Perubahan

101 7 0
                                        

Aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan menyangkal perasaanku lagi pada Rika. Ya, aku menyukainya. Terlepas bahwa ini salah atau benar, aku hanya ingin mengikuti kata hatiku.

Setelah kejadian sepatu waktu itu, Rika sering mengantarku pulang jika kita kebetulan satu shift kerja. Tak jarang dia juga menungguku hingga aku pulang. Aku senang dengan perhatian-perhatian kecilnya itu tapi tetap saja aku tak mau senang dulu karena belum tentu Rika juga menyukaiku.

Disaat aku bahagia dengan Rika disaat itu pula aku merasa aneh dengan Mei. Akhir-akhir ini dia sering sewot padaku dan bahkan tidak menyapaku. Apalagi ketika aku sedang bersama Rika, aku lihat wajahnya selalu masam seakan tidak suka melihat kebersamaan kami. Aku tidak tahu kenapa dia seperti itu. Dan satu lagi yang sedikit membuatku cemburu karena dia selalu menempel pada Rika sama seperti saat ini.

" Aku antar pulang ya?" Tanya Rika padaku.
" Gak papa nich? Gak ngrepotin?" Jawabku.
" Gak koq. "
" Blis anterin aku pulang donk! Aku gak ada yang jemput nich. " Tiba-tiba Mei muncul sebelum aku sempat membalas kata-kata Rika.
" Aku mau pulang sama Luna. " Jawab Rika.
Mei melihatku dengan tatapan yang membuatku sedikit tak enak karena berada disitu.
" Gak papa Rika aku bisa pulang sendiri koq. "
" Jangan Lun! Kan kamu udah bilang mau pulang sama aku. "
" Kasian Mei gak ada...."
" Kita pulang bertiga. Ok! " Rika menyelaku sebelum sempat aku menyelesaikan kata-kataku.
" Koq bertiga sich?" Kata Mei sewot.
"Iya gak papa kan sekalian sejalan. Gak papa kan Lun?"
"Ya gak papa kalo gak ganggu dan gak ngrepotin."
"Apaan sich, ya gak lah"
"Eheemm, ayo kapan pulangnya nich?" Sahut Mei tak sabaran.

Akhirnya kita memutuskan pulang berboncengan tiga dengan motor Rika. Ya, sebenarnya gak boleh sich, bisa kena tilang karena menyalahi aturan tapi ini sudah cukup malam dan tidak ada polisi jadi kita berani.

Kami bertiga berjalan bertiga kearah tempat parkir. Seakan tak senang melihatku berjalan bersamaan dengan Rika, Mei berusaha mencari perhatianya. Aku yang sadar akan hal itu dengan sengaja memperlambat jalanku sehingga aku berjalan di belakang mereka berdua. Kulihat mereka begitu akrab dan perasaan cemburu itu kembali muncul.

Sesampainya di tempat parkir Rika mengeluarkan motor kesayanganya itu dan menyuruhku naik.

"Ayo naik Lun!" Suruh Rika padaku.
"Aku dong yang ditengah!" Sahut Mei tiba-tiba.
"Pokoknya Luna ditengah." Bantah Rika.
"Kenapa sich? Kan turunya duluan dia."
"Udah gak papa aku dibelakang." Sahutku.
"Ayo naik Lun! Pokoknya kamu ditengah." Kata Rika sembari menarik tanganku.
"Kalo kamu gak mau kamu bisa pulang sendiri Mei." Tambah Rika pada Mei.
Mei hanya bisa memonyongkan bibirnya saja.

Rika mengantarku hingga depan rumah.
"Makasi ya." Kataku sesampainya dirumah.
"Iya sama-sama. Jangan tidur malem-malem." Kata Rika.
Aku membalasnya dengan senyuman sembari kulihat wajah masam di belakang Rika.
"Hati-hati dijalan." Kataku pada mereka berdua.

Setelah melihat mereka berdua berlalu aku masuk kedalam rumah. Tiba-tiba aku kembali teringat perkataan Rika.
Jangan tidur malem-malem.
Aku tersenyum mengingatnya. Mungkin dari hal-hal kecil seperti inilah yang membuatku menyukainya.

Banyak perubahan yang terjadi pada diriku setelah aku tak lagi menyangkal perasaanku. Dan sepertinya akan lebih banyak lagi perubahan yang akan terjadi padaku dan sekelilingku jika rasa ini terus berlanjut.

Aku Kamu dan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang