Chapter 17

168 15 0
                                    

Selamat pagi hati
yang mendamba sapa.

Bughh.. bughh..
Bughh.. bughh

Hahh.. huhh.. hahh..
Bughh.. bughh..

Perpaduan suara tinju dan nafas seseorang mendominasi ruangan yang luas dan sunyi. Seorang gadis sedang melampiaskan emosinya kepada benda menggantung dihadapannya, samsak. Sudah 30 menit gadis itu meninju samsak hingga menimbulkan luka di tangannya. Banyak bercak darah di atas genggaman tangannya. Banyak goresan luka disana.

Drrtt.. drrtt..
Drrtt.. drrtt..

Ting.. ting..
Ting.. ting..

Ponselnya terus mengeluarkan bunyi tanpa ia ketahui, mengabaikan semua mungkin itu yang terbaik untuk sekarang. Banyak notif telfon, dan pesan yang masuk ke ponselnya tapi tak ada yang ia balas.

Cukup tau gadis itu adalah Diana. Gadis yang memilih menjauh dari keramaian, dirinya memilih menyendiri untuk introspeksi diri. Mungkin orang-orang benar dirinya tak pernah dianggap penting. Tapi dia juga tau bahwa tak sedikit orang yang membutuhkan dirinya. Dia hidup untuk dirinya sendiri jadi untuk apa mendengar cibiran orang lain.

"Aaarrggghhhh...." teriak Diana kencang, membuat suaranya menggema di rungan itu. Nafasnya memburu.

Diana menjambak rambutnya, membuat bercak darah menempel disana. Kemeja yang semula putih bersih kini lusuh tak terbentuk. Sepatu yang semula terpakai rapi di kakinya kini entah ada dimana. Ponsel pun Diana lupa menaruhnya dimana.

"Aaarrggghhhh...."
Bughh..

Suara keduanya terdengar bersamaan. Itu menjadi tinjuan terakhir Diana sebelum dia jatuh tersungkur di bawah samsak. Dia jatuh telentang dengan mata yang mulai menutup secara perlahan.

"Diana rindu papa ma." dia menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Maafin aku Re." bersamaan dengan selesainya kalimat itu matanya tertutup sempurna.

~Diana~

"Leon!!" teriak Rega di depan pintu kantin.

Dia berlari menghampiri Leon dan Duo Vin yang duduk di kantin dengan perasaan gelisah. Terlihat dari raut wajah mereka.

"Apaan?" tanya Leon.

Rega memutar bola matanya malas. Sebenarnya Rega masih belum mengetahui jika Leon adalah sepupu kandung Diana.

"Anterin gue ke tempat Diana, gue yakin lo tau dia dimana." ujar Rega.

"Ngapain lo nyari Diana." tanya Davin.

Walaupun mereka tau bahwa Rega adalah kakak kelas mereka, mereka tetap biasa. Tak ada embel-embel 'kak'. Karena menurut mereka itu tidak penting yang penting kenal.

"Gue khawatir dia ngelakuin hal bodoh yang merugikan dirinya sendiri." jawab Rega membuat Leon dan Duo Vin saling pandang dan memberi isyarat.

Leon berdiri, "ikutin kita." Rega berjalan di samping Leon dan diikuti Duo Vin. Mereka menuju parkiran.

Setelah berhasil menyogok satpam dengan satu pack rokok, akhirnya mereka mengendarai motor masing-masing kecuali Rega menuju tempat tujuan. Rega membawa mobil hitamnya.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang