Anugrah

5.5K 139 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan kau hina bakat atau kemampuan seseorang. Sama saja kamu menghina anugrah yang sudah di turunkan Allah.

-Bring Me To Jannah-
Kediri, 18 Agustus 2019

***

"Uhukk.. Uhukk..."
Pagi ini perut Sisil rasanya sangat mual sekali. Setiap akan memakan sarapannya dia batuk-batuk dan rasanya ingin sekali muntah. Kepalanya sangat pusing. Ah mungkin kecapekan. Sisil mencoba kembali memakan sarapannya dan memaksa makanannya untuk masuk ke mulut. Namun, Sisil ingin rasanya muntah. Dia segera menuju ke kamar mandi memuntahkan semuanya. Yusuf yang merasa kasihan dengan Sisil menghampirinya. Yusuf menunggu di depan kamar mandi. Tak lama suara pintu kamar mandi terbuka. Wajah Sisil tampak pucat dan sangat lesu. Segera Yusuf menuntun Sisil untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Sayang kamu sakit?" tanya Yusuf sambil menyentuh kening Sisil. Sisil hanya tersenyum simpul.

"Gak kok. Mungkin hanya kecapekan." jawab Sisil sambil meraih tangan Yusuf yang masih menyentuh keningnya.

"Periksa ke rumah sakit ya?" desak Yusuf

"Iya-iya. Nanti di rumah sakit aku periksa. Sekalian nanti ada seminar."
Yusuf tersenyum melihat istrinya itu.

Hari ini Yusuf tidak membiarkan Sisil pergi ke rumah sakit dengan mengendarai mobil sendirian. Yusuf memutuskan untuk mengantarnya ke rumah sakit.

"Mas, aku pusing." lirih Sisil di dalam mobil

"Iya sabar sebentar lagi sampai." jawab Yusuf mempercepat laju kendaraannya.

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Yusuf membopong Sisil menuju ke ruang perawatan. Wajah Sisil tampak sangat pucat. Dengan segera, Yusuf memanggil dokter.

"Dok tolong periksa istri saya." pinta Yusuf pada seorang dokter muda dan sangat cantik itu.

"Iya. Bapak tunggu di luar sebentar."

Yusuf menunggu Sisil diluar. Sedangkan Sisil sedang di tangani dokter di Dalam. Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka dan mempersilahkan Yusuf untuk masuk.

"Dok, Sisil sakit apa?" tanya Yusuf dengan perasaan khawatir.

Dokter itu tersenyum "Sisil gak sakit Kok"

Yusuf dan Sisil saling memandang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh dokter itu.

"Mbak Sisil punya calon dedek" ucap dokter itu.

Sisil sangat bahagia akhirnya dia hamil.

Seusai periksa, Sisil tidak langsung pulang. Dia harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya di rumah sakit.

"Sayang, jangan capek-capek loh ya..."

"Iya-iya" jawab Sisil sedikit kesal.

"Pagi tadi kamu belum sarapan. Mau aku beliin apa?"

"Hm aku mau seblak aja ya yang pedes banget." pinta Sisil

"Jangan pedes-pedes." cegah Yusuf

"Yaudah aku gak mau makan." Sisil menyedekapkan kedua tangannya di dada. Yusuf hanya tertawa kecil melihat kelakuan istrinya itu. "Iya nanti aku belikan!" ucap Yusuf sambil mengacak jilbab Sisil.

Sisil tersenyum. Bahagia. Sangat sekali.

***

"Mas, antar aku dong!" rengek Sisil kepada Yusuf. "Kemana sayang? Ini sudah malam, besok ya!" Jawab Yusuf.

"Aku kangen sama Mama, kan Mama Sama Papa juga belum tahukan kalau aku hamil?" jelas Sisil. Yusuf tersenyum dan mengangguk setuju. Sisil bersorak hore ketika Yusuf menyetujui permintaannya. Dengan segera, Sisil menyeret tangan Yusuf menuruni anak tangga. Yusuf hanya pasrah dengan apa yang dilakukan istrinya itu.

Dinginnya malam terlihat hanya berlalu bagi Sisil. Dengan mengendarai mobil Yusuf mengemudi dengan kecepatan sedang membelah jalanan malam yang hanya terang dengan kerlap-kerlip lampu jalan.Tak lama, mobil hitam itu memasuki halaman sebuah rumah mewah di salah satu komplek.

"Assalamualaikum"

Tak ada jawaban satupun dari dalam. Sisil membuka knop pintu. Ternyata pintu tidak terkunci. Sisil menyusuri setiap ruangan yang terlihat sepi.

"Ma... Pa... Zul... Bi..." Sisil memanggil nama satu persatu penghuni rumah itu, namun tak ada satupun yang membalas panggilan itu. "Ehh... Mbak Sisil" tiba-tiba Bi Minah muncul dari belakang pintu. Sisil dan Yusuf terkejut dan membalikkan badan.

"Bi... Bikin jantung Sisil copot deh" ucap Sisil membuat Bi Minah terkekeh. "Semua pada kemana Bi?" tanya Sisil. "Pada belum pulang Mbak." jawab Bi Minah. Sisil menghela nafas yang panjang. Dari dulu sampai sekarang tetap saja gak ada perubahan. Pulang selalu larut. Sisil hanya mengangguk menanggapi jawaban Bi Minah.

"Bi, Zulfa kemana?" tanya Sisil. "Mbak Zulfa lagi ada kerjaan katanya, mau nginap di rumah teman." jawab Bi Minah lalu berpamitan untuk pergi ke dapur. Sisil menuju ke ruang keluarga di ikuti oleh Yusuf. Sisil mendecak kesal. Dan menjatuhkan tubuhnya di sofa yang empuk.

"Hey kenapa tiba-tiba marah?" tanya Yusuf. Sisil tak langsung menanggapinya. Dia hanya memilih diam dari pada banyak berbicara. "Mas kenapa sih dari dulu Mama sama Papa gak pernah berubah!" curhatnya dengan nada kesal. Yusuf hanya tersenyum.

Tiba-tiba suara knop pintu terbuka. Itu pasti Mama dan Papanya.
"Assalamualaikum"
Ya benar saja Mama dan Papanya pulang.
Sisil menjawab salam dari mama.

"Ehh... Anak Mama datang!" ucap Mama sambil berjalan menghampiri Sisil dan Yusuf di ruang keluarga. Dengan segera Yusuf mencium punggung tangan ibu mertuanya itu. Lalu mencium punggung tangan papa mertuanya. Namun Sisil hanya cuek menanggapi kedatangan Mamanya. "Loh putri Mama yang satu ini kok diam saja!" goda Mama. Dengan malas Sisil mencium punggung tangan Mama dan papanya.

"Kapan datang?" Tanya Mama sambil duduk di samping Sisil. "Kemarin lusa." jawab Sisil jutek. Semua yang ada di ruangan itu tergelak dengan jawaban Sisil. "Ada-ada saja kau ni Sil" ucap papa ketika tertawanya berhenti.

"Baru saja kok Ma." jawab Yusuf menyambung. Mama mengangguk. "Kamu kenapa sayang, coba cerita sama Mama!" ucap Mama. "Papa sama Mama dari dulu gak pernah berubah ya. Selalu aja pulang larut malam. Memang pekerjaannya gak bisa dilanjut besok apa?" ucap Sisil langsung to the point. Mama hanya tersenyum simpul.

"Tumben kesini ada apa?" tanya Mama. "Aku cuma mau kasih tau Mama sama Papa  kalau aku hamil." jawab Sisil dengan muka datar. Mama dan papa terkejut. "Jangan bercanda kamu!" ucap Mama tak percaya. "Ya sudah kalau gak percaya!" jawab Sisil merajuk. "Benar itu Suf?" tanya Mama pada Yusuf yang hanya di balas anggukan. Dengan cepat Mama memeluk Sisil. Dengan hangatnya sebuah keluarga menjadi dinginnya malam tak terasa lagi.
###

TAMAT

Assalamualaikum sobat. Sampai di sini dulu ya perjumpaan kita di cerita ini.
Selamat membaca. Dan Wassalamu'alaikum🍁

Bring Me To Jannah✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang