Note: Better read with play the media.
I have never heard a silence quite so loud
I walk in the room and you don't make a sound.
.
Dahyun menatap lelaki di hadapannya yang tengah menyantap masakan dalam diam. Ia ingin membenarkan ikatan dasi yang terlihat serampangan dan mengusap beberapa noda putih di jas hitam tersebut, tapi nyali Dahyun terlalu pengecut.
Jemari lentiknya tidak sedikitpun menyentuh sendok stainless yang terletak dalam piring berisi nasi campur buatannya sendiri. Pria itu, Jungkook, sepenuhnya mencuri atensi. Segala pergerakan Jungkook ia kunci dalam pandangan, hingga tak sadar kini bibir tipisnya menampilkan senyuman.
"Aku pulang terlambat nanti, jangan menungguku."
Dahyun mengangguk. Ia berdiri menyusul Jungkook yang sudah selesai dengan sarapan singkatnya, berlaku seperti pasangan yang baik dengan menghantar pria-nya sampai ke depan pintu. Ia melambai pelan kemudian kembali ke mejanya selepas mobil Jungkook nanar dari pandangan.
Hendak membereskan alat makan, lakunya terhenti. Biasanya ada banyak hal yang membuatnya tersenyum tanpa henti, terlebih di flat minimalis yang sudah genap dua tahun ia huni ini. Pikirannya melayang saat Jungkook dengan nekatnya membawanya merasakan pengalaman baru. Saat itu, Dahyun masih lugu, Jungkook pun begitu. Mereka sama-sama naif akan cinta. Berpikir akan segalanya sama, namun takdir membawa Dahyun pada realita, dimana binar asmara sudah kehilangan cahayanya.
Dahyun merasa pening dan dadanya sesak. Ia tertuduk di kursi kayu tempat semula ia beradu tatap dengan Jungkook tadi pagi. Nafasnya terhembus berat. Sesaat Dahyun menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menepis segala pikiran kalut yang hinggap di benaknya.
Sudah pukul sebelas malam, dan Dahyun masih bertahan di dalam selimutnya dengan mata terjaga. Jungkook belum pulang, dan ia terlalu takut untuk sekedar mengirimkan pesan.
Dahyun terkesiap dengan bunyi pintu apartment yang terbuka. Ia segera membalikkan badan dan mengurung diri dalam selimut tebalnya. Langkah demi langkah itu memasuki kamar yang sudah ia ketahui siapa pemiliknya. Ia mencoba memicingkan matanya saat kasurnya terasa ditiduri oleh seseorang. Dahyun ingin berbalik, sekedar memastikan apakah orang ituㅡJungkook, sudah mengganti pakaian kantornya atau sudahkah ia mengisi perut. Tapi ia tak mau menanggung resiko, Jungkook tidak suka saat ia tidak menurut, terlebih tau Dahyun belum tidur selarut ini.
Lampu kamar itu sudah dimatikan sejak lima menit lalu. Dahyun akhirnya bergerak pelan, membalikkan badannya hingga berbaring menghadap lelaki yang kini ia yakin sepenuhnya sudah masuk ke alam mimpi.
Ibu jari milik Dahyun bergerak halus di permukaan wajah Jungkook, sesekali ia juga mengusap rambut tebal pria itu dengan hati-hati. Wajah yang ia belai tersebut masih sama, masih sangat tampan. Tuhan sudah sangat hebat dalam merancang hamba-Nya itu; hidung mancung, bibir tipis dan garis rahang tegas, perpaduan yang sangat pas. Tidak berubah sama sekali semenjak tiga tahun lalu. Entah sejak kapan, Dahyun melakukan kegiatannya ini setiap malam, setiap Jungkook telah tertidur. Baginya mendapati Jungkook terlelap seperti obat tidur yang sangat manjur.
Keberadaan Jungkook di sampingnya menciptakan rasa nyaman tiada dua, itulah mengapa kini ia pun sudah menyusul Jungkook untuk berpetualang di mimpinya.
°˖✧◝
Jungkook melenguh saat mentari menyapa tanpa permisi melalui celah jendela yang terbuka. Matanya dengan berat menyalang, memperhatikan ruang di kasurnya yang tampak kosong. Baru ingin kembali memejamkan mata, harum rempah-rempah menggelitik hidungnya.
Beberapa jenis makanan dengan apik tersaji di meja makan, mengundang Jungkook yang baru saja selesai dengan acara mandinya meneguk ludah, terlebih perutnya kini meronta-ronta. Ia melirik ke arah wanita dengan apron merah muda yang membelakanginya. Semakin salah tingkah saat yang dipandang berbalik dan tersenyum manis hingga matanya hampir membentuk garis.
"Sudah jam 8, kak. Dimakan dulu sarapannya. Ada meeting kan?"
Jungkook mengangguk lalu duduk dengan santai di meja makan. Sesekali melirik Dahyun yang masih sibuk berlalu lalang menaruh masakan.
"Kenapa masak banyak sekali?"
"Mau ku bungkus untuk bekal, boleh?"
Jungkook tersenyum tipis sebelum mengangguk menyetujui. Nanti pekerjaanya cukup banyak hingga mungkin untuk kesekian kali ia harus merelakan makan siangnya. Usul Dahyun tidaklah buruk, setidaknya ia bisa makan tanpa harus pergi ke kafetaria yang memakan waktu lima menit.
Suapan Jungkook akan nasi gorengnya terhenti karna getaran smartphone pipih berwarna silver di atas meja.
Sekretaris Lalisa.
Kamu nggak lupa tentang hari ini kan?"Nanti aku pulang terlambat lagi."
Dahyun mengiyakan. Kaki kecilnya kembali ke dapur untuk menyiapkan rantang untuk kekasihnya bawa. Sedikit terburu-buru karna Jungkook sudah berlalu ke arah pintu utama dan memakai sepatu.
"Kak, bekalnya."
Tangan kanan Jungkook terulur lalu meneruskan langkah menuju mobil audy putih miliknya. Dahyun tersenyum melepas kepergian kendaraan Jungkook kemudian mengelus perutnya pelan.
"Daddy mu sibuk, besok saja mommy kasih tau keberadaanmu, ya."
°˖✧◝✧˖°