kedua alis. "Nanti lo kan mau latihan Band. Mau nggak ikut latian? Apa latihan kita nggak penting?"
Bara mulai berbicara ngelantur.
"Kan jam 11" Jawab Atha sambil mengerutkan kening. Lagipula, jam 11 itu masih lama sekali. Sekitar 3 jam lagi. "Kok lo jadi ngomong gitu"
"3 jam itu nggak lama. Apalagi lo perlu dandan dan mandi sekarang. Gue juga udah dititipin Mama sama Papa lo buat ngejagain lo. Dan gue..." Bara menunjuk dirinya sendiri. "Ngelarang lo pergi sama Leo"
"Loh! Kok gitu sih!" Atha tidak terima. Memangnya Bara siapa? Lagian, orang tuanya ngapain juga nitipin Atha ke Bara? Kayak anak TK saja. Atha itu sudah besar walaupun belum ngurus KTP.
"Kecuali..." Bara menggantungkan ucapannya memikirkan juga apa kalimat yang tepat untuk mengancam Atha. "Gue ikut sama lo. Deal atau tidak sama sekali?"
Atha memandang tangan Bara yang menggantung di udara minta disalami dengan tatapan tidak terima dan merasa tidak adil. Ini namanya penyalahgunaan kekuasaan.
"Ini kan kencan gu..."
"Ya udah gak usah"
"Ya udah deal" Daripada tidak jadi kencan kan? "Gue mau pulang. Mau mandi dulu" Atha mendorong tubuh Bara untuk menyingkir dari pintu. Benar benar sebal. Lagipula, menurut Bara terlalu sering kencan itu tidak baik bagi kesehatan hati. Hati Atha atau hatinya sendiri?
***
Karena cowok nggak butuh waktu lama untuk siap siap, jadi Bara dengan sepatu vans yang juga ia pakai kemarin, helm fullface hitam, kaos putih dan celana jeans panjang, sudah duduk di atas motor pukul 9 tepat. Menunggu Atha yang benar benar belum selesai dandan.
Kali ini Bara menyisir rambutnya. Tidak ada manusia yang mau kalah penampilannya dengan sesama jenis. Jadi, Bara memutuskan untuk bersisir dan memakai parfum.
Sebuah mobil datang dari arah depan. Membuat Bara refleks memasang wajah garang.
Leo keluar dari mobilnya setelah berhenti di depan rumah Atha. "Lo juga mau kencan? Nama lo... Bara kan?" Tanya Leo sambil bersender di bagian depan mobilnya.
Seperti tampang Atha ketika bertemu Calista, Bara juga melakukan hal yang sama kepada Leo. Lelaki itu bahkan tidak menganggap Leo ada. Membiarkan pertanyaan Leo tak terjawab.
"Pagi semuaaa" Sapa Atha yang baru saja keluar dari dalam rumah. Memakai helm biasa hadiah beli motor, dan flatshoes cokelat. Bara menautkan alis.
"Kemana sepatu sama helm lo yang kemarin? Dibuang?" Pertanyaan yang tidak ada ramahnya sama sekali terlontar dari mulut Bara. Kok Bara jadi over protective gini sih!
Atha memaksakan senyum. Berjalan ke arah Bara, lalu berbisik. "Ya masa gue kencannya sama Leo couplean nya sama lo? Gak lucu tau!"
"Tha" Suara Leo mengintrupsi. Tak hanya Atha yang menoleh, tapi Bara juga.
"Ya?"
"Gue bawa mobil kok. Ngapain pake helm?" Tanya Leo. Perasaanya mulai tidak enak.
"Atha naik motor sama gue" Bara yang menjawab. Aduuuh ini mah malah bener bener pemulaian war. Bisa bisanya Atha menyetujui perjanjuan konyol dengan Bara.
Leo tersenyum tipis. "Tha, lo milih sama gue atau sama Bara?"
Loh loh! Kok jadi Atha yang ditanyain. Kalo hati nurani sih milih sama Leo, tapi kalo lewat bulu kuduk yang mulai merinding gara gara ditatap amat tajam sih dia milih Bara. Atha jadi bingung sendiri.
"Gue... Gimana kalo gue naik grab aja?" Atha meringis. Menggaruk tengkuknya yang memanas karena gugup.
"Udah setengah 10. Kalo lo nggak buru buru memutuskan, kita nggak bisa latihan" Bara melirik jam tangannya.
Bara ini lagi PMS atau gimana sih? Kok marah marah terus.
"Leo maaf gue sama Bara ya"
Leo dengan segala sikap pengertiannya mengangguk memahami. Tersenyum kecil ke arah Atha. "Iya. Ayo jalan" Lelaki itu masuk ke mobilnya. Menuju ke sebuah tempat yang sudah ia janjikan kepada Atha.
Sedangkan Atha hanya memasang raut sungkan. Tak enak juga saat ia kencan dengan Leo, eh malah ada Bara.
Atha naik ke jok motor Bara. Tak tahu saja bahwa seorang yang berada di depannya sedang menggeram kesal. Kesal sebagai sahabat mungkin.
Karena Bara yang berada di sisi Atha selama bertahun tahun lamanya, nyatanya mampu semudah itu digantikan Leo yang baru Atha kenal. Bahkan mampu membuat Atha menanggalkan helm fullface yang Atha suka dan sepatu vans yang sama persis dengan milik Bara.
Cinta itu merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athari
Teen Fiction"Gue suka pelajaran matematika.", Barasthia Ista Dewangga "Karena ada phytagorasnya kan?", Athari Luna Phytagoras