Warningg!!
Disarankan untuk membaca part sebelumnya, karna dalam part ini memiliki latar waktu yang sama dari part sebelumnya. *siapa tau juga ada yang lupa jalan ceritanya, ehe:vJangan lupa tekan 🌟 dipojok kiri bawah yaaa..😉
------------------------------------------------------
"Mereka sasarannya, itu artinya kita gak boleh lengah sama segala kamuflase dan manipulasi yang mereka buat sedemikian rupa."
—Anak basis---------------------------------------------------
Pram memarkirkan motornya didepan rumah tua bersama dengan 4 anak basis lainnya. Kedatangan mereka disambut ramah oleh anak-anak basis disana, tapi tetap saja lelaki itu hanya diam. Ia hanya mengukir senyum tipis khas-nya.Pram melangkah masuk kedalam rumah itu. Ruangan bernuansa abu-abu menyambutnya. Di dinding sebelah pojok, terdapat gambar ilustrasi berupa lambang anak basis, dimana disana juga terdapat sofa beserta mejanya yang tersusun rapih.
Barang-barang dalam ruangan itu juga tak kalah rapih, disisi sebelah kirinya berjajar 4 buah komputer canggih beserta peralatannya lengkap milik anak basis. Jangan tanyakan dari mana semua peralatan itu, mereka adalah ahlinya mengumpulkan uang.
Didalam komputer itu terdapat program-program yang telah mereka susun sendiri sedemikian rupa. Dari mulai radar pemantau disetiap titik tongkrongan mereka, pendeteksi penyusup, penguntit bahkan program tersebut dapat mendeteksi posisi setiap perorangan anak basis.
Setiap orang diberikan sebuah chip penghubung yang ditanam dalam ponsel mereka masing-masing, beberapa dari mereka juga ada yang memasangnya pada jam tangan pribadi atau barang-barang lain yang sekiranya selalu mereka bawa kemana-mana.
Chip pintar itu juga disertai sensor pendeteksi musuh, jadi kapanpun anak-anak basis itu berada dekat dengan musuh, bel bahaya dimarkas utama yang terhubung dengan chip itu akan berbunyi.
Cara ini juga cukup ampuh mengetahui penghianat, selain terikat pada markas pusat, chip ini tidak bisa dikendalikan, dilepas kecuali terjadi kekacauan atau sistem error pada komputer yang terhubung dimarkas besar.
Disana beberapa anak basis sedang berkutat dengan ke empat komputer itu, terlihat mengalami kesulitan juga saling melontarkan perdebatan kecil yang tertangkap oleh indra pendengaran Pram.
"Kenapa?" Tanya Pram, mendekat.
Mereka menoleh kearah Pram, sedikit terkejut. "Anu bang, ini— gak bisa jalan." Kata salah satu dari mereka, gugup.
Pram mendekat kearah komputer itu, berusaha mengeceknya hingga raut heran tercetak diwajahnya. "Virus?"
Anak-anak basis itu saling bertatapan, berbisik kecil mengulang ucapan Pram. "Sejak kapan kayak gini?" Tanya Pram.
"Gak tau bang, kemarin masih bisa. Pas pagi mau dipake, udah kayak gini."
Pram menggeram kesal, "Sial!" Umpatnya.
"Coba lo Refresh dulu Restart ulang trus coba bersihin virusnya." Kata Pram, dianggukki oleh anak-anak basis itu.
Pram tau itu bukan kesalahan teknis atau kerusakan awam pada komputer-komputer itu. Lelaki itu tau betul bahwa itu adalah efek dari sebuah virus pada software komputer tersebut.
Tapi bukan itu yang membuatnya kesal, ia ahlinya dalam mengotak-tik masalah samacam itu. Satu hal yang membuatnya tak mampu menahan amarah, virus itu—sengaja disebar pada komputer-komputer disana ntah dengan tujuan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA [COMPLETE]
Teen FictionSUDAH LENGKAP, SEDANG TAHAP REVISI ♥ BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK! Bagas Reka, siapa yang tidak tau lelaki ini di STM Bung Tomo. Lelaki dingin yang tidak pernah mau meladeni siswa perempuan yang berusaha mendekatinya setiap saat, paling disegani o...