B A T A S || 17

1.4K 212 12
                                    


     APARTEMEN Dirga tidak sebesar apartemen Aga namun Ave bisa merasakan kehangatan disana. Sinar matahari yang masuk dari kaca besar di ruang tamu, post-it yang ditempel di pintu kulkas, dan berbagai peralatan rumah tangga yang memiliki bentuk lucu.

     Ave menghentikan inspeksinya saat Dirga datang membawa segelas air mineral. "Silakan." Dirga meletakkan gelas di atas meja, lalu mendorongnya ke arah Ave.

     "Thanks."

     Ave meminum sedikit demi sedikit sambil memperhatikan wajah Dirga yang tetap lempeng dan dingin seperti biasa.

     "Gue rasa lo sudah tahu gue tinggal sama siapa."

     Ave tersedak mendengar Dirga, dia meletakkan gelas tersebut lalu menepuk dadanya sesaat sambil berkata, "Bukan urusan gue lo mau tinggal sama pacar lo atau ngga."

     "Dia bukan pacar gue. Dan hubungan kita nggak seperti yang lo pikirkan." Ave menatap Dirga bingung, namun Dirga tampak tidak mau menjawab kebingungan Ave, "Gue harap lo bisa rahasiain hal ini dari semua orang termasuk Aga."

     Meski Ave penasaran apa hubungan Dirga dengan cewek tadi, dia berusaha menekan rasa penasarannya dan mengangguk. Apalagi Aga juga tidak tahu hal ini, pasti Dirga memiliki hal yang tidak mau dia bagikan ke semua orang dan Ave menghargai pilihan Dirga.

     "Gue ada pertanyaan juga buat lo."

     Tampak kerutan halus di dahi Ave. "Nanya apa?"

     "Lo pacaran sama Atlas?" Dari mana Dirga tahu? Ave berpikir keras jawaban apa yang hendak dia berikan, namun Dirga sepertinya bisa membaca ekspresi Ave. "Gue lihat kalian beberapa hari yang lalu di kampus. Kalau lo nggak mau jawab nggak pa-pa."

     Dengan satu tarikan napas Ave menjawab, "Iya. Kenapa?"

     Dirga tersenyum tipis. "Nggak pa-pa. Aga tahu soal ini?"

     "Gue..." Ave menggigit bibir bawahnya ragu, "belum mau ngasih tahu Aga soal ini. Lo bisa nggak ngomong ke dia dulu soal hubungan gue?"

     "Gue paham tapi kalau gue boleh kasih saran, lebih baik lo sendiri yang ngomong ke Aga dibanding orang lain. Gimana pun juga lo sahabat dia."

     Ave menarik napas panjang sebelum mengangguk dan Dirga tidak mengatakan apapun lagi.

-  B A T A S -

     Pasca pertemuan Ave dengan Dirga, kehidupannya berjalan seperti biasa. Dia disibukkan dengan tugas kuliah dan organisasi mengingat sebentar lagi dia akan melepas jabatannya di organisasi untuk adik tingkat. Ave sendiri tidak bertemu dengan Aga dan Ave tahu kalau laki-laki itu sama sibuknya dengan dia.

     Hari ini Atlas memintanya untuk pergi ke acara pemotretan produk bisnis yang dikeluarkan oleh ibu Atlas. Awalnya Ave tidak yakin mengingat rasanya terlalu cepat kalau dia berkenalan dengan keluarga Atlas, namun Atlas meyakinkan kalau yang memegang project baru ini adalah iparnya.

     "Lo yakin At?" Ave tampak meremas lengan Atlas, perutnya terasa melilit dan Ave ingin kabur ke mobil. "Kalau ada nyokap lo gimana?"

     "Nyokap gue lagi ada acara, cuma ada kakak ipar gue kok. Kakak ipar gue juga orangnya nggak kepo banget." Atlas meyakinkan Ave dengan mengusap bahu Ave lembut.

     Atlas membukakan pintu kafe yang tampak sepi. Pegawai kafe menyambut mereka dan mengantar mereka ke taman di bagian belakang kafe. Ave memperhatikan interior kafe yang didominasi warna hijau dan cokelat, tampak sangat eco-friendly mengingat lightning yang digunakan di kafe mengandalkan sinar matahari sepenuhnya.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang