Aku Kamu dan Dunia

Tumbuhnya Rasa

Sudah seminggu sejak Rika menyuruhku diam waktu itu dan sampai saat ini pun aku masi belum bicara padanya. Aku takut dia menyuruhku diam lagi. Aku jengkel di membentaku saat itu.
"Udahlah Lun kamu sapa ajah dia. Iblis gak marah koq sama kamu." Kata Ika mencoba membujuku.
"Gak ah, Ka. Dia suru aku diem koq. Yaudah aku diem kan sekarang."

Tiba-tiba Rika datang sontak aku memalingkan muka dan pergi meninggalkan mereka. Aduh, kenapa aku terlalu berlebihan seperti ini.

Malam hari sepulang kerja..

Hal yang paling aku suka saat dirumah adalah berkutat di depan komputerku. Saat ini teman-teman kerjaku sedang asik-asiknya berkumpul di jejaring sosial facebook. Kita bicara banyak hal, dari para senior ganteng sampe lelucon yang tidak jelas. Saat asik berkomentar dengan mereka aku lihat ada satu. Notifikasi pesan. Rika.

Hai. Online terus ajah daritadi. Tulis pesanya.

Kenapa dia seperti biasa saja, padahal aku sudah seminggu ini tidak menyapanya malah justru menghindarinya. Tapi, kenapa aku malah senang dia menghubungiku. Senyum seakan tak mau hilang dari bibirku setelah membaca pesanya.

Sejak itu aku dan Rika pun sering berkirim pesan dan bertemu di media sosial kami tapi, pada kehidupan nyata kita tak pernah sekalipun saling menyapa hanya sesekali jika tak ada orang kita saling menyunggingkan senyum satu sama lain. Entah apa yang aku rasakan tapi aku merasa ada yang salah dan tidak seharusnya seperti ini.

Hari demi hari berlalu seperti itu, sampai pada suatu hari Rika memanggilku dengan sebutan 'sayang'. Kurasa tak ada yang aneh dengan hal itu karena semua teman-temanku terkadang juga saling memanggil dengan sebutan itu tapi aku merasa berbeda dengan yang terjadi pada Rika, atau aku yang berbeda?

Ah tidak, Rika memang terkenal baik pada semua orang. Dia memang sering memperhatikan temanya. Hampir setiap hari dia mengantarkan teman kerjanya pulang terutama Mei. Mungkin aku hanya terbawa perasaan saja karena kebaikanya.