07.

1K 159 33
                                    

HAY ADA YANG KANGEEEN????


Better read as u playing the media above.

Guys, semoga kalian sadar kalau ini alurnya maju mundur. Yang chapter 06 itu throwback chapter 2 sama 4 ya. Kalau ini lanjutan yang ke 05 hihi.

.

.

Sabtu, 27 Juli.

Dahyun tidak berhenti tersenyum dalam gerak. Dengan laku dibuat-buat, ia menyudahi dekorasi cream vanilla di kue coklat buatannya.

Sabit bibir semakin melengkung ke atas, tulisan di makanan manis persegi tersebut benar-benar menyentuh hatinya.

Hari ini genap usia ketiga tahun Dahyun dan Jungkook.

Jamuan makanan berat memenuhi meja, Dahyun memang tidak perlu diragukan dalam hal memasak. Porsi itu cukup banyak, tapi bagi Dahyun tidak mengapa. Terlebih, semuanya adalah jenis masakan kesukaan sang pria, ia ingin memanjakan seleranya.

Satu hal lagi, Dahyun ingin memberi kejutan besar setelah sekian lama merahasiakan dalam diam, memberitahu keadaan janin yang ia kandung.

Perempuan berkuncir kuda tersebut menatap jam dinding, memperhatikan denting demi denting bergulir dengan harap-harap cemas. Sudah jam sembilan, Jungkook belum pulang.

Ia raih telepon genggam, mencoba memanggil si pria, beberapa kalipun tidak ada jawaban yang dipinta.

Apa Jungkook lupa?

Dahyun menggigit bibir, memainkan jemarinya di meja dan sesekali melirik ke arah pintu utama. Benaknya pikirkan sesuatu yang buruk, takut-takut ada sesuatu yang terjadi pada Jungkook.

Dahyun sentuh lagi layar smartphone-nya. Ada wajah sumringah mereka disana. Posisinya, Jungkook merangkul pinggang Dahyun mesra dengan saling tatap dan mulut terbuka karna tertawa. Mereka dulu tampak begitu bahagia.

Si jelita menaikkan kakinya, duduk dengan merangkul lutut seraya tertunduk.

Dahyun tidak pernah benar-benar menangis, ia hanya terisak kecil kemudian berhenti dan tertidur. Namun malam ini ia tidak habis pikir dengan dadanya yang bagai dihujam belati. Pikirnya, Jungkook akan pulang dan menyambutnya dengan senyum hangat, memuji masakan Dahyun lalu mengelus surai legamnya.

Malam tanpa jerit jangkrik ataupun derit aduan pegas, mereka senyap. Seakan ingin menyaksikan kelam dengan suka citanya menghacurkan harap. Apa yang mau dikata, ia merana. Ironis terkurung dalam kesendirian hingga hanya pelukan di lutut yang ia eratkan, menangis dan meraung kemudian.






Benar saja, Jungkook tidak kembali hingga pagi, tanpa mengabari. Kantung mata Dahyun bengkak, ia menangis dalam keadaan sama sepanjang malam.

Ia tidak sempat menyimpan masakan, hingga terpaksa harus ia relakan untuk di buang.

"Cklik."

Lirih bariton menyusup ke indra pendengaran, namun tak sigap Dahyun pedulikan. Masih dengan kepura-puraan, ia membenahi dapur yang sesungguhnya telah ia usap bersih beberapa menit lalu. Derap mendekat, hingga ia rasakan hembusan nafas menyentuh kuduk, itu Jungkook. 

"Sedang apa?"

Terkejut, ia bereaksi berlebihan; badannya terlonjak dengan cicitan kecil, hampir saja kepalanya menyentuh ujung salah satu pintu rak buffet jika saja tangan lincah Jungkook menarik pinggang ramping tersebut. Dada mereka bersentuhan, posisi wajah kurang dari sepuluh senti, dan jangan lupakan kedua pasang retina yang saling beradu pandang. 

"Kamu kenapa, sih?" 

Realita menembus alam bawah sadar Dahyun seketika. Kelopaknya bergerak gusar sebelum kemudian ia melepas diri dari dekapan Jungkook. Bibir ia kerutkan ke bawah, melirik sang pria dengan sinis dibuat-buat.

"Kakak tuh, ngagetin aku!" 

Mau tidak mau, Jungkook terkekeh. Belum sempat mengeluarkan balasan, ia terdorong ke samping akibat senggolan Dahyun yang berlalu melewatinya. Ia mengulum senyum, berbalik mengikuti langkah Dahyun dengan kedua tangan tersembunyi di balik saku celana. 

"Aku kemarin bermalam di kantor."

Dahyun tidak memutus kata, hanya terkaku sedetik lalu kembali berkutat dengan pisau dan apel di tangan.

"Maaf, maaf melewatkan malam tadi. Aku beneran lupa--"

"Aku hamil, kak." 

Si lawan bicara sadar Jungkook tengah menatapnya. Potongan buah itu tidak jadi ia teruskan, malah beralih memberi atensi kepada yang lebih tua. Sabitnya mengembang kaku,

"Aku hamil, sudah mau masuk enam minggu."

Jungkook merasa tuli. Ia mendekat gelisah ke sang kekasih, mencengkram pundak Dahyun sebelum mengguncang tubuh itu pelan. 

"H--hamil?"

Anggukan ragu Dahyun berikan. Jungkook bangkit, sesekali menggelengkan kepalanya sebelum mengusap muka dengan telapaknya. Gumaman itu lirih namun dapat meremas hati Dahyun ketika mendengarnya.

"Mana mungkin.."

"Bagaimana bisa.."

Satu yang Dahyun percayai, Jungkook tidak senang dengan kabar tersebut.

°˖✧◝✧˖°


SABAR GAIS SABAR, buat yang minta peran tambahan bakal ada kok di upcoming chapter. Jadi sabar ya hehe.

MUFFIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang