HAPPY READING
DOR.....Dorr....Dorr
Suara pintu digebrak dengan sangat kuat tapi tak membuat pemilik kamar hotel itu pun terbangun, sang pemilik malah menggeliat kecil mencari posisi ternyaman."WOYY BANGUNNNNNNNNNNNN" Teriak seseorang dari luar kamar.
Zara mengerang kecil dengan sayup ia mendengar teriakan salah satu sahabatnya entah siapa. Zara merasa ada sesuatu yang menimpa perutnya dan menoleh kearah perutnya, matanya melotot kala melihat sebuah tangan kekar tengah memeluk tubuhnya erat. Zara menoleh kearah Raynan yang tengah memejamkan matanya. Zara dengan segera mendorong tubuh Raynan keras hingga lelaki tersebut jatuh kelantai.
Raynan membuka matanya karna terkejut "awsss.....gila encok nih pinggang gue" Pekiknya.
Zara melihat Raynan dengan kesal. Bisa-bisanya cowok itu memeluknya disaat dirinya tak sadar. Dasar mencari kesempatan dalam kesempitan
Raynan menatap Zara dengan tatapan garang dan tajam. "Lo waras ga sih? Kita belum genap nikah dapat 1 hari lo udah KDRT sama gue"
"Salah lo, ngapain tidur meluk gue" Ujar Zara dengan mata mendelik.
"Gue gatau, wong gu-"
"ZARA, RAYNAN BANGUNNNNNNN, LO MATI?, HABIS NGELAKUIN 'EHEM' 'EHEM' MATI HAH?" Teriakan membahana dari semua sahabatnya membuat kedua sejoli itu menutup telinganya. Entah mereka janjian atau apa ucapan mereka sama semua.
"Mandi lo, gue mau buka pintu"Suruh Zara lalu berjalan untuk membuka pintu.
"Yes" Jawab Raynan lalu berlali menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket.
Ceklek.
"Apasih teriak-teriak, berisik banget"Cerocos Raynan setelah membukakan pintu untuk sahabat-sahabatnya.
Mereka semua menatap tajam Zara, yang ditatap juga menatap mereka senua dengan kesal. Bisa-bisanya merek mengganggu'tidur cantiknya. "lo dari tadi ditunggin malah belum mandi?" Ujar Dara heboh.
Raut wajah Zara yang aslinya kesal berubah menjadi raut wajah polos. "emang lo semua gue suruh nungguin gue?" Tanya Zara dengan amat polosnya, ralat SOK polos.
"BANGSAT" Teriak mereka semua lalu berlalu pergi dengan muka kesal membuat Zara tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa lo?"Tanya Raynan seraya mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.
"Gapapa" Ujar Zara mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Raynan hanya berdecak malas.
Raynan menunggu Zara sambil memainkan handphone nya. Zara keluar lengkap dengan pakaian santainya. "Lo ngapain masih disini?" Tanya Zara menatap bingun Raynan.
"Semedi"
"Emang ada ya semedi sambil main hp?" Ujar Zara polos.
"Bego"
"Lah gue serius"
"Otak lo tuh dipake gak cuma dianggurin, mana ada orang semedi sambil main hp"
"Oh" sumpah Raynan gereget ama nih bocah.
"Yaudah ayok" Ajak Raynan saat melihat Zara sudah selesai merapikan rambutnya.
"Kemana?" Tanya Zara.
"Kumat" batin Raynan.
"Jalan raya"
"Ngapain kesana?"
"BUNUH DIRI" Teriak Raynan kesal seraya berjalan keluar kamar hotel.
"Lah dia depresi kah?" Gumam Zara bingung melihat sikap Raynan "sabodo lah" lanjutnya keluar untuk menemui teman temannya.
Raynan ke cafe dekat dengan hotel dengan muka ditekuk. Disana sudah ada semua sahabatnya.
"Woy kesini" ujar Dhika setengah berteriak sambil melambaikan tangannya menyuruh agar Raynan duduk di tempat mereka.
