24. Mencari Petunjuk

2.4K 141 2
                                    

Happy Reading📚
Banyak Typo:v

------------------------------------------------------

Ketiga lelaki itu hanyut bersama pikirannya. Sudah hampir satu jam mereka berdiam diri disebuah bilik kontrakan cukup luas yang biasa mereka sebut markas itu.

Bukan tidak yakin bahwa Pram terkena gigitan ular, tapi darimana ular itu berasal yang membuat ketiga remaja itu tak habis fikir. Ini pertama kalinya kejadian semacam ini terjadi. Tidak pernah ada hewan buas apalagi hewan berbisa seperti ular yang menampakkan diri dirumah pohon, itulah mengapa kejadian ini seperti sangat mengherankan bagi mereka.

"Gue yakin kalo ada dalang dari kejadian ini." Ucap Bagas menatap kedua temannya itu.

"Gue juga mikirnya gitu. Ini pertama kali loh, ada hewan begituan nyasar dirumah pohon." Sambung Gab.

"Kalo pun itu bener, kita gak boleh gegabah asal nuduh. Bisa aja kalo emang itu bukan rencana siapa-siapa tapi emang ularnya aja kegatelan mau main." Tukas Arif.

Bagas menganguk setuju dengan ucapan Arif. "Trus sekarang gimana? Tanya Gab.

Bagas dan Arif saling menatap kemudian tersenyum miring, "Rumah Pohon" ucapnya bersamaan.

"Gab, bikin pesan siaran buat semua anggota supaya ngosongin rumah pohon tanpa  nyentuh apapun yang ada disana!" Perintah Bagas.

Gab menganguk menyetujui. Tangannya bergerak merogoh benda pipih dari saku celana lalu bergerak untuk membuka aplikasi chat-nya. "Kosongin rumah pohon sekarang juga! Jangan nyentuh apapun disana apalagi ngerubah letaknya!" Rekam Gab pada pesan suara yang ia buat.

Ketiga lelaki itu bergegas pergi dari markasnya menuju rumah pohon, untuk menyelidiki kejadian ini dan berharap terdapat titik terang yang tetinggal disana.

- o0o -

Hugo menyesap coffee ice miliknya sembari mengutak-atik ponselnya. Siang tadi saat pelajaran berlangsung, ia mendapat pesan dari teman-teman seangkatannya bahwa salah satu anggota inti mengalami kecelakaan dirumah pohon.

Biasanya jika terjadi sesuatu yang menyangkut hal semacam ini, ia akan mendapat kabar lebih awal dari salah satu tim inti itu terutama Bagas. Tapi kali ini, ia justru menerima kabar itu dari salah satu anggota anak basis seangkatannya itupun saat Pram sudah dibawa kerumah sakit.

"Hoy! Sedirian aja lo Go." Seru Alam mengejutkan Hugo.

Alam adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Hugo dari angkatannya. Lelaki itu adalah satu-satunya orang dari tim inti dari angkatan yang sama dengan Hugo. Sebenarnya ada empat orang tim inti dari setiap angkatan anak basis.

Tetapi pada angkatan Hugo hanya tersisa dua orang yang masih menetap. Dua orang lainnya terlibat kasus terlalu sering membolos pelajaran dan tertangkap basah menggunakan narkoba. Jika sudah menyangkut pihak sekolah, anak basis hanya bisa diam dan tak berkutik.

Terlebih lagi jika kasusnya adalah dua hal tersebut. Walaupun anak-anak basis adalah perkumpulan anak-anak nakal, tetapi bolos sekolah bukanlah tradisi apalagi kebisaan bagi mereka.

Mereka punya pedoman akan semua itu, "Nakal boleh, goblok jangan!" Kata itu selalu mereka ingat kala mereka membolos pelajaran. Toh, mereka juga akan mendapat hukuman jika tertangkap basah membolos pelajaran terlebih lagi jika notabennya masih adik kelas.

Adanya pedoman itu bukan berarti anggota anak basis tidak pernah membolos. Beberapa diantara mereka masih banyak yang sering meninggalkan jam pelajaran entah apapun alasannya.

Lain halnya dengan narkoba, anggota anak basis juga punya aturan sendiri untuk tidak mendekati narkoba. Aturan itu memang sudah ada saat angkatan pertama perkumpulan ini dibuat. Tidak ada mengkonsumsi narkoba juga obat-obatan kecuali rokok.

