B A T A S || 20

1.4K 214 9
                                    


     PEKAN Rektor Cup yang ditunggu-tunggu tiba juga, Ave bersama teman-temannya membantu menjadi supporter pertandingan sepak bola untuk mendukung Fakultas Desain. Fakultas Desain akan bertanding melawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

     "Gimana rasanya lihat fakultas sendiri lawan fakultas pacar?" ledek Tya.

     Ave hanya menyengir kecil, tidak membalas ledekan Tya. Abel turut memanasi, "Kalau fakultas kita menang, kita bakal dapat poin tambahan dari beberapa dosen dan pasti pacar lo bakal kecewa terus lo juga ikut sedih tapi kalau fakultas pacar lo yang menang terus lo senang, pasti lo bakal di-cap pengkhianat sama anak Desain."

     "Kalian itu bisanya ngeledek gue doang, nih makan saja!" Ave memasukkan tahu goreng ke mulut Abel dan Tya satu persatu.

     Ave mengedarkan pandangannya dan menyadari tidak melihat Alyssa. "Eh Alyssa mana?"

     "Oh, tadi dia bilang ke gue nggak bisa datang hari ini gara-gara adiknya kena DBD," jelas Tya.

     "Eh sayang banget dong nggak dapat poin?"

     "Mau gimana lagi Bel." Tya mengedikkan bahunya pasrah.

      Bunyi peluit terdengar sangat nyaring. Seluruh penonton menatap para pemain yang memasuki lapangan dengan antusias termasuk Ave. Pandangannya beradu dengan Atlas yang tampak mengedarkan pandangan ke arah penonton. Cowok itu memberikan senyuman hangatnya yang dibalas senyuman kecil oleh Ave.

     "Eh Ve, itu cowok lo jadi kapten?" Tya memiringkan kepalanya untuk menatap Ave.

     "Gue juga baru tahu." Ave melihat ban berwarna kuning yang berada di lengan atas Atlas. Sepertinya benar, cowok itu menjadi kapten untuk tim FISIP.

     "Memangnya cowok lo nggak cerita? Kalau Sergio sih semua hal diceritain, bahkan soal kucing tetangga yang nyebur got saja dia bisa tahu," cerocos Abel.

     Ave hanya tersenyum, tidak merespons Abel dan memfokuskan perhatiannya ke pertandingan. Baru kali ini Ave melihat sosok Atlas yang berbeda dari biasanya. Dia tampak serius dan memberikan arahan ke teman satu timnya beberapa kali.

     Bahkan ketika salah satu pemain dari Tim Desain menyelengkat Atlas, Ave spontan mengumpat, "Anjrit! Apa-apaan tuh main kasar!"

     "Tahu tuh! Malu-maluin fakultas Desain saja," tambah Tya.

     Abel menyenggol lengan Tya, "Itu Ave lagi khawatirin cowoknya, Ty. Bukan reputasi fakultas Desain," goda Abel.

     "Oh iya, benar juga. Lupa gue," balas Tya diakhiri kikikan pelan yang tidak digubris Ave.

     Ketika peluit panjang tanda istirahat berbunyi, Abel dan Tya meyakinkan Ave untuk menemui Atlas di pinggir lapangan. Awalnya Ave tidak mau, tapi karena kedua temannya itu terus memaksa, akhirnya dia berjalan untuk menemui Atlas.

     "Atlas!" Ave memanggil dari pinggir lapangan. Senyum Atlas merekah lebar melihat kedatangan Ave. Siapa sangka gadis itu akan menemuinya? Atlas melangkah dari kursinya untuk menemui Ave.

     "Gue kira lo nggak bakal nonton gue, Ve."

     "Nonton lah! Kan lawan fakultas gue, jangan ke-geer-an dulu ngira gue nonton khusus buat lo," goda Ave.

     Atlas memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat sembari menyentuh dadanya. "Duh! Terluka gue dengarnya."

     "Nih, aku obatin sakit di hati kamu." Ave menyodorkan sebotol air mineral untuk Atlas.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang