Ch. 1 - Vyartha, Desa yang Terbuang

28 1 0
                                    

Sinar terik di pagi hari menyinari seluruh desa Vyartha, desa yang terbuang. Friedrick yang sedang sakit-sakitan itu memaksakan diri dengan semangat untuk menanam kentang di ladang. Hana, sang anak yang melihat hal itu bergegas ke arah ladang dan meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil memasang wajah kesal.

"Ayah, berhenti bekerja. Ayah sedang sakit. Biar Hana yang kerja".

Friedrick menghiraukan peringatan gadis kecilnya, dan terus bekerja. Merasa kesal, Hana menarik cangkul yang sedang dipegang sang ayah dan beberapa alat bertanam lain tanpa izin.

"Hei, berhenti mengganggu ayah bekerja", Friedrick mulai protes.

"Seharusnya Hana yang bilang seperti itu. Berhenti mengganggu Hana bekerja", ujar Hana seraya mengembungkan kedua pipinya, ia terlihat kesal melihat ayahnya yang tak mau mendengarkan ucapannya.

Friedrick hanya menghela nafas panjang. Ia tahu ia tak akan menang melawan anak semata wayangnya itu.

" Ayah beristirahatlah, Hana sudah buatkan ayah sarapan, secangkir teh hangat rendah gula, dan sandwich".

Tak bisa berkata-kata lagi, Friedrick menuruti kehendak putrinya itu dan berjalan ke rumah kayu milik mereka. Melihat ayahnya yang menurut, Hana tersenyum lebar, merasa sangat senang. Ia melanjutkan pekerjaan ayahnya bertanam. Sesekali gadis itu menyeka rambut pirangnya yang tergurai sebahu itu, dengan bola mata berwarna coklat muda miliknya yang menatap tajam pada tanah yang sedang di tanami kentang itu.

Seusai bercocok tanam, Hana kembali ke rumah mereka. Terdapat jalan setapak untuk mencapainya, namun sebelum itu, Hana berhenti pada sebuah gudang di belakamg rumahnya. Ia membuka pintu dengan tangan kanannya dan tangan kiri yang dipenuhi dengan alat-alat bercocok tanam milik mereka yang akan disimpan kembali, disana terdapat pula stok makanan yang mungkin bisa digunakan untuk jangka waktu 1 tahun. Ia sangat bekerja keras untuk mengumpulkan semua bahan makanan itu karena ia akan pergi jauh. Sangat jauh.

Satu tahun yang lalu, Friedrick, pria berumur 50 tahunan yang memiliki warna rambut yang sama dengan Hana menceritakan soal penyakitnya yang tak kunjung sembuh selama 15 tahun itu.

Mereka duduk saling berhadapan beralaskan sebuah karpet hangat berwarna coklat dan menatap serius. Saat itu musim salju, dibaliknya terdapat api unggun yang menghangatkan tubuh sekaligus suasana.

"Hana, soal penyakit ayah yang kamu tanyakan tempo hari, akan ayah ceritakan", ujar Friedrick yang mulai memberanikan diri menceritakan soal penyakit yang di deritanya itu.

"Ayah bukan mengindap penyakit tertentu yang tak bisa sembuh selama bertahun-tahun. Mustahil ayah bisa hidup selama 15 tahun dengan penyakit se-parah ini", lanjutnya. Ditatapnya mata gadis kecil itu yang berbinar penasaran akan kelanjutan cerita sang ayah.

"Itu memang tak masuk akal, yah. Kita sudah mencoba berbagai jenis pengobatan untuk itu, tetapi tak pernah kunjung sembuh. Para dokter sampai terheran-heran dibuatnya. Penyakit apa yang sebenarnya yang ayah derita?" Hana berkata cepat karena ia sangat penasaran.

"15 tahun yang lalu, ayah dikutuk oleh seorang penyihir hitam. Ia diperintahkan oleh seseorang yang dendam dengan ayah untuk membunuh ayah. Walau ayah tak tahu pasti siapa dalang dibalik semua itu. Namun, sang penyihir mengutuk ayah untuk hidup dalam jangka waktu tertentu. Ia tak langsung membunuh ayah. Bukannya tak mau, tapi ia tak bisa".

"Kenapa? Kenapa ia tak bisa langsung membunuh ayah?" Cerita sang ayah membuat Hana semakin penasaran.

"Entahlah, ayah tak tahu pasti. Suatu hari mungkin kamu akan mengetahuinya", ujar Friedrick sambil mengelus lembut kepala putrinya itu.

"Kenapa? Kenapa ayah tak mau memberitahuku?" gerutu Hana. Wajahnya cemberut. Ia sedikit kesal.

"Hmmmm teka-teki. Ini misi untukmu".

"Misi? Apa maksudnya?"

"Tugasmu sayang, carilah jawabannya".

"Jadi, apakah ada penawar kutukan itu?"

"Entahlah, ayah juga tak tahu. Mungkin si penyihir tahu bagaimana cara menghilangkannya. Hidup ayah mungkin tak lama lagi".

"Tidak, ayah tidak boleh mati dan meninggalkan Hana begitu saja. Siapa penyihirnya? Dimana ia tinggal? Hana akan pergi kesana dan mencari penawarnya", Hana mulai emosi.

"Tenang Hanaku sayang, kamu tidak perlu khawatir. Semua orang pasti akan mati, ya kan?"

"Tidak, ayah tidak boleh pergi. Jika ayah pergi, Hana akan sendirian. Bagaimana Hana bisa hidup tanpa ayah?" Hana mulai menangis, membayangkan sang ayah akan pergi meninggalkannya. Friedrick merasa sedih dan memeluk erat tubuh mungil putrinya itu untuk menenangkan.

"Sejujurnya, aku tak mau kamu tahu tentang ini, Hana. Namun aku harus menceritakan sedikit tentang masa laluku, demi kebahagiaanmu di masa depan", Friedrick berbicara dengan dirinya sendiri.

Sejak saat itu, Hana memutuskan untuk keluar desa dan berpetualang mencari si penyihir hitam di tempat ia lahir. Sebelumnya, Friedrick pernah bercerita bahwa mereka pernah tinggal di ibukota Kerajaan Tola. Namun, sejak insiden itu, Friedrick memutuskan untuk pergi dan mencari tempat tinggal baru, tempat yang saat ini mereka tinggali selama 15 tahun belakangan, terletak di paling ujung perbatasan dengan Kerajaan lain, desa Vyartha, desa yang terbuang.

A Little Red Hooded Wolf GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang