17. Maksud Bagas

2.5K 170 4
                                    

Typo bertebaran!! :v

Gak sempat edit juga, jadi maaf kalo berantakan:)

------------------------------------------------------

"Yang menang boleh minta apa aja dan yang kalah harus nurutin permintaanya. Gimana?" Sela Fla.

Bagas menaikkan sebelah alisnya, lelaki itu sedikit tertarik dengan penawaran gadis didepannya ini.

"Deal!" Kata Bagas, mengulurkan tangannya.

Fla tersenyum riang kala Bagas mengulurkan tangannya,
"Hiyeyy!" Katanya sambil melompat-lompat seperti anak kecil. Dengan cepat gadis itu membalas uluran tangan Bagas, "Deal!" Balasnya.

"Suuuuu it!"

Bagas mengepal tangannya berbentuk batu, sedangkan Fla kertas.

"Yey!!" Fla melompat girang, lalu menendang kaleng itu hingga terpelanting cukup jauh.

Kedua kalinya mereka suit, lagi-lagi Fla yang mendapat kesempatan untuk menendang kaleng itu, hingga berjarak cukup dekat dengan letak motor Bagas.

Bagas tentu saja tak tinggal diam, lelaki itu tidak mungkin mengalah ataupun menyerah begitu saja. Mana mungkin ia menerima kekalahan permainan mudah ini, terlebih lagi lawannya seorang perempuan.

"Liat! Ini kesempatan terakhir, kalo aku menang, turutin permintaan aku, oke?" Kata Fla antusias.

Bagas menaikkan sebelah alisnya, "Kalo kesempatan terakhir ini tendangan gue sampe motor, lo turutin perintah gue?" Ucapnya datar.

Fla mengeritkan dahi, "Kok gitu? Kan dari tadi aku yang nendang." Sanggahnya.

"Gak peduli. Lo cuma bilang siapa yang bisa nendang lebih dulu sampe motor gue.." Bagas menjeda ucapannya lalu menelengkan kepala menatap Fla, "Menang."

Fla sedikit berfikir, "Kalo gitu curang dong! Aku yang usaha sampe sini, tapi kalo satu kesempatan suit kakak menang, kakak yang berhasil." Katanya sedikit kesal.

Bagas terkekeh,"Makanya kalo main bikin peraturan."

Fla mengerucutkan bibinya kesal, dia merasa terjebak oleh permainan yang ia buat sendiri.

"Jadi? Setuju atau udahan mainnya?" Kata Bagas menyeringai. Lelaki itu seperti tau betul apa yang akan dipilih Fla.

"Setuju. Siapa takut, aku gak akan nyerah gitu aja!" Katanya sarkas.

Bagas tersenyum tipis, lihat! Tebakannya benar, gadis itu pasti akan menyetujuinya.
Ia sedikit menegakkan tubuhnya, lalu mencondongkannya wajahnya tepat satu jengkal didepan wajah Fla, membuat gadis itu sedikit menjauhkan wajahnya. "Let's see, kitten!" Ucapnya menyeringai.

Fla tidak perduli, ia hanya berdecih dengan raut kesalnya.

"Suuuuuit!"

Mata Fla melebar kali ini, mulut gadis itu membentuk huruf 'O'. Bagaimana tidak, kesempatan terakhir yang seharusnya ia menangkan, justru menjadi sebuah kegagalan yang sia-sia.

Ya, gadis itu kalah. Bagas membentuk tangannya seolah batu, sedangkan gadis itu justru harus mematahkan jalan kemenangannya karena percaya pada dua jarinya, telunjuk dan jari tengah.

Bagas menyeringai kearah Fla, lalu tanpa aba-aba ia menendang kaleng soda itu tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

"Aduh!, anjing sialan!"

Umpatan seseorang memecahkan pikiran kedua remaja itu. Kaleng soda itu terpelanting jauh, terlewat jauh dari target yang mereka tentukan.

Bagas dan Fla menyapukan pandangan kesekitar, mencari letak kaleng soda itu mendarat, juga mencari siapa yang mengumpat keras setelah lontaran kaleng itu.

"Lo yang nendang kaleng ini ke-kepala gue? Hah?!"

Bagas dan Fla menjatuhkan pandangannya pada laki-laki bertubuh besar dihadapannya. Mata lelaki itu menggelap karena amarah yang memuncak, rambutnya yang gondrong membuat wajahnya semakin menyeramkan. Lelaki itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, sebelah tangannya menggenggam sebuah kaleng soda hingga membuat kaleng itu ter-remas tak berbentuk.

Tunggu! Kaleng soda?

Fla tersentak saat ia menyadari bahwa kaleng itu adalah kaleng yang ia pakai taruhan bersama Bagas. Fla menatap Bagas tak percaya. Bagaimana bisa lelaki itu memasang wajah datar dan tenangnya saat keadaan seperti ini? Fla memundurkan langkahnya pelan-pelan, menarik seragam Bagas agar ikut mundur bersamanya.

Namun usaha Fla sia-sia, Bagas tetap berdiri ditempatnya, tubuhnya seolah terpaku pada pijakannya membuat tarikan Fla bagai hembusan angin yang menyentuh seragamnya, tidak berefek apapun pada lelaki itu.

Lelaki bertubuh besar itu melangkahkan kakinya mendekat. Ia mengepal tangan,memasang wajah seakan siap untuk menghabisi siapapun.

Fla panik bukan main, wajahnya sudah penuh dengan peluh. Berbeda dengan Bagas, lelaki itu masih terlihat tenang, wajah datarnya hilang entah kemana, berganti dengan wajah mengejek yang dihiasi dengan seringai menyebalkannya itu.

Bagas merapatkan dirinya dengan Fla, mengikis jarak yang tercipta diantara kedua. Lelaki itu mendekatkan bibirnya ke telingan Fla,
"Hitungan ke-tiga, ikutin gerakan gue! Paham?" Bisiknya.

Fla menatap Bagas bingung. Tetapi ia membalas dengan anggukan cepat saat ia mengetahui maksud lelaki itu.

"Satu."

Lelaki tubuh besar itu semakin mendekat,

"Dua."

Semakin mendekat. Bahkan ia menampilkan seringai mengerikannya.

"Ti--"

Sekuat tenaga Fla menarik tangan Bagas agar ikut lari bersamanya. Ya, gadis itu memilih melakukan 'maksud' Bagas tanpa menunggu hitungan ketiga dari lelaki itu.

Tapi, tunggu!

Memangnya apa maksud Bagas 'mengikuti gerakannya?' Berlari-kah?

Bagas tersentak saat Fla menariknya berlari. Ia kaget, sekaligus bingung, mengapa gadis itu malah mengajaknya berlari? Bukan itu yang ia maksud.

"Fla! Kok? Hey!"

Bagas berusaha menghentikan larinya saat jarak antara mereka dan preman itu sudah cukup jauh. Ia berkali-kali menyebut nama Fla, mengintruksi gadis itu agar berhenti berlari. Tetapi gadis itu justru tidak mengindahkan satupun panggilannya.

"Fladessa! Hey!"

Bagas berhasil menghentikan langkahnya, menarik lalu menahan lengan Fla agar ikut menghentikan larinya. Fla tersentak, ia bahkan sampai terhuyung menabrak dada bidang Bagas akibat tarikan Lelaki itu.

Fla mengiris sembari mengelus keningnya. Nafas keduanya saling bersautan tak beraturan, mereka berdua berusaha menetralkan nafasnya yang tersengal-sengal akibat belari.

"Kenapa--- lo lari?" Tanya Bagas, masih dengan nafasnya yang tak karuan.

"Kakak yang nyuruh tadi,kan?" Balasnya Fla. "Kenapa juga harus nunggu sampai hitungan ke-tiga, kalo kita bisa lari lebih awal." Sambungnya.

Pletak!

Bagas menjitak kening Fla hingga membuat empunya meringis kesakitan. "Blo'on! Gue nyuruh ikutin gerakan gue buat nge-hajar dia, bukan lari ngehindar gitu aja."

"Trus kakak pikir aku bisa? Aku bukan murid dari club karate, silat, wushu apalagi boxing!" Sungut Fla. Gadis itu mengulurkan kepalannya tepat didepan wajah Bagas, seolah ingin melayangkan bogemannya dan berhasil membuat Bagas sedikit memundurkan wajahnya.
"Liat! Kepalan aku terlalu rapuh buat ngabisin preman tadi tau gak!" Menurunkan kepalannya. "Bisa patah tangan aku kalo maksa mukulin badannya yang gede banget kek gitu." Sambungnya.

Bagas menaikkan sebelah alisnya lalu terkekeh. "Serah lo."

- 0o0 -
.
.
.
.
.

Aku update!!
Lama banget ye:v
Eh, emang ada yang nunggu? Gak ada juga kan, hehe:v

So, makasih buat yang sudah baca:)
Borahae☺💜

ALPHA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang