5. Asumsi Naya

17.2K 1K 11
                                    

lama nggak update yakk hehe

okay.. happy reading


Naya sudah kembali ke kubikelnya 5 menit yang lalu. Menghampiri mesin fotocopy yang ada di sudut ruangan untuk langsung menyalin laporan itu sesuai perintah manajer yang baru didapatnya 3 menit yang lalu melalui pesan singkat.

Namun sepertinya pikiran Naya masih belum 100 persen berada di tempatnya sekarang. Setelah meletakan berlembar-lembar kertas di atas mesin fotocopy untuk otomatis tersalin, Naya memikirkan sesuatu yang kemudian disadarinya.

Wanita yang tadi ditemuinya di ruangan Fazran bukanlah wanita yang sama dengan wanita yang membuat kehidupannya jungkir balik 5 tahun yang lalu. Wanita tadi mempunyai tinggi seperti seorang model dengan dandanan modis dan tampak bisa bergaul dengan orang lain, berbeda dengan wanita yang sempat dibencinya 5 tahun yang lalu.

Tamara Julia Radin. Entah kemudian dimana wanita itu. Wanita dengan kadar kelembutan yang entah berapa jumlahnya dari indeks 1-10. Tapi Naya taksir antara 9 sampai 9,8. Tamara Julia Radin adalah sahabat Fazran, namun sejak mereka kuliah, mereka terpisah karena Tamara pindah ke Jerman sedangkan Fazran tetap di Indonesia berkuliah di salah satu kampus terbeken di Indonesia.

Saat Naya pertama kali mengenal Tamara. Wanita itu terlihat lembut, anggun dan selalu berkata sopan. Wanita yang ternyata cinta pertama Fazran. Dan wanita itu yang juga merebut Fazran darinya, wajar 'kan jika kenyataannya 5 tahun yang lalu dia sangat marah dan benci pada Tamara yang kembali lagi ke hadapan Fazran dan seolah menawarkan kisah masa lalu yang belum selesai untuk dijalani lagi dan dengan membawa harapan seolah mereka akan berjalan di jalan yang berbunga.

Tapi kenyataan yang Naya lihat saat ini justru Fazran sudah bersama wanita lain yang kriterianya amat sangat berbeda dari Tamara maupun dirinya. karena wanita itu terlihat sangat cerewet dalam sekali jumpa saja. Naya mengalaminya tadi, dia diinterogasi berbagai macam pertanyaan umum sampai tahap yang bisa dikriteriakan jika wanita itu cemburu padanya?

Begitu asumsi Naya.

Menyadari dia sudah selesai menyalin laporannya. Dia kembali berjalan ke kubikelnya dan duduk disana untuk istirahat sebentar sebelum 15 menit lagi waktu istirahat tiba.

"Gimana rasanya tatap muka sama pak Fazran langsung? Apalagi cuma berduaan di ruangannya?"

Naya terperanjat terkejut ketika Danita sudah berdiri dan membisikan kalimat itu tepat di samping telinganya. Dia mendelik kesal pada temannya itu dan tidak berniat untuk menjawab rasa penasaran Danita.

"Gimana, Nay?" Tanya Danita dengan menggoyangkan kursi Naya.

"Gimana apanya sih? Apa yang kudu gue kasih tahu sama elo?" Naya bersuara kesal.

Danita memajukan bibirnya 2 centi atas respon yang di dapatnya dari Naya. "Jahat banget! Gue kan cuma penasaran. Gue ini belum pernah nginjekin kaki gue ke lantai keramat itu. Hmm..." Keluh Danita yang iri pada Naya.

"Lo tinggal naik lift dan pencet angka 10." Naya melihat notifikasi di sosial medianya di ponsel pintarnya seraya menimpali perkataan Danita.

"Ck! Lo pengen gue diusir sama security karena nggak berkepentingan apapun buat bisa kesana?" Decak Danita.

Naya hanya menepuk bahu Danita tanda ikut prihatin dengan nasib temannya. Lalu dia melirik jam di tangannya dan menunjukan 5 menit lagi waktu istirahat. Dan ia berencana untuk beranjak lebih awal karena lagi pula pekerjaanya sudah selesai.

"Mau kemana?" Tanya Danita saat melihat Naya meraih ponsel dan dompet dari tasnya.

"Gue masih butuh makan." Jawab Naya yang kemudian beranjak dari kursinya membuat Danita juga menyingkir dari posisi di sebelah kursi.

My Boss And His PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang