"Kamu selalu begitu, egois. Menyimpulkan satu kali apa yang kamu lihat, membalasnya dengan kesakitan. Walau nyatanya apa yang kamu saksikan terlalu abu-abu, ribuan tanya masih terpupuk dipikiranmu, tapi sayangnya kamu tak peduli itu."- Fladesa Raffelina -
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah kejadian tadi pagi, Fla kelimpungan mencari Bagas. Seperti saat ini, ia mencari Bagas keseluruh penjuru sekolah tetapi hasilnya nihil, lelaki itu tidak ada.
Bukan seperti ini yang dia inginkan. Sungguh, Fla tidak ingin seperti ini. Gadis itu tau hal ini akan terjadi, berangkat bersama dengan Bang Hugo memang tidak salah, yang salah adalah menyembunyikan statusnya dari Bagas-pacarnya sendiri.
"Fla!"
Merasa namanya dipanggil, ia menoleh kearah sumber suara itu. "Aira? Lo ngeliat Ba-"
"Gue udah tau semuanya!" Sela Aira cepat.
Fla menatap bingung Aira lalu menggeleng pelan. "Nggak Ra lo gak tau."
"Gue tau!" Balas Aira cepat dengan nada membentak. "Lo ketauan selingkuh didepan mata kepala abang gue sendiri Fla." Lirih Aira.
Gadis itu merasa sedih saat abangnya menceritakan kejadian tadi pagi dirumah pohon, ia kasihan, sekaligus kecewa pada sahabatnya itu.
"Ikut gue Ra!" Kata Fla sembari menarik tangan Aira agar ikut bersamanya. Awalnya Aira menolak, tetapi karena Fla menatapnya seolah memohon ia akhirnya mengikuti ajakan sahabatnya itu. Toh, dia juga penasaran dengan penjelasan Fla.
- o0o -
Bagas menatap lurus tanpa arah, sesekali ia menyesap putung rokok yang terselip dijari tangannya. Sejak pelajaran pertama berlangsung, lelaki itu lebih memilih pergi kerumah pohon dan tidak kembali kekelasnya sampai jam istirahat tiba.
Lelaki itu marah, kecewa sekaligus kesal pada gadis itu juga pada dirinya. Hampir tiga batang rokok ia habiskan sejak tadi pagi, tidak ada kegiatan lain yang ia lakukan selain menyesap benda berbahaya itu.
"Gas!" Lelaki itu menoleh saat namanya terpanggil.
"Dicariin noh sama bebep, kangen katanya." Ujar Arif, jenaka.
Bagas memutar bola matanya malas lalu menghela nafas beratnya. Ia memutuskan pergi kerumah pohon agar tidak bertemu dengan gadis itu, ia perlu ketenangan saat ini tapi justru gadisnya itu yang menghampirinya.
Bagas berdiri dari duduknya lalu melangkah gontai menuju pintu rumah pohon, langkah lelaki itu tiba-tiba berhenti kala ponsel-nya berdering menandakan sebuah pesan masuk.
Aira Rara
'Lo bakal nyesel kalo lo gak nerima permintaan maaf Fla, bang!'
Bagas mengeritkan dahinya, bingung. Beberapa jam yang lalu adiknya itu nekat mencarinya kerumah pohon saat jam kosong. Mengendap-endap kemari agar tidak diketahui para guru yang berkeliaran.
Aira hanya ingin mendengarkan cerita Bagas tentang kejadian tadi pagi. Gadis itu terlihat ikut kecewa juga terlihat berada dipihak Bagas. Lalu mengapa ia mengirimi pesan seperti itu pada Bagas?
"Ck, gak konsis banget sih lo!" Gumam Bagas.
Bagas memasukkan kembali ponselnya disaku celananya lalu melangkah keluar untuk turun dari rumah pohon. Ia tidak mengambil pusing dengan pesan adiknya itu, bagaimanapun sikapnya pada gadisnya nanti, itu adalah urusan Bagas.
Bagas menyapukan pandangannya, mencari sosok yang dimaksud Arif temannya tadi.
Dimana?
Nihil. Tidak ada gadis itu disini. Tidak ada seorang gadispun disini kecuali gadis yang saat ini berdiri dihadapannya.
Gadis itu memakai seragam yang sama dengan Bagas. Bedanya, ukuran seragam miliknya dibuat super ketat sehingga membuat beberapa kancing seragam dibagian dadanya terlihat ingin terlepas dari tempatnya. Rok abunya dibuat ketat dan super pendek bak girlband korea, rambutnya dicepol asal, menampilkan leher jenjang putihnya. Make up-nya terlihat mencolok terutama dibagian lipstik.
Cantik? Memang. Seluruh antero sekolahpun tau bahwa gadis didepannya itu memang cantik. Siapapun kaum hawa yang melihatnya pasti selalu iri. Tubuh body goals-nya juga yang selalu menjadi pujaan para lelaki disekolahnya 'kecuali' Bagas.
Gadis itu tersenyum manis kearah Bagas tetapi lelaki itu justru membalas dengan tatapan dinginnya. Gadis mendekat, mengukir senyumnya lebih lebar lagi lalu melingkarkan tangannya pada leher Bagas,
"Aku kangen kamu." Katanya dengan nada dibuat manja yang justru membuat Bagas bergidik jijik.
Detik selanjutnya, ia menggelamkan wajahnya didada bidang milik Bagas, tidak perduli jika mereka sudah menjadi sorotan bagi siapapun yang melihat adegan ini dirumah pohon.
Bagas. Lelaki itu tidak terkejut sama sekali dengan perlakuan perempuan itu. Toh, ia memang sering melakukan hal seperti ini jika betemu Bagas dirumah pohon, lebih tepatnya- ia yang menemui Bagas.
Bagas berdecih melihat kelakuan gadis didepannya ini.
Benar-benar tidak tau malu!
Tapi bukannya melepas gadis itu dari pelukannya, ia justru melingkarkan tangannya dipinggang gadis itu. Bagas membalas, membalas pelukan Shean saat manik matanya menangkap objek didepan sana.
Disana, tepat didepan sana. Seorang gadis sedang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Gadis yang pagi tadi membuat Bagas kelimpungan sekaligus kecewa sedang menyaksikan adegan itu.
Lelakinya, berpelukan dengan perempuan lain tepat didepan mata kepalanya sendiri. Ia kenal siapa gadis itu, dia Shean. Satu-satunya anak basis perempuan dari angkatan Bagas. Perempuan terpopuler disekolah dan faktanya ia-sedang berpelukan bersama lelakinya saat ini.
- o0o -
.
.
.
.
.
.Uwuuuuu!!
Akhirnya aku bisa up lagi:)Ada yang nunggu?
Tidak.
Oke skip:)
Kuingin katakan pada kalian para readers,
Borahae 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA [COMPLETE]
Teen FictionSUDAH LENGKAP, SEDANG TAHAP REVISI ♥ BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK! Bagas Reka, siapa yang tidak tau lelaki ini di STM Bung Tomo. Lelaki dingin yang tidak pernah mau meladeni siswa perempuan yang berusaha mendekatinya setiap saat, paling disegani o...