Terungkap

4K 137 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Sepandai pandainya orang menyembunyikan suatu kesalahan, pasti suatu saat nanti akan terungkap segala kebusukannya.

***

Yusuf menghela nafas yang panjang ketika akan memakai jas hitamnya. Serasa berat untuk menjalani semua ini. Menduakan seseorang yang di cintainya. Rasa bersalah selalu merasuki pikirannya. Sejak pagi tadi, Sisil tidak kelihatan entah kemana dirinya yang pastinya dia sangat sakit hati. Terpaksa Yusuf memakai jas hitamnya itu sebelum keluarga Maura dan warga datang. Sejenak duduk di ranjang kasurnya. 'Ya Allah hamba pasrah akan takdirmu!' gumam Yusuf.

Beberapa menit kemudian, para warga datang. Yusuf segera turun menemui mereka. Pandangan Yusuf menyusuri setiap sudut rumah, namun nihil Sisil tidak ada. 'Kemana dia?' gumam Yusuf. Selang beberapa menit Kemudian keluarga Maura datang. Tetapi Sisil tetap tidak tampak. Entah kemana dia. Ketika pak penghulu akan memulai ijab qobulnya Yusuf selalu menolak untuk menunggu Sisil. Hampir 20 menit menunggu, Sisil tak kunjung kelihatan. Yusuf kembali menghela nafas yang panjang. Dia harus rela jika menikah tanpa istrinya. Dia juga tidak ingin jika istrinya melihatnya melangsungkan ijab qobul.

"Bagaimana pak sudah siap?" tanya bapak penghulu

"Sebentar Pak, 10 menit lagi" jawab Yusuf menolak

"Baiklah."

***

Pagi-pagi sekali Sisil keluar rumah tanpa menggunakan mobilnya. Sisil pergi menemui Robert untuk mematangkan rencana mereka hari ini untuk menggagalkan pernikahan Yusuf dan Maura. Sisil memang sengaja tidak berpamitan ataupun berbicara dengan Yusuf. Biarkan saja jika Yusuf mencari-carinya. Sisil bertemu dengan Robert di taman dekat rumah Sisil. Mereka juga tahu jika keluarga Maura telah sampai. Namun mereka menunggu saat yang tepat untuk melaksanakan rencananya.

"Bert, itu mobil Maura!" ucap Sisil berbisik

"Iya-iya."

"Siap. Tinggal beraksi!" arahan dari Sisil.

***

"Bagaimana pak, ini sudah 10 menit?" tanya pak penghulu

Yusuf menghela nafas yang panjang lalu mengangguk. Yusuf berjabat tangan dengan bapak penghulu. Pak penghulu mengucapkan ijabnya dan dengan nada terpaksa Yusuf menjawabnya.

"Bagaimana para saksi sah?" tanya pak penghulu kepada semua tamu undangan.

"Tunggu!" potong seseorang

Yusuf tak bergeming melihat siapa yang datang. Ya dia adalah istri tercintanya Sisil. 'Alhamdulillah...' lirih Yusuf dalam hati.

"Pak apakah sah jika seorang suami menikah lagi tanpa istrinya?" tanya Sisil kepada penghulu itu. Penghulu itu terdiam tak mampu lagi berkata.

"Aku sudah di sini jika kau ingin lanjutkan silahkan. Tetapi setelah ini..." ucap Sisil menggantungkan percakapannya sambil memberi kode kepada Robert untuk bersaksi.

"Tetapi setelah aku bersaksi!" sahut Robert dari depan pintu.

Pandangan semua orang tertuju pada Robert. Mereka tampak kebingungan dengan sandiwara ini. Termasuk Yusuf sendiri. Dia tidak mengerti apa yang di rencanakan istrinya. Akhirnya Robert masuk ke dalam rumah. Robert memberi kesaksian yang sesungguhnya. Menceritakan seluruh kejadian yang sebenarnya. Tiba-tiba Maura datang mengahampiri mereka. Maura memegang lengan Robert dengan kuat. Namun Robert tak menghiraukannya. Dia tetap bercerita agar semua warga mengetahui kebusukan yang di kemas rapih oleh seorang wanita sholihah dan berpendidikan seperti Maura. Maura tak bisa berbuat apapun matanya melotot ke arah Robert. Tamatlah segala rencana Maura untuk bisa menikah dengan Yusuf. 

Seusai Robert cerita para tamu undangan menyoraki Maura. Maura menutup kedua telinga dengan tangannya. Setetes demi setetes air mata Maura keluar.

"Mas, bantu aku!" ucap Maura memohon kepada Yusuf.

Tetapi Yusuf tak menghiraukannya. Pandangannya lurus kedepan tak melirik Maura sedikitpun. Sampai Maura berlututpun Yusuf tetap tak menghiraukannya. Yusuf menganggap perbuatan Maura sangat keterlaluan.

"Sil tolong bantu aku!" ucap Maura sambil memegang tangan Sisil dengan erat. Namun sayang, Sisil juga tak menghiraukannya. Akhirnya pernikahan itu resmi batal. Semua orang tampak kecewa dengan apa yang mereka lihat.

Umi dan Abi Maura, melihat Maura dengan wajah tanpa ekspresi sedikitpun. Wajahnya datar dan dingin. Bibirnya tertutup tak berani berbicara apapun sejak awal. Pastinya mereka sangat malu dengan kelakuan Maura. Maura tetap saja menangis dan memegang tangan Sisil.Perlahan Sisil melepas pegangan Maura di tangannya. Sisil tampak sakit hati dan sangat kecewa. Sisil tak sedikitpun menatap seorang Maura yang dari tadi memohon kepadanya. Tetapi hati seorang Sisil sangatlah lembut. Setetes air mata jatuh ketika hatinya merasa sakit ataupun iba. Badan Sisil menghadap kepada Maura. Mata Sisil menatap pekat bola mata Maura. Tampak ada rasa penyesalan di mata Maura. Sisil mendongakkan kepalanya sambil mengedip-kedipkan matanya. Lalu Sisil menatap pekat seorang Maura. Sisil tampak iba dengan Maura. Sekejam-kejamnya Sisil, dia masih mempunyai hati yang sangat lembut didalamnya. Sisil menarik tangan Maura hingga mereka saling berpelukan. Tangisan Maura semakin menjadi saja. Terdengar jelas di telinga Sisil. Sisil melepas pelukannya. Maura hanya menunduk tak berani sedikitpun menatap mata Sisil. Lalu Sisil meletakkan kedua tangannya di pipi Maura lalu mengangkat wajah Maura perlahan. Wajah Maura terlihat sangat sendu. Seperti mendung lalu turun hujan.

"Maura... Tenanglah aku sudah memaafkanmu." ucap Sisil. Mendengar perkataan Sisil, Maura kembali memeluk Sisil. Sisil mengusap punggung Maura perlahan.

"Sil, makasih ya. Kamu baik sekali." ucap Maura dengan tersendat-sendat.

Sisil memandang Yusuf. Yusuf tetap dengan wajah datar tanpa ekspresi sedikitpun. Sisil tahu jika suaminya sangat kecewa. Lalu Sisil melepaskan tangan Maura dan menghampiri Yusuf. Dia menatap pekat kedua bola mata Yusuf. Tetapi Yusuf tak menghiraukannya sedikitpun. Sisil menghela nafas yang panjang dan menghembuskannya perlahan. Sisil tertunduk dan meraih tangan Yusuf. Yusuf yang merasa tangannya di pegang langsung menunduk melihat siapa yang memegang tangannya. Sisil mengangkat kepalanya dan kembali menatap pekat bola mata Yusuf. Kedua mata mereka bertemu saling bertatapan dengan pekat. Jarak pandang mereka mungkin tidak ada satu jengkal tangan. Sangat dekat. Sisil mengedipkan matanya seperti memberi isyarat kepada Yusuf. Yusuf menarik perlahan tangan Sisil hingga mereka berdua saling berpelukan. Hati Sisil berasa sangat damai berada di pelukan Yusuf. Sisil melepas pelukan itu perlahan.

"Mas, kamu maukan maafin Maura?" tanya Sisil. Tatapan mata Sisil tetap mengarah pada bola mata Sisil.

Yusuf menengok ke kanan melihat Maura. Maura masih tetap dengan keadaan sebelumnya. Menangis dan menangis menyesali atas apa yang di perbuatnya. Ingin rasanya Yusuf memaafkannya. Namun hati kecilnya berkata jika tidak perlu memaafkannya. Dia terlalu jahat kepada keluarganya. Yusuf kembali memandang wajah Sisil. Kembali Sisil mengedipkan matanya. Yusuf menghela nafas yang panjang menghirup oksigen sebanyak banyaknya sebab dadanya merasa sesak dari tadi. Yusuf melepas genggaman tangan Sisil dan berjalan perlahan mendekati Maura. Maura yang dari tadi tertunduk dan menangis seketika tangisan itu berhenti hanya suara isak saja yang terdengar. Maura melihat kaki seseorang yang berada di depannya. Akhirnya Maura mengangkat kepalanya perlahan. Dan siapa yang berada di depannya. Ya, dia adalah Yusuf.

"Mas maafin aku.." ucap Maura dengan suara isakan.

Yusuf kembali menghela nafas yang panjang. Bola mata Yusuf melirik Sisil. Sisil hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah aku akan memaafkan kamu. Tapi dengan 1 syarat!" ucap Yusuf

"Syarat apa?"

"Kamu jauhi aku dan kehidupanku!" ucap Yusuf dengan nada sedikit meninggi.

"Baiklah akan aku lakukan." jawab Maura pasrah.

Yusuf membalikkan badannya kembali kepada Sisil. Sisil tersenyum simpul. Yusuf akhirnya memeluk Sisil dengan erat. Senyuman Sisil tak hilang sedikitpun dari bibirnya.
###

Bring Me To Jannah✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang