PROLOG

4.6K 372 9
                                    



"Make it last forever, friendship never ends"

Spice Girls - Wannabe



     "WAIT. What?" Ave tidak bisa memercayai pendengarannya sendiri saat ini. Smoothies di hadapannya tampak tidak menggugah seleranya seperti sebelumnya.

     "Kenapa? Kaget?" Cowok di hadapannya tersenyum tanpa rasa bersalah.

     "Banget," aku Ave. Cewek itu menyibakkan rambutnya ke belakang. Berusaha meyakinkan kalau pendengarannya tidak salah.

     "Well, gue bakal masuk USEA. Lo nggak salah dengar, babe."

     "Lo berani manggil gue babe lagi, bakal gue tendang alat penghasil keturunan lo," ancam Ave serius.

     Vernon Agler Soedjono tertawa keras mendengar respons sahabatnya, Averanska Velove. Sahabatnya dari bangku SMP ini memang mampu mengeluarkan ekspresi maupun perkataan yang membuat Aga tergelitik.

     "Tapi kenapa lo masuk USEA? Ini mendadak banget, okay. Otak gue belom bisa memproses semuanya Ga."

     Keduanya tengah menyantap makan siang mereka di salah satu kedai dessert terkenal di Jakarta. Mungkin bukan makan siang, tepatnya adalah cemilan sore. Seperti biasa, setiap Ave pergi dengan Aga pasti akan banyak pasang mata yang mengintai Aga layak menatap tas Hermes seri limited edition.

     Meski Ave berusaha mengabaikan tatapan itu. Namun tatapan itu jelas mengganggunya.

     Lesung pipi Aga terbentuk ketika cowok itu menyengir. Ketika semua cewek lain akan menjerit, atau hampir pingsan karena lesung-pipi-andalan itu, Ave hanya merespons dengan tatapan datar.

     "Oke gue nggak ngerti kenapa lo mendadak senyum kayak gitu tapi lo sadar nggak sih empat cewek yang duduknya di bagian timur meja kita--dari sisi lo tepatnya--nahan jeritan mereka setelah lihat lesung pipi andalan lo itu?"

     Aga kembali terbahak. "Ya ampun Ave! Lo semakin kocak aja."

     "Well, I take that as compliment."

     "Jadi gue nggak boleh senyum ke orang lain selain lo nih?"

     Ave meringis pelan, dia menyuap sesendok smoothies ke dalam mulutnya, "Apa hak gue ngelarang lo? Itu 'kan muka lo, bukan muka gue," dia mengedikkan bahunya santai, "back to topic, kok lo bisa sih masuk USEA? Gue kira lo bakal ke Harvard, Stanford, atau universitas terkenal lain dan yang jelas di luar negeri. Kenapa lo nggak kesana saja? Kakak lo 'kan di sana."

     "Kok lo kesannya nggak suka banget sih gue masuk USEA?" Aga mengernyit, heran dengan respons Ave. Seharusnya Ave senang karena dia adalah sahabatnya. Masa sahabat sendiri tidak senang dengan kehadiran sahabatnya, sih?

     "Oh, Aga, lo baru sadar sekarang? It's obvious I don't like that idea." Ave bersedekap. "Kita udah satu sekolah sejak SMP sampai SMA. Udah 6 tahun gue lihat muka lo dan sekarang 4 tahun lagi gue akan lihat lo? Ya ampun bosen banget gue."

     "Tapi gue nggak pernah bosen kok kalau sama lo." Aga memasang wajah sok imut--menurut Ave. "Lo nggak tahu apa kalau gue tuh berusaha keras banget biar bisa satu universitas sama lo. Hargain dong usaha gue."

     Ave menatap Aga serius. "Lo harus tahu ya Ga, jadi sahabat lo itu nggak enak."

     Tubuh Aga menegang sesaat. "Kenapa?"

     "Menjadi sosok sahabat Vernon Agler Soedjono yang dipuja semua orang nggak pernah enak. Lo nggak tahu karena lo nggak ada di posisi gue, Ga. Tapi gue, sebagai orang yang mengalami itu, tahu gimana nggak enaknya."



**************************************


YAAAY senangnya bisa update cerita ini! Akhirnya setelah mengendap lama di draf bisa aku publish juga! PLEASEEE kasih masukan ya mengenai cerita ini! Mungkin aku gak selalu balas komen kalian tapi aku selalu baca kok (kadang bingung sih mau bales apa, I'm really sucks at convo hiks)

Oh iya buat yang lupa YES INI CERITA SOAL AGA, anak kedua Veron dan Maura (di Me and Mr. Perfect) jadi buat yang pernah baca ceritaku itu welcome back ya! Kalian bakal ketemu Veron dan Maura lagi disini (dan beberapa cast lain juga mungkin disebut-sebut beberapa kali) tapi yang paling sering bakal ketemu Maura ;)

Next part bakal aku reveal siapa cast Aga. Hint: ex member boyband yang sekarang jadi solois. See ya next part!

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang