Entah mamaku sudah bicara dengan ibuku atau belum tapi yang pasti ibuku semakin tak suka dengan Rika. Setiap Rika datang sikap ibuku pasti jutek. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa pada ibuku dan Rika, mereka berdua sama-sama kerasnya.
Aku sudah sering melarang Rika datang kerumah dan mengajaknya bertemu saat kerja saja tapi dia tidak pernah mau. Katanya kurang puas dan kurang lama kalau cuma di tempat kerja. Senang sich dengan alasan klasiknya yang kuno itu, tapi aku bingung bagaimana harus bersikap pada ibuku saat ada dia.
Sampai pada akhirnya ibuku melarangku bertemu denganya dan tak memperbolehkan Rika datang kerumah. Karena kami saling ingin bertemu kami memutuskan untuk bertemu secara diam-diam. Tak jarang aku meminta bantuan temanku untuk menjemputku dirumah dan mengantarkanku ke tempat Rika berada. Atau saat pulang kerja aku tak langsung pulang melainkan pergi menghabiskan waktuku bersama Rika hingga tengah malam.
Banyak kebohongan-kebohongan yang aku katakan pada ibuku agar aku bisa keluar untuk menemui Rika. Terkadang saat aku benar-benar tidak diperbolehkan keluar, aku menemuinya sebentar di ujung gang rumahku. Mungkin aku sudah sangat kecanduan dengan Rika sehingga tak seharipun bisa kulewati tanpa bertemu dengan nya.
Seperti hari ini, aku telah meminjam motor pada ayahku. Aku mau keluar dengan Rika hari ini tapi dia sedang tidak ada kendaraan, jadi aku yang membawa motor.
Aku menjemputnya di depan rumahnya. Rumah Rika sederhana dan kecil. Aku tak masuk kedalam rumahnya hanya menunggunya di depan, mungkin Rika masih bersiap-siap pikirku. Lalu ada wanita tua keluar dari dalam rumahnya, mungkin itu ibu Rika, pikirku.
Wanita itu memandangku dengan tatapan tak mengenakan. Dia menatapku sambil berlalu begitu saja.
Tiba-tiba Rika keluar dari dalam rumah, rambutnya yang panjang terurai dan basah. Dia terlihat cantik walau sangat tak sesuai dengan gayanya yang seperti laki-laki. Aku pernah bertanya padanya kenapa dia tak memotong saja rambutnya yang sangat tidak sesuai dengan gayanya itu. Dia menjawab bahwa dia takut dimarahi ibunya jika dia memotong rambutnya. Ibunya pernah bilang bahwa dia akan tampak seperti anak laki-laki jika dia memotong rambutnya.
"Sini masuk dulu Lun!" Ajak Rika "Rumah kosong koq."
Apa coba maksutnya rumah kosong, kalaupun ada orang kan juga gak papa.
Aku memarkirkan motorku di depan rumah Rika. Aku memasuki rumahnya, kulihat Rika duduk di bawah, diatas sebuah karpet.
"Sini duduk disini!" Ajaknya sambil menepuk-nepuk karpet.
Aku duduk di tempat yang Rika tunjuk. Rika langsung memeluk ku dengan erat seperti telah lama tidak bertemu, lalu dia menciumku. Aku tak membiarkan hal itu berlangsung lama, aku takut ibunya yang keluar tadi tiba-tiba kembali.
"Udah! Buruan siap-siap sana, katanya mau keluar." Kataku sambil mendorong mundur wajahnya.
"Tenang ajah, gak ada orang." Katanya dengan santainya.
"Tadi yang keluar ibu mu kan?"
"Iya, emangnya kenapa?"
"Ntar pas orangnya balik waktu kamu cium-cium aku gimana?"
"Ya udah biarin ajah. Gitu ajah koq repot." Katanya sambil menarik tubuhku mendekat ke arahnya.
Rika kembali memelukku dengan erat, aku tak menghindar, tubuhku seakan mengiyakannya. Dia menciumku. Melumat bibirku. Aku hanya memejamkan mataku seraya menikmati apa yang dilakukan Rika padaku sambil sesekali membalas ciumanya.
"Rika!"
Terdengar suara dari luar memanggil namanya. Aku mulai gusar tapi Rika tetap dengan aksinya.
"Rika!"
Sekali lagi terdengar seseorang memanggil namanya. Aku membuka mataku, kutempelkan kedua tanganku di pipinya sambil kudorong wajahnya agar dia melepaskan bibirnya dari bibirku.
"Ada yang manggil tuch!" Kataku sambil tetap memegang pipinya.
"Udah biarin ajah. Gak tau apa lagi asik."
"Liat dulu sana, daripada dia masuk."
"Iya-iya cerewet."
Rika keluar. Samar-samar kudengar dia berbincang dengan orang yang memanggilnya tadi.
"Tetangga sebelah, nyari ibu aku. Ayo lanjut." Katanya.
"Kita berangkat ajah ya, ayo mau kemana hari ini?"
"Hvft, dasar. Terserah kamu ajah mau kemana." Sahutnya sambil cemberut.
Rika sangat bergairah sekali. Aku pun baru mengetahuinya. Entah memang dia seperti itu atau hanya kebetulan saat itu saja, itu yang masi belum ku ketahui. Aku senang dia seperti itu padaku, aku menganggap mungkin memang begitu caranya menunjukan cintanya padaku tapi aku masih takut dengan itu.
Kami pun berangkat. Hari itu kami habiskan berdua hingga sore hari. Kami pergi ke taman, warnet dan mall. Aku senang menghabiskan waktu ku dengan Rika.
Tapi saat yang paling aku tidak suka adalah ketika kami akan pulang. Aku tahu kami hanya akan pulang dan besok pun akan bertemu lagi tapi entah mengapa begitu berat melepasnya pulang.
"Ya udah, kamu hati-hati ya pulangnya!" Kata Rika setelah turun dari motor.
Aku mengantarnya kembali hingga di depan rumahnya, agak sedikit ramai di dalam.
"Iya." Jawabku singkat.
"Ntar kalo udah nyampe langsung kabari aku ya!"
"Iya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Dunia
RomansaBagaimana seseorang menjadi seorang lesbian dan kisah cintanya diantara keluarga, sahabat dan lingkungan sekitarnya.