Raynan mengangguk lalu berjalan dan duduk di sebelah Raya yang memang kosong "Ngapa lo, muka masem amat" Ujar Raya.
"Sahabat lo ngeselinnnnnnn banget"
"Emang napa dah?" Tanya Rendi.
"Lo tau-"
"Enggak" Jawab mereka semua serempak.
Raynan mendengus sebal "belum selesai bege" semua hanya menyengir ria.
"Yaudah, apaan?" Tanya Ryan.
"Kagak jadi, gue mau makan,laper" Ujarnya ketus seraya bangkit dari duduknya.
"Elah baperan lu" ledek Rendi.
Raynan tak menggubris dan terus berjalan untuk membeli makanan karena perutnya sangat tidak bisa diajak kompromi.
Raynan kembali membawa makanan yang ia pesan dan menduduki kursinya tadi.
"Hai semua" sapa Zara seraya duduk disebelah Raynan.
"Helllllllo" sapa balik mereka semua kecuali Raynan. Raynan masih kesal karena tingkah goblok istrinya itu.
Zara menengok kesamping, dahinya berkerut "loh Ray, katanya lo mau ke jalan raya, ngapain masih disini?" Tanyanya bingung. Raynan hanya diam saja.
"Lah kenapa raynan kesana Ra?" Tanya Arkan.
"Bunuh diri" Ujarnya singkat membuat mereka semua tertawa.
Oh jadi mereka semua mengerti mengapa Raynan terus marah-marah saat baru datang tadi, ternyata istrinya baru saja berbuat ulah.
"Hahahahahaa ngapain si Ray bunuh diri? Gadapet jatah hah? Hahahaha" Ledek Rendi seraya tertawa.
Pletak
Pletak. Dua jitakan mulus dari Raynan dan Zara tepat mengenai kepala Rendi. Sang empunya hanya meringis mendapatkan jitakan maut dari pasutri itu."Bacot" ujar Raynan berdiri dari duduknya meninggalkan mereka semua.
"Leh si setan ngapain pergi?" Tanya Zara.
Mereka semua mengendikkan bahu acuh "ngambek, baperan dia" ejek Dhika.
"Biarinlah gue makan, laper"
***
Raynan berjalan kearah hotel dengan terus menggerutu. "anjirrr semua menggatelkan"
Raynan terus nyerocos karna kelakuan sahabat dan istrinya yang polos rada bego itu.
Tin tin
Raynan menoleh dahinya mengernyit saat melihat mobil yang familiar menurutnya.Matanya membulat kala melihat mantan terakhirnya.
"Hai nan" sapanya genit dengan mengedipkan matannya."Jijik njing"batin Raynan
"Mau apa lo?"tanya Raynan galak.
"Ih kamu gak kangan ama aku?" Ucapnya dengan nada yang dibuat buat.
"Najis"
Liora mendengus "aku mau kita balikan Ray"
"Ndak mau, gue ga sudi balikan ama jalang kek lo, lagian gue gasuka ama yang udah berbekas" ujar Raynan pedas.
"Kamu kok kasar sih"
"Bacot" ujar Raynan berjalan pergi.
Liora memegang tangan Raynan. Raynan membalikan badannya dan menghempaskan tangan liora kasar "awss....kasar banget kamu" ujar liora masih dengan nada yang dibuat2.
"MAU APA SIH LO" bentak Raynan.
Liora menangis "kamu jahat"
"Emang"jawab Raynan.
Raynan berjalan meninggalkan liora yang tersenyum miring"Lo bakal balik lagi nan" gumam Liora.
TBC
Maaf cuma dikit, otak gue lagi nge blank
Hehehe
Vomment yah❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Badboy [Hiatus]
Fiksi Remaja"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" Itulah mereka, dua orang yang awalnya saling membenci kini berubah menjadi saling memiliki, mencintai, dan saling menyayangi. Menikah di usia muda membuat mereka harus terpaksa mempercayai satu sama lain agar pern...