Love In Silence

1.8K 167 38
                                    

🥀🥀🥀

Kedua tangan dan kakinya dengan susah payah mencoba memanjati markasnya sendiri. Bukan, itu lebih layak disebut sebagai rumah. Dengan modal nekat, ia berusaha naik agar tak ketahuan. Balkon yang terdapat pada kamarnya yang menjadi tujuan pria itu. Dan usahanya membuahkan hasil kala ia berhasil meraih pagar balkonnya. Dengan perlahan ia mencoba untuk melewati pagarnya sendiri dan..

"Park Jimin!" Jantungnya hampir saja copot jika ia tidak melihat siapa yang baru saja membuat dirinya terkejut.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu?! Jangan pernah pergi kesana lagi! Apa kau sungguh ingin mati di tangan ayahmu?!" Bentakan dengan suara berat tak terhindarkan, rasanya telinga Jimin akan pecah jika terus-terusan mendengarkan Kim Taehyung berceloteh tanpa jeda.

"Hai, Taehyung-ah?" Sapa Jimin untuk mengelak emosi Taehyung yang mungkin sudah lama menunggunya.

"Kau menungguku? Sudah kubilang jangan menunggu-.."

"Kau dengar aku tidak?! Kenapa sih kau tidak pernah mau mendengarkanku?! Beruntung aku yang memergokimu, jika itu ayahmu.. maka aku tidak tahu lagi bagaimana nasibmu nanti." Lagi, Jimin hanya menatap jengah pada sepupunya itu. Kemudian mulutnya mendesis sebagai responnya.

"Iya aku tahu!" Sahut Jimin dengan ketus.

"Dan kenapa akhir-akhir ini kau persis sama seperti si tua bangka sialan itu! Berhenti mengaturku Taehyung-ah, aku bukan anak kecil lagi!" Protes Jimin ketika ia hendak masuk ke dalam kamarnya. Berada di balkon sambil mendengarkan Kim Taehyung mengomel rasanya ia menjadi muak sendiri.

"A-apa?! Kau bilang apa Park Jimin?!" Mata Taehyung melotot sempurna, dia mencekal lengan Jimin karena tidak terima atas ucapan Jimin barusan. Ini, entah keberapa kalinya ia dikatai seperti itu.

"Ku bilang kau seperti si tua bangka sia-.."

Bugh!

Tinjuan mendarat di pipi kanan Jimin, dan langsung membuat pria itu jatuh tersungkur di lantai balkon. Dengan jengkel Jimin meludah sembarangan karena merasakan darah yang keluar dari gusinya.

"Jaga ucapanmu! Bagaimana pun juga aku masih menghormati ayahmu. Apa kau sebagai anaknya tak pernah berpikir untuk menghormatinya?! Kau harus ingat jika kau adalah penerusnya! Akan jadi apa jika Busan tanpa adanya ayahmu?! Seharusnya ka-.."

"Busan? Kenapa aku harus terlahir di Busan dan menjadi anak dari pria gila itu?!" Jimin mengelak, rasanya sudah cukup habis kesabarannya. Pria itu kini berdiri dan menatap tajam Taehyung.

Kalau bukan karena Busan dan ayahmu, kau tidak akan pernah lahir Park Jimin. Ucap Taehyung dalam hati.

"Kalau kau menghormati ayahku, kenapa kau tidak jadi anaknya saja lalu menjadi penerusnya?! Dengan begitu kalian bisa menguasai Busan bersama." Gerutu Jimin kesal.

"Asal kau tahu Kim Taehyung! Aku tidak suka menjadi penguasa! Aku tidak pernah tertarik pada semua yang telah mereka berikan padaku. Kupikir mereka sudah gila! Mereka merampas kebahagiaan orang lain dan apa kalian sadar akan hal itu? Apa kau tidak merasakan hal itu pada keluargamu? Kau tidak melihat jika mereka sudah gila?!" Tambah Jimin, membuat Taehyung termenung.

"Ada sebuah hal yang bisa kalian lakukan untuk menjadi penguasa tanpa harus mengorbankan orang lain." Lanjutnya.

"Dan aku mengerti mengapa ibuku lebih memilih pergi daripada harus hidup bersama pria tua itu."

"Oh, memangnya siapa yang tahan dengan pria kasar dan kejam seperti itu. Bisa-bisa pria tua itu membunuh ibuku juga, sama seperti mereka-mereka yang dianggap rendah olehnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love is Magic [Seulmin Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang