11.

672 94 25
                                    

Warn: Mature.

.

.

.

Seminggu sejak pengakuannya, seminggu pula Jungkook tidak kembali ke flat mereka. Dahyun termenung, angan berkelana jikalau saja ia tahan sebentar lagi kebenaran itu. Pikirnya, Jungkook belum siap, atau bahkan banyak beban pikiran, pastilah itu yang membuat pria tersebut berlaku tidak terima.

Ia mengelus perut berlapis gaun tidur tipis berwarna sakuranya, merapalkan kata maaf lebih dari ratusan kali kepada makhluk yang bahkan tak ia periksakan jenis kelaminnya. Bibir tipis bergetar seiring netra basah akan bulir air mata.

Sesal tak pernah terbersit. Saat itu seingat Dahyun, Rabu malam. Jungkook pulang dengan langkah gontai, memeluk Dahyun tiba-tiba yang mencoba memapahnya masuk ke ruang tidur. Bau pekat alkohol menyeruak. Jungkook tampak mabuk berat.

Tubuh tinggi Jungkook dibaringkan susah payah. Lelaki tersebut sesekali menggumam rancu, bahkan terkekeh kuat dan tanpa persiapan, lengan kosong Dahyun yang mengawang sesaat kaki hendak melangkah keluar, ditarik paksa. Siempunya terhuyung, menimpa Jungkook dengan telungkup.

Tanpa sempat mengeluarkan kata, tubuhnya didorong ke samping, hingga posisinya Dahyun terlentang di bawah kukungan Jungkook. Peluh basahi permukaan dahi, debaran jantungpun terpompa tak terkendali.

Selanjutnya yang ia ingat, mata Dahyun beradu dengan milik Jungkook yang setengah terbuka, menatap sipit namun ntah mengapa, ia dapat rasakan tekanan di sana. Nyalinya ciut di bawah tindihan, tenaga Jungkook tidak untuk ia lawan.

"Kak.." Ia bercicit pelan.

Cicitan tidak diacuhkan, hingga ia hanya pasrah saat bibir berisi Jungkook melumat kasar bibir 'cherry' miliknya tanpa ampun. Ceruk leher Dahyun kemudian jadi sasaran. Jungkook mengendus aroma sabun yang menguar dari kulit sang kekasih, menyesap dan menggigit kecilnya setelah itu.

Dahyun berulang kali mendorong tubuh besar Jungkook, namun Jungkook tetaplah lelaki yang tenaganya jauh lebih kuat.

Kedua lengan Dahyun ia genggam dengan satu tangan dan ia kaitkan di atas kepala gadis itu sementara lidahnya menyapu permukaan kulit leher Dahyun pelan bak slowmotion, lembab dan panas. Dahyun ingat bagaimana prianya gusar, membuka kancing kemejanya yang kemudian sembarangan dilempar. Dahyun tak sempat ucapkan satu kata kala bibir mereka kembali berpagut, menciptakan bunyi kecipak basah, sementara tanpa protes lebih lanjut kaus putih Dahyun telah berhasil terlucut.

Rekaman memori berganti pada momen di mana kaki Dahyun di lebarkan, mengangkang malu-malu dengan tubuh telanjang di muka Jungkook yang tatap tubuhnya seperti santapan. Hendak bilang jangan, sungguh ia tak berdaya sebab nafsu kalahkan logika. Kemudian ia hanya dapat mendesah keras saat Jungkook masuki dirinya.

Tubuh seputih susu tersebut berpendar kemerahan dengan peluh jagung di sekujur badan, tengadah ke atas dengan bibir terbuka, tambah libido Jungkook capai ubun-ubun kepala.

Bibir mereka kembali bergumul liar sebelum terputus akan tumbukan sang kekasih yang semakin dalam.

"Ngh ahh Oh astaga!"

Jungkook benamkan wajah pada leher Dahyun; kecup main-main, gigit dan hisap kuat. Efeknya sungguh buat Dahyun semakin pening di saat jemari lelaki-nya turun ke puting susunya yang menegang, memutarnya perlahan dan ia beri remasan kuat. Dahyun hanya dapat menangis tergugu dengan sesekali mendesah mendayu-mendayu.

Persetan akan kenyataan Jungkook yang setubuhi ia tanpa pengaman, yang terpikir di kepala saat itu hanyalah mencapai pelepasan.

Mengingat bagaimana malam panas mereka, sesak penuhi dada Dahyun seketika. Beberapa tahun bersama, mereka tidak pernah benar-benar bercinta. Jungkook sebut bahwa Dahyun adalah wanita yang ia muliakan, oleh karna itu sebisa mungkin nafsu ia tahan.

Dahyun kerahkan harga diri, Dahyun percayakan raga dan hati. Pikirnya ia dan kekasih akan hadapi berdua konsekuensi. Reminisensi akan kata cinta yang penuhi rungu tak mampu jamin kemungkinan pasti. Malang, Jungkook akhirnya pergi, menolak mentah-mentah si buah hati.

Layar telepon genggamnya tampakkan pesan yang ragu-ragu ia buka. Kuasanya gemetar, dadanya ia tepuk keras sebelum jerit tangis menderas.

Rose.
Jungkook di rumahku.

°˖✧◝✧˖

Kalau kalian bawel di komen aku bakal rajin update deh. :-D
See you!







MUFFIN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang