Salah Paham!

4.3K 147 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Menangis bukan pertanda orang itu lemah. Tetapi menangis adalah cara hati mengungkapkan ketika bibir tak lagi bisa berkata-kata.

***

Siang ini Sisil diajak Yusuf untuk makan siang di luar. Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat mereka. Kali ini Yusuf menjemput Sisil di rumah sakit menggunakan mobil Yusuf sendiri. Sesampainya di parkiran Yusuf langsung menuju ke ruangan Sisil.

Yusuf menyusuri koridor rumah sakit yang lumayan ramai. Yusuf melangkah dengan penuh keyakinan.

"Assalamualaikum" ucap Yusuf sambil mengetuk pintu

"Waalaikumsalam. Masuk!" jawab Sisil dari dalam

Yusuf membuka pintu dan dikejutkan oleh Sisil yang sedang berdua dengan dokter Farhan. Yusuf tampak kecewa. Dia menampakkan muka datar dan sifat kutubnya. Mungkin rasa sakit yang di rasakannya.

"Eh.. Kakak! Kak jadi makan siang di luarkan?" tanya Sisil

Yusuf merasa jika pertanyaan yang tidak harus di tanyakan oleh Sisil. Pastinya jika dia menjemputnya pasti jadi. Yusuf hanya menaikkan alis sebelah kanannya. Sisil mengambil tasnya.

"Dok saya mau keluar sebentar." ucap Sisil

"Iya. Aku juga ada urusan! Assalamualaikum" jawab dokter  Farhan sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam"

Dokter Farhan keluar ruangan. Yusuf menghentikan langkah Sisil untuk tidak keluar ruangan. Yusuf ingin berbicara empat mata dengan Sisil. Suasana memanas. Yusuf memandang Sisil dengan tatapan yang sadis. Sifat kutubnya kembali muncul seketika. Sisil tahu jika Yusuf salah paham. Tetapi penjelasan Sisil seperti tidak berguna. Sisil kembali duduk di kursi kerjanya. Sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya. Sisil bingung harus berkata apa lagi. Sedangkan kata-katanya sudah habis untuk menjelaskan.

Yusuf duduk di sofa panjang di ruangan Sisil. Sejenak menenangkan diri. Rasa egois telah masuk ke dalam hati seorang Yusuf.

"Kak plis deh! Dengar aku dulu.. Tadi dokter Farhan hanya menanyakan tentang kondisi pasienku. Kak percaya deh sama aku!" Sisil kembali angkat bicara.

Namun tak ada respon sama sekali dari Yusuf. Akhirnya Sisil memutuskan untuk keluar ruangan. Dengan tetesan air mata Sisil menuju ke taman rumah sakit. Dia bingung ingin berbuat apa. Setete demi setetes air bening keluar dari mata Sisil. Sisil tidak bisa lagi berkata-kata hanya tangisan yang bisa mewakilkannya.

Cuaca siang ini tidak bersahabat. Sepeti cuaca kali ini mendukung Sisil untuk terus menangis. Tak lama kemudia setetes demi setetes air hujan turun membasahi Sisil yang sedang menangis. 'Kak apa kau tak peduli dengan aku?' gumam Sisil. Air hujan membuat Sisil tidak terlihat menangis.

***

Yusuf tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. Mengapa Sisil sekejam itu?. Sisil mencoba menjelaskannya kepada Yusuf tetapi dia tidak mau mendengarnya. Tiba-tiba Sisil pergi meninggalkannya. Yusuf sangat malas untuk mengejarnya. 'Sil aku terlanjur kecewa padamu!' ujar Yusuf.

Mendung terlihat sangat tebal. Tiba-tiba khawatir masuk ke dalam hatinya. Khawatir dengan keadaan Sisil. Awan sudah tidak bisa lagi membendungnya. Rintik hujan mulai turun. 'Sisil kamu dimana?' gumamnya dalam hati. Yusuf tidak tega. Dia segera bangkit dari duduknya. Dengan membawa sebuah payung, Yusuf mencari Sisil.

Bring Me To Jannah✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang