Chapter 18

153 13 1
                                    

Setelah menempuh perjalanan 35 menit untuk sampai. Kini Diana sudah berada di depan rumah Yudha. Diana melepas helm lalu membalik topi kedepan. Mulai melangkahkan kakinya menuju pintu. Diliriknya jam di pergelangan tangan. Pukul 12.45.

Tokk.. tokk.. tokk..

"Maaf car-... ehh... non Diana." ujar bi Nani, Diana hanya tersenyum menanggapinya.

"Bibi, Diana kangen." ujar Diana seraya memeluk Bi Nani yang di balas pelukan olehnya.

"Bibi juga kangen atuh." ucap Bi Nani seraya mengurai pelukan mereka.

"Non Diana tambah cantik aja." Diana hanya terkekeh mendengarnya.

"Papa ada?" tanya Diana.

"Ada non. Tuan lagi di ruang kerjanya." jawab Bi Nani.

"Kalo wanita itu?"

"Nyonya lagi keluar arisan." Diana mengangguk.

"Yaudah Diana langsung nemuin papa ya."

"Silahkan non." ujar Bi Nani dengan semangat. Dia sangat senang Diana datang. Sejak kepergian Keysa Diana jauh lebih dekat dengannya dari pada Yudha.

Tokk.. tokk.. tokk..

"Masuk." ujar suara dari dalam ruangan.

Pintu coklat tua itu terbuka. Menampilkan gadis cantik dan tinggi dengan wajah datar. Dibalik ekspresinya yang datar tak bisa di pungkiri bahwa Diana ingin sekali memeluk Yudha. Melampiaskan rindu yang tertahan selama berbulan-bulan. Menikmati momen berdua, berbicara perihal hari yang Diana lalui.

"Diana?" ucap Yudha seraya berdiri.

Diana menatap Yudha dari atas ke bawah. Pria yang memakai pakaian kerja dan kacamata yang bertengger di hidungnya itu sangat Diana rindukan. Yudha melepas kacamata dan menaruhnya di atas meja kerjanya.

Yudha berjalan kearahnya. Diana tersenyum tipis, dia bahagia karena Yudha akan memeluknya. Melampiaskan rindu.

Ternyata harapan hanya sekedar harapan. Yudha berhenti dengan jarak beberapa langkah di depannya. Melipat kedua tangan di depan dada.

"Baru ingat rumah kamu." Diana tidak terkejut sama sekali dengan pertanyaan itu, sudah biasa.

Dia pikir Yudha akan memeluknya. Melampiaskan rindu yang sudah lama. Ternyata dia salah besar. Diana mengangguk dengan tersenyum miris.

"Cuma sekedar ekspektasi." gumam Diana.

"Papa tau kenapa Diana baru kesini?" Yudha hanya menaikkan alisnya sebelah.

"Karena Diana gak pernah merasakan sebuah rumah sesungguhnya disini. Papa tau kan apa artinya itu?" ujar Diana membuat Yudha menurunkan tangannya.

"Apa maksud kamu?"

Diana menarik nafas dalam-dalam, membenarkan posisi topinya dengan tersenyum. "Papa bukan anak kecil yang gak mengerti ucapan Diana."

"Selama ini tinggal dimana kamu?" tanya Yudha dengan sinis.

"Rumah nenek." Diana menarik nafas dalam-dalam, "apa udah gak ada rasa sayang papa buat Diana?" lanjutnya.

Yudha mengalihkan pandangannya dari Diana, "kenapa kamu kesini?"

Diana tertawa kecil, papa-nya sedang mengalihkan pembicaraan sekarang.

Diana menghela nafas panjang, "Diana akan menginap disini." ucapnya lalu berbalik pergi.

Yudha menatap sinis kepergian Diana, "Kamu lihat anak kamu yang selalu kamu manja. Dia berani sama aku." ujar Yudha dengan menatap foto mendiang istrinya di sudut ruangan.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang