Chapter 9

216 24 6
                                    


SORRY FOR TYPO:')

Apa gunanya mata jika kau menilai seseorang hanya menggunakan telinga?

Setelah dari basecamp Diana langsung pulang, dia ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Dia terlalu capek dengan drama yang ada dihidupnya. Tapi Diana tau Tuhan pasti adil, dibalik semua masalahnya pasti ada hikmahnya. Diana mengurungkan niatnya untuk mencari pekerjaan hari ini, tubuhnya sangat lelah dan dia butuh istirahat. Dia sampai di rumah pukul 18.25 dan langsung menuju kamar.

Diana sedang membaringkan tubuh diatas kasur, dia teringat dengan kata-kata Aldi yang membuatnya harus berpikir penuh. Perkataan Aldi terus terngiang di telinga Diana.

"Gue akan main-main sama dia." gumam Diana pelan, mengulang ucapan Aldi.

"Apasih maksudnya pusing gue, semenjak gue kenal Rega Aldi balik lagi, kesel gue." ucap Diana frustasi.

"Ucapan Aldi gak pernah main-main sih, kalo yang dia maksud 'main-main' itu nyawa, berarti Rega...." Diana diam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya dengan mata melotot.

"Kayaknya gue harus awasin Rega, kalo dia kenapa-napa gue juga yang salah, sial." gerutu Diana.

"Aarrrgghhhhh gue capeekkk!!" teriak Diana frustasi dengan menjambak rambutnya sendiri.

BRAKK..

"Woyy lo kenapa?" Leon tiba-tiba datang dengan membuka pintu kasar, dia terkejut karena Diana tiba-tiba teriak sampai terdengar di kamarnya.

"Gue gapapa, udah sana lo keluar!" sinis Diana yang dibalas tatapan datar oleh Leon.

"Laknat lo, gue khawatir juga."

"Lebay lo." ucap Diana acuh, dia malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Leon berjalan masuk dan duduk di sofa kamar Diana setelah menutup pintu.

"Lo ngapain disini oon." ucap Diana setelah membuka selimutnya.

"Gue nemenin lo, udah sana tidur." ujar Leon tanpa mengalihkan pandangannya dari game di ponselnya.

"Gue bukan anak kecil."

"Bacot lo tinggal tidur susah banget."

"Si curut pada kemana?"

"Beli makanan." jawab Leon acuh.

"Dihh dasar kutil anoa." umpat Diana sebelum akhirnya dia tidur.

~Diana~

Drrtt..drrtt..drrtt..
Drrtt..drrtt..drrtt..

"Siapa lagi." ujar Diana kesal karena tidurnya terganggu oleh suara ponselnya. Sebelum mengambil ponsel Diana mengedarkan pandangan, ternyata Leon dan Duo Vin masih disana, mereka tertidur di karpet dengan posisi absurd.

Tangan Diana meraba diatas nakas, dia mengangkat tanpa melihat siapa. Belum sempat Diana berbicara orang diseberang sana sudah berbicara, seakan tak memberikan kesempatan pada Diana bicara sedikit pun.

["Datang ke cafe pelangi malam ini jam 9." ] Diana mencerna ucapannya dengan posisi berbaring. Suara laki-laki yang sudah berumur.

["Siapa lo?"] tanya Diana dengan mengernyitkan dahinya. Saat dilihat siapa yang menelepon ternyata nomor tidak dikenal.

["Salah sambung ya lo."] lanjut Diana, saat akan mematikan sambungan.

["Kamu ga perlu tau siapa saya cukup datang dan semua selesai." ] Diana langsung merubah posisi menjadi duduk.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang