B A T A S || 16

1.4K 220 4
                                    


     LAMPU gemerlap yang menerangi ruangan padat pengunjung di kelab malam tidak mampu membuat sebagian orang dapat melihat dengan jelas lawan bicaranya. Entah karena sudah terlalu mabuk atau memang karena pencahayaan yang kurang.

     Aga menegak satu sloki vodka di hadapannya sekali tandas lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Beberapa kali dia bertukar pandang dengan gadis-gadis yang datang di kelab, namun Aga belum menjatuhkan pilihannya.

     "Nyari mangsa lagi lo?" Chan datang dengan segelas tequila di tangan kirinya.

     "Lo kira gue predator?"

     "Memang iya 'kan?" balas Chan acuh, lalu meminum minumannya.

     "Jangan gitu dong, gue udah lama nggak tidur sama cewek baru."

     "Dasar brengsek," cibir Chan.

     "Lo pikir lo nggak? Buat apa lo keluyuran disini padahal sudah punya tunangan?" tuding Aga balik.

     "Lo berdua sama-sama brengsek," pungkas Dirga yang sedari tadi diam di pojokan sofa.

     Baik Aga maupun Chan tidak bisa membalas Dirga karena mereka berdua-lah yang menyeret Dirga kesini.

     "Lo nggak sekalian ajak Javi sama Edgar?"

     "Javi lagi otw kesini. Kayaknya dia juga lagi stress," ujar Aga.

     "Buat apa ngajak si cupu?" balas Chan tajam. Tentunya merujuk ke Edgar.

     Dirga memutar matanya malas sementara Aga menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sentimen lo ke Edgar makin besar saja."

     "Dia yang nggak mau bergaul sama kita. Bukan salah gue dong."

     "Ya lo tahu lah kondisi Edgar gimana," Aga berusaha memberikan pengertian ke Chan, "gimana pun juga dia teman kita. Jangan berantem-berantem lah."

      "Gue nggak berantem. Cuma mutual dislike." Chan menandaskan tequila-nya kemudian berkata, "Gue duluan." Lalu Chan melangkah meninggalkan Aga dan Dirga menuju dance floor.

     "Nggak ikutan?" tanya Dirga.

     "Sabar dong." Aga menuang vodka ke dalam gelasnya, dia membutuhkan alkohol lebih kuat malam ini. Setelah menandaskan 2 sloki, dia bangkit berdiri dan berjalan setengah sempoyongan ke dance floor.

     "Dasar anak gila," komentar Dirga pedas. Meski Dirga turut minum minuman keras, namun dia tahu batas wajarnya dan Dirga tidak akan menyentuh alkohol yang mencapai kadar 40%. Baginya 10% cukup. Dia tidak mau mabuk-mabukan seperti Chan dan Aga.

     Javi datang ke dalam ruangan VIP sambil membawa whisky di tangan. "Kata barista di depan, Aga mesen ini nih."

     "Dasar sinting, vodka aja belum habis."

     Javi mengedikkan bahunya lalu meletakkan whisky di atas meja sementara dirinya menegak bir. "Lo mau?"

     "Gue sudah minum tadi satu." Dirga menunjuk botol bir kosong yang berada di atas meja dengan lirikan matanya.

     "Nih satu lagi. Minum bir dua sampai tiga botol nggak bakal bikin lo wasted kayak mereka."

     Dirga dan Javi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Aga yang mulai malu-maluin. Untungnya Chan masih tahu diri kalau minum-minum, seenggaknya cowok itu nggak se-gila Aga. Meski Chan turut flirt ke kanan, kiri, namun sekadar flirt, nggak sampai booking kamar kayak Aga.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang