Warn: lil mature.
Please be a wise reader.Ini berkaitan sama chapter 2 dan 4 ya. Kalau lupa bisa baca lagi aja hehe.
.
.
Salju turun lebat, menjadi penyapa masuknya bulan natal kala itu. Beragam emosi menyeruak, sebagian bersuka, sebagian direndung duka.
"Jungkook!"
Tapakan tersebut bergerak hyperactive. Membuat yang dipanggil, Jungkook, buru-buru berjalan menyusul sumber suara dengan cemas.
Jungkook tertawa pelan seiring sebuah tubuh ringkih berhampur ke peluknya, disusul dengan lengan si empu yang mengalung erat di pinggang serta tubrukan muka di dada Jungkook.
"Tumben sekali, ada apa?"
Jungkook merasakan kepala itu menggeleng lemah.
"I'm cold..."
Lagi-lagi Jungkook mengulum tawa. Ia pegang kedua bahu gadis tersebut, menjauhkannya pelan lalu mengarahkan pandangan mereka agar bertemu setelahnya.
Kantung mata sembab, mata yang memerah serta hidung bangir memerah cukup menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada wanitanya tersebut.
"Rose, what happened?" tanya Jungkook panik.
Rose tidak langsung menjawab. Bibir bawahnya ia gigit kuat dan kemudian kembali menghambur ke tubuh hangat Jungkook yang berlapis jaket bulu tebal. Usapan sayang diberikan Jungkook pada punggung sang gadis.
"Let's break up, Jungkook."
Kalimat lirih itu membuat Jungkook kaku. Sedetik kemudian ia lepas rengkuhan, pundak Rose ia cengkram pelan lalu tatapan kembali mereka adukan.
"What's wrong? Rose, did I do something wrong?"
Pegangan di pundak Rose semakin menguat seiring badannya digoyangkan pelan. Rose menghindari tatapan Jungkook yang menuntut penjelasan. Karena sesungguhnya kalimat tadipun menjadi boomerang untuknya saat diucapkan.
Jungkook menatap wajah Rose yang menunduk. "Tell me, what happened to you."
Si lawan bicara akhirnya menengadah, mempertemukan manik mereka yang disulut duka. Terlebih Jungkook, ia kecewa.
"Jungkook aku mohon maafkan aku," kalimat Rose terjeda. Air matanya seakan ingin tumpah dan ia terlihat sangat berusaha menahan. "tolong lupakan saja.."
"lupakan kita, tolong aku Jungkook."
Jungkook masih dengan lidah kelu, badan kaku dan tergugu. Rose meraih tangan Jungkook di bahunya. Ia mengelusnya pelan, "I do really love you, but I have to leave you."
Tubuh gadis itu undur, mengenyahkan siluetnya dari sorot Jungkook yang bergeming tanpa kata.
"Jungkook, hei."
Jungkook terkesiap. Maniknya berkedip cepat, lalu saat melihat seseorang menghampirinya dengan raut heran Jungkook menggeleng samar.
"Kamu melamun?"
Ia memijit pelipisnya, disusul dengan anggukan pelan kemudian.
"Apa itu tentang aku? Tentang kita?"
Kalimat tanya Rose hanya mendapat respon dehaman dari Jungkook.
Ah, sudah lama sekali.
Bayangan masa lalu tanpa ia sadari sudah berhasil menggali kenangan, kenangan masa enam tahunnya bersama sang gadis yang kini tengah menatap Jungkook dalam diam. Rose, cinta pertama sekaligus patah hati terbesar Jungkook bukan hanya tinggal potret memori, ia telah disini.