Chapter 5

296 26 9
                                    

Orang terpenting dalam hidup mu adalah yang tak ragu mengisahkan kehidupannya untukmu, balaslah mereka dengan hal serupa.

"Dianaaa makan sayang," teriak nenek dari dapur.

"Iyaa," balas Diana dengan berteriak.

Saat sampai dimeja makan sudah ada nenek, kakek, dan seorang laki-laki yang membuat Diana kaget. Diana menatap laki-laki itu kaget, begitu juga sebaliknya.

"LO!!" ucap mereka bersamaan.

"Lo ngapain disini?" tanya laki-laki itu.

"Harusnya yang nanya itu gue, ngapain lo disini?" ucap Diana sambil berjalan menuju kursi dan duduk.

"Dia kesini bawain kue buatan mamanya, sekalian nenek ajakin makan malam disini," jelas Nenek yang diangguki Diana.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Nenek.

"Enggak,"

"Sudah," jawab mereka bersama tapi dengan jawaban yang berbeda.

Nenek memandang Diana lalu beralih ke Rega.

"Lucu deh kalian," ucap Nenek.

"Iuwhhh...." Diana memutar bola mata malas.

"Nenek kenal?" lanjut Diana.

"Dia anak tante Ratih sahabat mama kamu itu, kamu gak lupa tante Ratih kan?" tanya Nenek.

"Diana udah lupa wajahnya sih," ucapan Diana dijawab anggukan oleh Nenek.

"Yang bener aja mamanya baik kok anaknya ngeselin," lanjutnya.

"Ngeselin tapi ngangenin kan?" goda Rega dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Jijik," Diana bergidik ngeri dengan memutar bola mata.

"Kalian akrab banget ya," ucap kakek Diana yang sedari tadi diam.

"Akrab dari mananya sih kek, menyebalkan," kesal Diana.

Sedari tadi Rega menatap Diana intens sambil senyum-senyum sendiri. Diana yang merasa diperhatikan menoleh.

"Kenapa, gila lo?" tanya Diana sinis yang dibalas gelengan oleh Rega dengen memperlihatkan giginya yang putih.

~Diana~


Setelah makan malam selesai, Diana dan Rega berada di taman belakang rumah kakek Diana. Mereka duduk di gazebo sambil ditemani camilan dan gitar. Sebenarnya Diana malas tapi nenek memaksa.

"Lo kenapa gak pulang aja sih?" gerutu Diana.

"Gue masih mau disini. Nemenin lo," jawab Rega tenang.

"Gak butuh," sinis Diana.

"Enggak sekarang tapi nanti," Diana mengernyitkan keningnya.

"Maksud lo?"

Rega menggeleng, "Lo bisa main gitar?" tanya Rega tiba-tiba. Diana tahu cowok ini sedang mengalihkan pembicaraan.

"Ngehina lo,"

"Gue cuma nanya kali sensi amat," ucap Rega seraya memutar bola matanya.

"Bodo,"

"Mending sekarang lo nyanyi gue mau denger suara lo," ujar Rega.

"Suara gue emas, mahal buat didenger sama orang kayak lo," ujar Diana sinis.

"Tinggal nyanyi doang repot,"

Diana yang awalnya enggan, akhirnya menurutinya juga. Petikan gitar mulai mengalun indah. Diana mulai mengeluarkan suaranya secara perlahan,

🎵Kemarin kau ubah benci jadi cinta
Sekarang berubah cinta jadi kecewa
Ku kira cinta itu indah
Tetapi tenyata tak seindah itu

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang