Kakiku berjalan gontai kearah pintu keluar. Aku memikirkan apa yang baru saja dikatakan wanita itu tentang kepergian Rika.
Langkah ku terhenti ketika kulihat seseorang menghalangi jalanku. Rika.
"Sudah pulang?" Tanyanya.
Aku hanya diam memandangi wajahnya.
"Ayo kuantar pulang!" Katanya padaku sembari menggandeng tanganku dan mengajakku kearah tempat parkir.
Selama di perjalanan aku hanya diam. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa, aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Rika lakukan. Aku menjadi kikuk karena telah lama tidak berhubungan dan pulang bersamanya.
Sesampainya di depan rumah aku turun, ingin segera saja kutinggalkan dia dan masuk kedalam rumah tapi dia menggengam tanganku erat.
"Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kulihat kamu sering nangis, kamu juga jadi semakin kurus." Katanya sambil memandangku.
Kenapa katanya? Hello, tidak kah kamu mengetahui bahwa ini hasil dari perbuatanmu sendiri?
"Kamu mikirin apa sich?" Tanya nya.
Ingin rasanya kuteriaki dia tapi bibir ini terasa terkunci. Aku hanya diam. Tiba-tiba air mata menetes di pipiku.
"Lho koq nangis? Jangan nangis disini, ayo naik lagi, kita cari tempat buat bicara."
Aku tetap diam sambil mengikuti perkataannya.
Kami menepi di sebuah taman. Masih banyak orang disana. Kami memarkirkan kendaraan lalu mencari tempat untuk berbicara.
"Kenapa nangis?" Katanya setelah beberapa saat kita duduk.
Aku diam.
"Jangan diem ajah, mana aku tau ada kejadian apa kalo kamu gak mau ngomong." Katanya.
"Kamu mau pergi ya?" Tanyaku. Suaraku pelan nyaris tak terdengar.
"Apa? Pergi? Pergi kemana?" Katanya sambil tersenyum.
"Aku kan lagi disini, memang mau pergi kemana lagi?" Lanjutnya. "Aku tau kamu dengar itu dari siapa. Udah jangan dipedulikan, apa yang dia bilang itu bohong."
"Trus kalo emang bohong, kenapa dia bilang itu ke aku?"
"Coba kamu tanya ajah ke dia! Mana aku tahu tujuan nya bilang gitu ke kamu. Tapi satu hal yang pasti, aku gak akan kemana-mana." Dia memandangku, mencoba meyakinkanku. "Aku disini buat kamu."
"Kalo memang buat aku, kemana ajah selama ini? Kenapa sama Mei terus? Dia sakit kamu bela-belain dateng? Kamu anter jemput dia terus." Tanyaku sewot.
"Berarti ini ceritanya cemburu gitu? Oke..oke..aku paham sekarang." Jawabnya. "Aku sama Mei gak ada apa-apa. Kalo temen minta tolong masa kita gak mau nolongin sich."
"Ya tapi gak gitu juga caranya, ada orang lain kenapa dia harus panggil kamu, kamu juga sok-sok an pengangin tangan nya. Aku ajah gak perna digituin." Kataku sambil manyun.
"Hahahahaha, sayang.. sayang.. kamu itu ada-ada ajah."
"Ada-ada ajah gimana maksutnya? Ya kamu itu yang ada-ada ajah."
"Yang, tak bilangin ya, yang aku sayang cuma kamu, yang lain aku anggap teman."
"Trus kenapa akhir-akhir ini kamu ngehindar dari aku?"
"Ouw itu, kan hari ini aku terakhir kerja jadi setelah dari sini aku mau semua fans-fans ku itu tau nya udah gak bisa ngehubungin aku lagi, itu juga kenapa ada yang bilang kalo aku bakalan pindah luar kota biar mereka gak ganggu aku lagi. Aku fokusnya sama kamu."
"Fans? Siapa fans mu?"
"Ya adalah, kamu gak perlu tau."
"Trus maksutmu aku juga fans mu gitu? Makanya aku juga ikutan di cuekin."
"Ya gak lah. Kamu beda. Aku kayak gitu biar mereka juga tau aku gak pilih kasih. Kan yang penting sekarang aku sama kamu."
"Tapi tetep ajah gak kayak gitu caranya."
"Iya iya maaf, udah kan. Ayo pulang, udah malem."
Seketika hatiku sedikit membaik. Kegelisahan ku sedikit mereda. Kata-kata Rika cukup menenangkanku. Aku berharap semoga apa yang dikatakanya adalah benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Dunia
RomanceBagaimana seseorang menjadi seorang lesbian dan kisah cintanya diantara keluarga, sahabat dan lingkungan sekitarnya.