Kembali lagi pada Hugo. Lelaki itu menoleh kearah Alam lalu tersenyum kecil. "Udah baca pesan suara dari Gab, Lam?" Tanya Hugo.

"Udah. Lo gak mau bantu nyari petunjuk?"

Hugo menghela nafasnya, "Niatnya gitu, tapi gue ngerasa aneh sama kejadian ini."

Alam mengeritkan dahinya seolah meminta penjelasan dari Hugo. "Gue dapet kabar setelah Pram udah dirumah sakit. Gak ada yang ngabarin gue seorangpun terutama dari tim inti kelas 11." Jelas Hugo.

Alam mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Lelaki itu meraih kerah baju Hugo, mencengkramnya lalu menariknya hingga Hugo terhuyung kebelakang. "Apaan sih, Lam?"

"Ikut gue, kita kerumah pohon. Cari tau keanehan lo, cari tau petunjuk kejadian ini." Putus Alam menarik kerah baju Hugo hingga empunya mau tak mau mengikuti langkah lelaki itu.

- o0o -

Bagas, Arif dan Gab sedang sibuk mengelilingi pelataran rumah pohon. Ketiganya berpencar guna menemukan petunjuk dari kejadian ini. Gab menelurusi halaman dibawah rumah pohon itu, sedangkan Arif memilih menelusuri sekeliling lahan rimbun itu sedikit lebih jauh dari rumah pohon. Berbeda dengan Bagas, lelaki itu memilih mencari petunjuk didalam rumah pohon itu sendiri, tepatnya pada letak dimana Pram ditemukan tak sadarkan diri.

Saat pertama kali ia masuk kedalam rumah pohon, hal yang pertama kali Bagas lihat adalah sebuah kotak coklat berukuran sedang tergeletak bersama topi hitam milik Pram disana. Lelaki itu memungut topi milik Pram tak lupa kotak coklat yang terlihat aneh itu.

"Gas!" Empunya nama itu menoleh saat namanya dipanggil.

"Ada Bang Hugo sama Bang Alam." Kata Gab, disusul munculnya Hugo dan Alam dari tangga rumah pohon itu.

Bagas tak bergeming sesaat lalu kemudian berdecak sebal saat melihat kedatangan Hugo. Bukan. Bukan karena kejadian tempo hari yang membuat ia kesal pada seniornya itu. Bagas hanya tidak suka jika usahanya sekarang dicampuri banyak pihak. Walaupun sejujurnya, fakta yang pertama itu juga masih menjadi penyebab.

"Udah nemu petunjuk?" Tanya Alam pada Bagas.

Bagas hanya diam menatap Alam lalu mengalihkan tatapannya pada kotak coklat yang sedang ia pegang saat ini. "Kemungkinan besar pelakunya ngirim ular pake kotak ini." Katanya menyodorkan kotak itu pada Alam.

Alam menerima kotak itu lalu membaca tulisan yang tertera disana 'untuk Bagas'.

"Lo gak pernah ngirim atau mesen paket kerumah pohon kan Gas?" Tanya Arif, membuat Bagas mengangguk membenarkan.

"Gue yakin kalo yang ngirim kotak ini udah tau betul tentang rumah pohon." Imbuh Gab.

Bagas mencoba kembali memutar ingatannya, 'kotak coklat' rasanya kata itu seperti pernah disebut oleh seseorang. "Jangan gegabah nuduh orang. Selidikin dulu yang pasti." Timpal Hugo membuat Bagas membesarkan bola matanya karena ingatannya tiba-tiba berhenti pada pada kejadian tadi siang.

"AKU NARO KOTAK COKLAT DIRUMAH POHON!"

Bagas ingat. Bagas ingat sepenuhnya tentang kalimat itu. Hugo mengingatkan Bagas pada seseorang yang telah mengatakan kalimat itu siang tadi.

'Gak Mungkin!'

- o0o -
.
.
.
.
.
.

Uwuuu!!
Aku kambek😂😂

Happy reading yaw📚📚

Inget! Don't be siders guys😇

Dont Forget tinggalkan jejak kalian and enjoyed for readings:)

Borahae💜






ALPHA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang