♢
"Ya ,Nyonya? "
"Bunuh dia , untukku"
"Mengapa , tak adakah orang lain, selain dia?"
"Kurang baikkah aku padamu?, aku hanya menyuruhmu, untuk membunuh orang yang kau benci ,kook-ah"
"Tak ada cara lain selain membunuh?"
"Maka matilah, dan lahir kembali tak menjadi anaknya. " ucap rose
Jungkook mengangguk pasrah, ia mengambil karung berisi uang itu dan pergi dari kediaman rose.
-
Jungkook dengan pakaian serba hitamnya, serta masker yang menutupi wajahnya, ia berjalan menuju ruang VVIP itu sembari membawa pistolnya.
Cklek
Ia memasuki ruang itu, suasana terdengar hening.
"Sebelum akhir hayatku , aku akan menjelaskan semuanya, kook-ah. Appa sangat merindukanmu. Appa harap ,kau akan membaca diary Appa suatu saat nanti nak. " gumam Chanyeol yang sedang tertidur.
Jungkook mendengar itu, ia merinding. Pikirannya kalut beribu kali ketika harus mendapatkan misi itu, ia bingung bahkan keringat bercucuran di dahinya.
Ia berdiri di plakat pembatas antara tempat tamu dan ruang pasien. Di meja itu terlihat buku biru dengan sampul yang kumuh . Ia mengambil buku itu,dan menyimpannya di tas nya .
"SIAPA KAU??!!" Teriak seorang namja berpakaian dokter sedang menatap ngeri kepada Jungkook, tak lain adalah Jung Hoseok.
DOR! !
Satu anak peluru mendarat di jantung Hoseok, nafasnya terengah engah mencari pemasokan oksigen.
DOR !!
Satu anak peluru menancap di dada Chanyeol, ia terlonjak kaget kalau memegangi dadanya yang terasa sakit. Tubuhnya terasa mati dan hidungnya tersumbat. Perlahan mata itu mulai meredup dan tertutup rapat.
Berbeda dengan Jungkook, yang merasakan pening di kepalanya. Ia memegang kepalanya , ia pun terjatuh dan tertidur di lantai.
-
"Aku dimana? " tanya jungkook pada dirinya sendiri.
"Aku Seulgi, anak buah baru Nyonya Rose" ucap seorang yeoja yang duduk di pinggir ranjang Jungkook.
"Ooh, tinggalkan aku sendiri " ucap Jungkook.
Seulgi mengangguk dan pergi. Jungkook melamun akan hal yang ia lakukan tadi, beruntung ia diselamatkan oleh anak buah bossnya itu.
Ia teringat akan buku itu, ia mulai membacanya. Selama membaca , ia menangis. Kepalanya terasa denyut saat mengingat memori yang sebenarnya.
"Aku salah, maafkan aku Appa"
♢