B A T A S || 9

2K 300 5
                                    


     AGA terhenyak. Seumur hidupnya dia tidak pernah di tampar perempuan, terutama oleh Ave. Seluruh mahasiswa di ruangan itu juga terdiam melihat apa yang dilakukan Ave. Semuanya terlalu terkejut dengan kejadian yang terjadi sangat tiba-tiba itu.

     "Gue sudah bilang 'kan lo boleh mainin semua cewek di dunia ini kecuali temen gue? Sesusah apa sih ngertiin itu? Memangnya mengecualikan kurang lebih 10 cewek dari tempat tidur lo susah banget ya? Harus teman gue yang lo ajak tidur?"

     "Wait Ve, gue nggak ngerti maksud omongan lo," Aga kebingungan mencerna amarah Ave, dia melirik ke teman-teman sekelasnya yang pura-pura tidak memperhatikan mereka padahal telinga mereka terbuka lebar, "kita omongin ini di luar ya?"

     "Nggak usah! Lo pikirin sendiri aja salah lo apa."

       Aga merasa bingung dan kesal di saat yang bersamaan. Dia tahu kalau dia salah karena melupakan janjinya kepada Ave beberapa hari yang lalu tapi saat ini dia merasa kalau kemarahan Ave tidak berdasar.

     "Gini ya Ve, gue terima kalau lo marah-marah ke gue dengan alasan jelas tapi saat ini lo nggak logis. Lo tahu 'kan kalau gue selalu gonta-ganti cewek? Gue nggak tahu yang mana teman lo kalau lo nggak bilang dan kedua, gue nggak pernah maksa cewek buat tidur sama gue. Semua didasarin sama-sama mau dan lo nampar gue seolah-olah gue penjahat kelamin yang merkosa temen lo. Lo waras?"

     "Gue sudah bilang ke lo temen gue siapa saja Ga! Jangan sok nggak tahu dan ngebela diri."

     "Menurut lo gue hafal gitu? Kalau memang teman lo  yang melemparkan dirinya sendiri ke gue, lo pikir gue akan menolak?"

     PLAK.

     Satu tamparan lagi mendarat di pipi Aga. Aga merasakan sakit menjalar di bagian pipinya yang lain, dia hendak kembali meledak namun tertahan karena melihat genangan air di mata Ave.

     "Gue pikir kita sebagai manusia yang merupakan ciptaan Tuhan paling sempurna punya akal budi untuk menolak sesuatu. Nggak kayak binatang yang disodorin makanan langsung diembat. Gue kira lo sebagai Face of University USEA, posisi yang super dibanggakan se-antero kampus bisa pakai akal sehat dan nurani lo sebelum bertindak, tapi kayaknya lo lebih rendah dari hewan, ya?"

     Aga menelan ludah kaku. Dia tahu kalau Ave berusaha menahan tangisnya mati-matian. "Lo dan semua cowok-cowok lain mungkin nggak merasa terkena dampak buruk dari tidur sama cewek kanan-kiri tapi gimana sama cewek yang lo tidurin itu? Lo tahu nggak kalau mungkin banyak omongan miring di luar sana? Harusnya lo bisa lebih cerdas dari hewan tapi ternyata hewan saja masih bisa lebih cerdas dan punya nurani dibanding lo."

     Ave menarik napas dalam-dalam, mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berkata, "Kali ini gue benar-benar kecewa sama lo, Vernon Agler Soedjono."

- B A T A S -

     Ave mengusap air matanya yang tengah mengalir deras. Dia benar-benar kecewa, marah, dan kesal pada Aga. Semuanya bercampur menjadi satu. Rasanya dia ingin memotong alat kelamin Aga agar cowok itu nggak sembarangan buang benih dan menjadikannya makanan buat hiu di laut. Dia juga kesal kenapa Alyssa bisa-bisanya mau tidur dengan Aga. Apalagi dampaknya, orang-orang tahu kalau Alyssa sudah tidak perawan lagi.

     Masalah perawan-tidak perawan memang bukan hal yang terlalu tabu lagi tetapi Ave khawatir kalau informasi ini tersebar lebih luas yang merugi ya pasti Alyssa sendiri. Mana mungkin Aga khawatir? Reputasi cowok itu memang player dan suka memerawani anak orang. Bagi cowok, berhasil meniduri banyak cewek akan menjadi trofi tersendiri. Sementara resiko hamil, dipermalukan, dan menjadi bahan gosip akan tinggal menjadi jejak hitam selamanya.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang