Mencari Bukti

3.4K 113 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Diam jangan kau anggap orang itu bodoh. Lebih baik diam tiba-tiba ada pembuktian. Dari pada banyak berbicara tanpa ada pembuktian.

***

'Ya Allah... Bagaimana caraku mengatakannya pada Sisil?' gumam Yusuf dalam hati.

Sisil hanya sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk ke rumah sakitnya. Sisil sekelebat melihat Yusuf yang sedang melamun di ranjang tidurnya. Sisil menghentikan pekerjaannya dan menghampiri Yusuf. Sisil memegang tangan Yusuf dan duduk di samping Yusuf. Tetapi Yusuf masih enggan angkat bicara.

"Mas... Ada apa? Ada masalah?" tanya Sisil. Sisil memandang mata Yusuf pekat. Tetapi Yusuf hanya tertunduk tak berani untuk menatap Sisil.

Yusuf hanya terdiam tak bergeming. Dia sangat bingung harus memulai perkataannya dari mana. Jika dia tidak mengatakannya pasti dia akan terkejut jika dia tiba-tiba menikah dengan Maura. 'Ya Robb bantu hambamu!' gumam Yusuf dalam hati.

"Mas..."

Namun Yusuf masih tetap enggan berbicara. Rasanya tidak tega melihat Sisil tersakiti. Yusuf menghela nafas yang panjang mencoba menata hati dan menata perkataan agar tidak terlalu menyakiti Sisil. Yusuf menatap Sisil kembali dengan wajah sendu. Sisil semakin bingung di buatnya.

"Ada masalah?"

Yusuf hanya menggeleng. Rasanya dia tidak ingin berbicara untuk hari ini. Mungkin besok? Ah tetapi sudah mepet. Yusuf semakin bingung saja. Dia menunduk kembali dan enggan melihat Sisil.

"Kalau ada masalah gak usah ditutup-tutupi bilang saja, aku siap mendengarkannya." ucap Sisil semakin mendesak Yusuf saja. Sisil sangat penasaran. Tidak mungkin jika tidak ada apa apa. Pasti ada yang Yusuf tutupi.

Yusuf kembali menghela nafas yang panjang dan menghembusakannya perlahan. Yusuf menggigit bibir bawahnya seperti akan berbicara.

"Sil, apa kamu siap mendengarkannya?" tanya Yusuf tampak ragu.
Sisil hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sebenarnya..." Yusuf menggantungkan kata-katanya. Bibirnya masih berat untuk berbicara.
Sisil mengangkat salah satu alisnya.

Dengan terpaksa, Yusuf menceritakan kejadian semalam yang menimpanya. Sisil terkejut mendengar perkataan suaminya itu. Dia tidak menyangka jika kejadian sekejam itu menimpa suaminya. Yusuf menceritakan sesuai apa yang di alaminya. Hati Sisil seperti tersambar petir di pagi hari. Hatinya seperti di potong pisau yang sangat tajam. Sakit sekali. Air mata Sisil sudah menumpuk di sudut matanya dan siap untuk meluncur. Ya benar air matanya akhirnya berhasil meluncur membasahi pipinya. Setetes demi setetes air mata bening keluar dari matanya. Rasanya tidak kuat untuk mendengarkan kenyataan itu. Sesekali Sisil mengusap air matanya dan berusaha tidak menangis. Namun apa boleh buat, air mata itu keluar dengan sendirinya dari lubuk hati.

"Sayang tapi..." Yusuf tiba-tiba menggantungkan perkataannya.

Sisil memandang pekat Yusuf. Yusuf hanya terdiam dan menunduk tidak tega melihat istri yang dicintainya menangis di hadapannya. Sisil tetap terdiam menunggu lanjutan perbicaraan Yusuf.

"Aku dipaksa untuk menikahi Maura." ucap Yusuf dengan nada pelan

Air mata Sisil pecah seketika. Dia tidak ingin di duakan. Tidak ingin di lema. Tidak ingin jika cinta untuknya di bagi dua. Wanita manakah yang rela untuk di duakan? Ya itu yang dirasakan Sisil. Air mata Sisil tak henti-hentinya mengalir. Sekelebat sepenggal cerita dari Yusuf menyusup ke pikirannya. Yusuf tadi berkata jika dia melihat seseorang mengendarai motor sport hitam dan beroenampilah seperti geng motor. Sisil menduga jika itu mantan pacarnya. Sisil segera mengusap air matanya dan bangkit dari duduknya langsung mengambil jas putih dan tasnya.

"Mas aku mau berangkat dulu keburu siang. Nanti sebelum isya aku baru pulang. Assalamualaikum" ucap Sisil dengan wajah sendu.

"Waalaikumsalam"

Sisil menuju ke garasi mobil. Sisil mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Selama di jalan air mata Sisil tak henti-hentinya mengalir. Sisil memutar murottal al Qur'an agar hatinya menjadi lebih tenang. Sebelum memasuki rumah sakit, Sisil membersihkan sisa-sisa air mata yang masih membekas. Sisil menghela nafas yang panjang dan menetralkan pernafasannya sebelum keluar dari mobil. Sisil turun dari mobil dan kembali tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Sisil menyapa setiap pegawai yang di lewatinya. Sesampainya di ruangan Sisil meletakkan tasnya di meja dan duduk di kursi kerjanya. Sisil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sepenggal cerita tadi melintas di pikirannya. Segera dia mengambil ponsel yang ada di tasnya dan mencari kontak Robert.

"Assalamualaikum."
Dilihat
"Waalaikumsalam. Ada apa Sil?"
Dilihat
"Bert bisa ketemuan gak?"
Dilihat
"Bisa. Dimana?"
Dilihat
"Di Cafe Mawar dekat rumah sakit."
Dilihat
"Oke. Aku kesana sekarang!"

Sisil segera bangkit dari duduknya. Mengambil tasnya dan segera keluar ruangan. Sebelum keluar dia menitipkan pesan kepada Andini. Sisil berjalan dengan tergesa-gesa. Karena Cafe itu tidak jauh dari rumah sakit hanya beberapa meter saja Sisil memutuskan untuk berjalan kaki. Percuma saja jika mengendarai mobil. Pegawai rumah sakit juga sudah biasa makan siang di sana. Sisil mencari meja yang kosong. Tempat ini sangat ramai sekali. Untungnya ada satu meja yang kosong di dekat kasir. Sisil duduk di sana sambil bermain ponsel menunggu Robert datang. Tak lama kemudian Robert datang.

"Sisil!" ucap Robert

Sisil yang terkejut langsung mengusap dadanya perlahan. Robert duduk di kursi depan Sisil. Tak lupa Sisil juga memesan minuman untuk mereka. Sebenarnya Sisil malas bertemu mantan pacarnya tetapi apa boleh buat ini menyangkut dirinya terutama suaminya.

"Bert aku boleh tanya?" ucap Sisil membuka pembicaraan.

"Tentu" jawab Robert lalu meminum jusnya.

"Kamu kenal Maura?" tanya Sisil sedikit ragu.

Robert tersedak mendengar pertanyaan Sisil. 'Apa Sisil tahu ya?' gumam Robert.

"Kenal" jawab Robert singkat

"Teman? Sahabat? Saudara? Pacar?"

"Sahabat waktu SMP." jawab Robert

"Kamu ada rencana apa dengan Maura?" tanya Sisil langsung mengungkapkan tujuannya.

"Gak ada" jawab Robert berbohong.

Sisil tidak percaya begitu saja dengan perkataan Robert. Dia sangat yakin jika yang dilihat suaminya kemarin adalah Robert. Dan Robert baru saja mengatakan jika dia sahabat dari Maura.

"Bert kamu masih cinta sama aku?"

Robert tercengang tanpa mampu berkata. Matanya menatap pekat seorang Sisil. Pastinya iya. Robert masih mencintai Sisil. Robert hanya mengangguk.

"Kalau kamu masih cinta sama aku, pleace kamu ngaku." pinta Sisil

"Baiklah. Ngaku apa?" tanya Robert berpura-pura tidak tahu padahal dia tau sekali kemana pembicaraan Sisil.

Sisil menceritakan kejadian yang ditimpa suaminya semalam. Robert tahu persis kejadian itu. Robert sangat berat untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun hatinya tidak bisa di bohongi lagi. Akhirnya Robert menceritakan semuanya dari awal ketemuan dengan Maura.

"Bert kalau kamu masih sayang sama aku bantu aku ya, gagalin pernikahan mereka." pinta Sisil

Robert bingung jika pernikahan Maura gagal pasti Sisil dan Yusuf akan kembali lagi. Dan dia tidak akan memiliki Sisil. Robert hanya terdiam.

"Bert berarti jika kamu tidak mau bantu aku, kamu sudah gak cinta sama aku!" ancam Sisil

Akhirnya Robert mengangguk menyetujui permintaan Sisil.
###

Bring Me To Jannah✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang