Siti Zulaikha

4.6K 166 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Cinta tak pernah untuk menanti.
Ia mempersilahkan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.
(Salim A Fillah)

***

Pagi yang dingin, sinar matahari belum menampakkan sinarnya karena tertutup awan hitam. Namun suasana seperti itu tidak menyurutkan semangat para santri untuk melakukan aktivitas termasuk Sisil dan Sheila. Meskipun pagi dingin mereka tetap bangun jam empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang.

Seperti biasa, setiap satu minggu sekali adalah jadwal Sisil pergi ke pasar berbelanja. Kali ini Sisil tidak bersama Sheila tetapi bersama Kannaya teman sekelasnya. Meski mereka tidak terlalu dekat, tapi mereka tetap mengobrol layaknya teman lama.

Jalanan menuju pasar belum begitu padat karena masih belum saatnya orang-orang berangkat bekerja. Motor yang di kendarai Kannaya dan Sisil melaju dengan kecepatan sedang. Udara yang masih segar d belum terkontaminasi dengan asap kendaraan menyegarkan suasana. Mungkin jika Sisil dikota jam segini pasti sudah macet dan udara sudah kotor dengan asap kendaraan.

Tidak lama, sekitar 15 menit dari pesantren Kannaya dan Sisil telah sampai di pasar. Setiap harinya pasar sangat ramai apalagi disaat liburan. Kali ini Kannaya dan Sisil membeli sayuran dan ikan laut segar untuk di masak di pesantren. Mereka berbagi tugas. Kannaya bertugas membeli sayuran dan Sisil bertugas membeli ikan laut agar pekerjaan cepat selesai sebelum kelas dimulai.

Hampir setengah jam mereka di pasar, setelah semuanya lengkap terbeli mereka kembali ke pesantren. Jalanan sudah mulai padat oleh orang-orang yang akan berangkat bekerja. Hening hanya suara kendaraan saja yang terdengar. Tidak ada percakapan satupun yang keluar dari bibir mereka selama perjalanan ke pasar dan dari pasar.

Kannaya dan Sisil hampir mempunyai kesamaan. Sama-sama anak orang yang berada. Namun perbedaan dari mereka adalah Kannaya dipesantrenkan karena kedua orang tuanya bangkrut karena salah satu karyawan perusahaan milik Ayah Kannaya mengkorupsi uang perusahaan dan akhirnya orang tuanya banyak sekali berhutang dengan bank sehingga rumahnya di sita oleh bank. Dari itulah Kannaya di masukkan ke pesantren agar Kannaya tidak menjadi gelandangan dan masih terurus di pesantren. Sedangkan Sisil karena kelakuannya yang semakin hari semakin tidak pantas akibat salah pergaulan.

Motor yang di tumpangi mereka akhirnya memasuki pesantren. Mereka langsung memberikan belanjaannya kepada kakak-kakak yang bagian memasak. Setelah itu Sisil dan Kannaya kembali kekamar masing-masing.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Sheila dari dalam kamar

Sisil duduk di kasurnya melipat beberapa baju bersihnya. Namun entah kenapa Sisil memikirkan seorang Ustadz Yusuf yang tempo hari dia lihat sedang kebingungan. Lalu terbesit dalam pikirannya untuk mengungkapkan semua rasa yang selama ini dia pendam. Sisil hanya ingin Ustadz Yusuf mengerti. Tidak lebih dari itu. 'Haruskah aku melakukan itu?' gumamnya dalam hati. Tekatnya sudah bulat jika Sisil bertemu dengan Ustadz Yusuf dia akan mengungkapkannya.

Maaf jika aku tak bisa menjadi Sayyidah Fatimah
Yang mencintai Sayyidina Ali secara diam
K

arena aku tak seperti Sayyiah Fatimah
Yang kuat dan tegar
Aku hanyalah wanita lemah dan rapuh

Maaf jika aku harus menjadi Siti Zulaikha
Yang mengungkapkan segala perasaannya kepada seorang Yusuf
Aku hanya ingin kamu mengerti
Tak lebih dari itu
Mungkin kau tak merasakan apa yang ku rasakan
Tapi aku hanya ingin kau mengetahui apa yang selama ini terjadi padaku
Aku tak ingin belas kasihanmu
Aku pula tak ingin kau merasakan apa yang aku rasakan
Sudah cukup aku saja yang merasakan itu

Bring Me To Jannah✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang