Chapter 14

174 14 0
                                    

Janganlah menganggap remeh hal-hal yang terdekat dengan hati kita. Rangkullah mereka seperti sama berharganya dengan hidup kita, karena tanpa mereka hidup adalah sia-sia.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Diana masih belum beranjak dari tempat duduknya. Dia masih memikirkan mulai dari mana dia menceritakan semua kepada Leon dan Duo Vin? Seolah takdir sedang mempermainkan kehidupannya.

Diana memijit pangkal hidungnya. Mengusap wajahnya kasar, lalu naik ke kepala menjambak rambutnya. Pertanda dia sedang frustasi.

Ohh ya Tuhan dia bahkan lupa jika pulang sekolah dirinya harus bekerja. Lalu bagaimana dengan janjinya kepada Leon dan Duo Vin? Mungkin sekarang mereka sudah menunggunya, dia harus bagaimana?

Diana menelungkup kan kepala di atas lipatan tangan diatas meja. Memejamkan mata, memikirkan solusi apa yang tepat. Tiba-tiba dia mengangkat kepala lalu mengambil ponsel di tas nya. Guna menelfon seseorang.

Disaat sambungan sudah terhubung. ["Hallo,"] sapa orang diseberang.

["Emm... hallo om, ini Diana,"] sapa Diana.

["Ada apa Diana? Apa ada masalah?"] tanya Surya. Ya Surya pemilik caffe tempat Diana bekerja.

["Emm... sebelumnya maaf om, Diana mohon izin hari ini untuk tidak masuk bekerja. Tapi om tenang cuma hari ini doang kok,"] ujar Diana sedikit ragu.

["Memangnya ada apa Diana?"] tanya Surya yang heran.

["Diana mau menyelesaikan masalah Diana dulu om,"] ujar Diana jujur.

["Ehmm... baiklah, tapi hanya hari ini saja dan besok kamu masuk seperti biasa."] ujar Surya disertai senyum, meskipun Diana tak tahu.

["Terima kasih om, assalamualaikum."]

["Wa'alaikumussalam."]

Setelah sambungan terputus Diana menghela nafas lega. Setidaknya hari ini dia akan menggunakan waktunya sebaik mungkin. Sekarang yang dia pikirkan, bagaimana cara menjelaskan kepada Leon dan Duo Vin agar mereka bisa menerima penjelasannya. Huffttt sungguh menguras pikiran.

Diana memutuskan untuk segera pulang. Dia keluar kelas dengan tas yang ia pakai di bahu kanan. Sebelum menuju parkiran Diana mengganti rok nya terlebih dahulu di toilet. Setelah selesai dia segera menuju parkiran. Tepat didepannya, di depan loker siswa 2 orang manusia sedang bicara.

Yang membuat Diana aneh adalah, bagaimana bisa sang cowok mengenal cewek itu?

Tanpa ambil pusing Diana langsung berbelok melewati lapangan. Mengurungkan niatnya untuk melewati loker tadi.

****

Diana sudah berada di halaman rumah, dia masih memantapkan diri sebelum masuk. Diana membuka pintu utama, berjalan masuk menuju ruang tengah. Dia heran kenapa tidak ada siapapun disana. Apa mereka lupa? Atau mereka mengabaikan Diana? Ya Tuhan dia harus bagaimana?

Diana mendudukkan dirinya di sofa single. Menyandarkan punggungnya disana. Mengadahkan kepalanya ke atas lalu memejamkan mata. Menarik nafas lalu menghembuskannya kasar, melakukan itu berkali-kali. Jika bukan sekarang lalu kapan masalah ini selesai?

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang