00.03

55 11 0
                                    

"Oppa, mianhae. Kemarin aku sudah keterlaluan membentak kalian dengan nada tinggi dan bahasa yang kasar, mianhae." Ucapan Eleanor mengundang atensi Namjoon, Seokjin, Hoseok dan Yoongi yang sedang menyantap makan pagi sambil duduk membentuk lingkaran. Mereka menatap Eleanor yang wajahnya tampak menyesal. Sedangkan mereka mengernyitkan dahi, tak mengerti.

"Waeyo?" tanya Hoseok bingung. Seketika aktifitas makan pagi mereka berhenti sejenak.

Eleanor menunduk. Kakinya bergerak membentuk pola tak tentu di atas lantai, kebiasaannya kala sedang gugup. "Mianhae, karena telah membentak kalian kemarin, apalagi aku berteriak pada kalian menggunakan nama dan tidak ada embel Oppa nya. Ah, aku kelepasan saat itu."

Hening sejenak, membuat Eleanor semakin gugup ketika yang lainnya menatapnya dalam senyap.

"Ah, gwaenchana chagi. Jangan merasa bersalah, kami mengerti," sahut Seokjin.

"Tapi aku sudah keterlaluan. A--"

"Sudahlah lupakan saja, lagian kami juga mengerti kalau kau sudah begitu itu tandanya sikap kami memang sulit diatur. Seharusnya kami yang minta maaf," sahut Namjoon lembut membuat Eleanor semakin bersalah.

"Heem," deham Yoongi sambil mengangguk.

"Ta--"

"Ele, tugasmu sebagai manager sudah cukup sulit, ditambah mengurus kami yang memiliki sifat yang kekanakkan itu pasti sangat menyusahkanmu. Tak apa." Kali ini Hoseok yang menyahut.

"Heem," deham Yoongi.

"Tapi kali ini aku benar-benar merasa bersalah. Mianhae," lirih Eleanor.

Setelah mendengarkan curhatan Jungkook mengenai hyung-hyung nya yang memproritaskan latihan daripada kondisi tubuh, membuat Eleanor sedikit membuka mata. Bahwasanya dibalik sikap kekanakannya, mereka telah berjuang keras untuk latihan agar bisa membuat banyak karya yang akan dikenang sepanjang masa.

Tiap bait lagu yang mereka ciptakan, tersirat sebuah pesan. Entah pesan itu pertanda luka, sedih, lelah atau bahagia. Tiap lirik itu mereka tulis menggunakan hati dan intuisi. Memadukan setiap luka serta bahagia sebagai bagian yang mempunyai pesan tersendiri.

Mereka hanya lelah namun tak ada niat untuk meninggalkan. Mereka hanya letih namun tak ada niat untuk melepaskan. Dunia idol sudah mereka pilih sebagai takdir. Konsekuensinya pun harus mereka hadapi, walau kadang rasa jengah datang menghampiri.

Ini pilihan mereka. Suka dan duka harus tetap mereka jalani.

"Aish, sudah bilang jangan begitu," sahut Hoseok sedikit sebal.

"Heem," kata Yoongi.

"Aku minta maaf, Oppa."

"Sekali lagi kau mengatakan kalimat itu, akan kupastikan kau tidak mendapatkan maaf dari kami," kecam Namjoon membuat Eleanor langsung mendongak. Menatap wajah Namjoon yang terlihat serius.

"Heem."

"Ak--"

"Ya! Daripada kau terus mengucapkan kalimat yang menyebalkan itu, lebih baik kau gabung bersama kami dan menyantap bibimbap buatanku," sahut Seokjin lalu dengan paksa dia menarik tangan Eleanor agar duduk di dekatnya. Lalu tangannya menggeser mangkuk Bibimbap yang kebetulan masih tersisa satu porsi. "Makanlah, jangan lupa coba kimchi buatanku."

"Kau yang membuatnya?" tanya Eleanor.

"Iya, tadinya Taeyong ingin membelikan kami makanan cepat saji. Tapi kularang karena makanan cepat saji itu tidak bagus untuk kesehatan, terlebih lagi penyedap rasa yang dipakai bisa membuat sakit tenggorokan. Jadi, kubuat saja bibimbap dan kimchi ini dengan penyedap rasa yang sedikit. Maaf jika rasanya rada aneh," sahut Seokjin lalu meletakkan sumpit di samping mangkuk Eleanor.

Persona | KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang