05.

915 161 43
                                    

NYOH AKU KASIH PANJANG NYOH KOMENNYA MANA 🙄

Note: better read with play LANY-Malibu Nights.

Somebody help, it's getting worse
What do you do with a broken heart?

.

.

Kondisi Dahyun semakin memburuk. Tadi ia sempat muntah beberapa kali dan badannya semakin panas. Alhasil ia harus kembali pada posisi baringnya. Ia menoleh sesaat Jungkook muncul dari balik pintu, dengan membawa nampan dengan mangkuk dan air putih di atasnya.

Lelaki itu duduk di atas kasur, lalu menaruh nampan kayu tersebut di atas nakas. Lengannya terulur membantu yang lebih muda untuk membenarkan duduknya.

Dahyun menyimak laku Jungkook dalam diam. Satu yang ia tahu, kekasihnya terlihat sangat khawatir. Tanpa sadar perasaannya menghangat.

"Kamu semalam nggak makan?"

Anggukan lemah Dahyun tidak dilirik oleh Jungkook karna lelaki tersebut tengah meraih sebuah mangkuk dan menopangnya di paha kemudian. Mengambil sesendok lalu mengarahkan ke mulut Dahyun yang tertutup rapat. Bibir tipis Dahyun yang kekurangan cairan terbuka berat diikuti sesendok bubur masuk menyapa lidah tidak berasa miliknya.

Dahyun menggeleng lalu mendorong pelan mangkuk itu,

"Nggak mau bubur. Mulutku nggak enak, kak."

Jungkook segera menyodorkan segelas air lalu napasnya terhela kasar.

"Mau sakit terus? Lagian kenapa bisa ngelewatin jam makan, hm?"

Nada Jungkook masih sama datarnya walau maniknya terlihat bergetar.

Dahyun hanya mengeluarkan senyum lebar, sedikit meringis sebelumnya karna pertanyaan Jungkook.

"Mau ke rumah sakit?"

Sebenarnya ia ingin mengiyakan, tapi telepon Jungkook yang tidak berhenti berdering membuatnya sadar bahwa pria itu sedang dikejar oleh pekerjaan.

"Aku minum obat saja, kak. Lagian kamu tau gimana aku benci bau rumah sakit."

Jungkook mengangguk lemah. Ia membantu Dahyun meminum obat dan berbaring setelahnya. Telapak Jungkook beralih meraih tangan Dahyun, menggenggamnya saat kelopak cantik milik gadis itu mengatup sempurna.

Jemari Dahyun semakin kurus. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali menyematkan kepalan itu kepada sang kekasih. Atensi Jungkook beralih pada wajah pucat Dahyun dengan pipi tirusnya. Bibir tipis itu hampir menyamai warna muka, membuat Jungkook semakin menatapnya iba.

Wajah polos Dahyun sungguh damai, hingga Jungkook merasakan dilema. Ia sulit menebak bagaimana perasaan si hawa, terlebih Dahyun adalah tipe yang pandai menyembunyikan air muka. Sebenarnya mereka tidak jauh berbeda. Sulit untuk saling bertatap muka dan menyampaikan seluruh rasa, terlebih Jungkook yang memang begini pada dasarnya.

Jungkook tidak sebajingan yang kalian kira. Ia hanya bingung akan pilihan yang menghadapinya. Di satu sisi, ia jengah dengan semua aktivitas mereka, di sisi lain ia tidak yakin apakah langkah benar jika meninggalkan Dahyun.

Bukan tidak terpikir olehnya waktu yang sudah mereka habiskan bersama. Tapi lagi-lagi, keadaan sangat mudah menggodanya.

Drrtt

Roseanne.
Aku ingin bertemu, jam 7 di lobi. Bisa?

°˖✧◝

Washington tidak berhenti bercahaya walaupun malam. Kerlap-kerlip lampu kota dan kendaraan yang berlalu lalang menambah riuh jalanan.

Dahyun mengamati dari balik jendela taxi. Binarnya tidak jengah menatap bagaimana bangunan-bangunan besar di sekeliling menyesaki ibu kota tersebut. Di balik senyumnya yang merekah, batinnya tidak berhenti berkecamuk. Sedikit takut mengingat tujuannya saat ini.

Setelah menyerahkan dua lembar dollar kepada sang supir, Dahyun menapakkan langkah kecil miliknya memasuki bangunan tinggi yang baru pertama kali ia datangi.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Dahyun datang ke kantor kekasihnya bekerja. Selepas dari rumah sakit, Dahyun mendapat pesan bahwa Jungkook akan pulang sangat larut karna pekerjaan yang menumpuk. Kebetulan tadi ia sempat membeli beberapa makanan untuk dibawakan, karna ia sangat paham lelaki itu pasti akan melewatkan makan malamnya jika tidak diingatkan.

Kening Dahyun mengkerut. Pemandangan disana sangat asing dan ia bingung harus kemana. Niatnya ingin mendatangi pusat informasi, Dahyun menemukan subjek yang ia cari.

"Kak Jungkook!"

Si pemuda merespon tak percaya. Terburu-buru mendatangi Dahyun yang saat ini tersenyum amat lebar seraya mengangkat bungkusan yang ia bawa. Mulutnya bergerak seakan mengatakan,

'Aku bawa makanan.'

Jungkook tidaklah sendiri, ia bersama Lalisa, sekretarisnya yang kini tengah memandang heran. Langkah Lalisa sedikit lamban, hingga tidak dapat menghentikan bagaimana Jungkook membawa si wanita mungil hingga luput dari pandangan.

Dahyun terkejut dengan tarikan Jungkook yang bertenaga. Belum lagi saat lelaki itu sedikit menghempaskan pegangan tangannya di bawah tangga.

"Kamu kenapa bisa kesini?"

Dahyun tidak bodoh. Terlihat jelas bahwa Jungkook sangat panik akan kedatangannya. Ia meraih tangan Jungkook dan menautkan telinga bungkusan itu disana.

"Mau mengantar cemilan. Aku tau kakak belum makan."

Dahyun masih dengan senyumnya ketika kembali bersuara,

"Maaf, ya? Seharusnya tadi aku mengabari kakak."

Punggung tangan berurat Jungkook ia elus pelan,

"Aku pulang dulu. Jangan sampai kecapean. Kakakku yang tampan ini sudah seperti orang tua karna selalu bekerja keras."

Jungkook masih membeku dalam tegak. Lidahnya kelu hanya sekedar mengucapkan sepatah kata sebelum akhirnya si wanita sudah berbalik seraya berjalan kecil dengan membungkuk, sedikit mengendap-endap di dinding lorong dan berlari setelahnya. Mau tidak mau sudut bibir Jungkook tertarik ke atas, Dahyunnya begitu menggemaskan. Eh?

Kemana saja dirimu, Kook?

°˖✧◝✧˖°

MUFFIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang