I lay me down to sleep
I pray the Lord my soul to keep
-Nightmare, Halsey-==
VOTE
==
Pada dinginnya malam di musim gugur kala itu, Kris terbangun tengah malam dengan nafas terengah-engah. Keringat mengucur deras di pelipis kanan dan kiri.
Manik indahnya menatap sekeliling. Lalu bersyukur tanpa kira saat menyadari tidak ada hal buruk yang terjadi. Dirinya masih telanjang. Daisy masih tertidur lelap di sampingnya, di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka berdua. Mereka masih berada di kamar apartemen Daisy.
Demi mentahkikkan bahwa ia hanya mimpi buruk, Kris mengusap surai perempuannya. Gadisnya yang sudah bukan gadis tapi selalu gadis baginya.
Lembut sekali Kris menyentuhnya. Seperti takut yang sentuhannya akan melukai. Lalu laki-laki berhidung mancung itu mencubit tangannya sendiri.
Sakit.
Baru ia percaya yang tadi hanya mimpi buruk.
Kris membenarkan posisi duduknya bersandar pada kepala ranjang. Hati-hati. Ia tidak ingin Daisy terganggu dengan gerakannya.
Mata laki-laki itu lalu menerawang. Menyelami mimpi yang akhir-akhir menghantuinya. Perasaan Kris jadi tidak tenang. Padahal ada Daisy di sampingnya.
Kris, saat itu, adalah musisi kebanggaan negaranya. Julukannya adalah King of Music. Di usia yang terbilang masih muda, popularitasnya mencuat hingga negara-negara tetangga. Dikaruniai fisik gagah sempurna, wajah dewa yang layaknya pahatan mahakarya mahal, suaranya ringan dan merdu diimbangi dengan keahlian alat musik mumpuni terutama saat memainkan piano. Bertambah lagi julukan yang tersemat, Piano Boy.
Itu saja?
Tidak. Belum. Kris tampaknya memiliki dewi fortuna di sisi kana kiri tubuhnya. Keberuntungannya tidak hanya terhenti di fisik. Laki-laki yang saat itu menginjak usia 25, juga dihadiahi Tuhan seorang gadis cantik yang tidak kalah sempurna darinya. Bernama Daisy, gadis yang malam ini tidur dalam ranjang yang sama dengan Kris, adalah seorang designer muda yang telah menyandang gelar MA dan CEO label fashion miliknya yang telah tersebar di penjuru negeri. Belum lagi jabatannya di perusahaan garmen terbesar milik keluarganya. Ditambah sifat Kris dan Daisy yang terbuka dan menyenangkan serta loyal pada siapapun, mengukuhkan keduanya sebagai pasangan public figur yang paling serasi dan paling dicintai.
Tanpa sadar Kris menghela nafas kasar. Berulang kali. Hingga sentuhan lembut sebuah jemari lentik membuyarkan kelana sang pikiran. Kris baru menyadari helaannya tadi membuat kekasihnya tidak nyaman.
"Ada apa?" tanya gadis itu demi mengamati air muka Kris yang tidak teduh seperti biasanya. Kris tersenyum hambar. Lalu menggeleng sembari mengelus jemari Daisy dan memintanya untuk kembali tidur.
Tapi Daisy bukan wanita yang baru sehari dua hari membersamai Kris. Hampir sepuluh tahun masa hidupnya mengenal laki-laki yang sejak tiga tahun ini menjadi kekasihnya. Daisy adalah representasi dari dirinya dalam wujud perempuan. Separuh jiwanya. Dan jiwa yang eror, akan terdeteksi oleh separuhnya juga.
Daisy menarik selimut lebih tinggi, lalu bangkit duduk meniru Kris. Kepalanya ia rebahkan di dada bidang Kris, kedua lengannya dikalungkan ke leher sang kekasih.
"Kau janji akan membagi semuanya padaku, Kris," lirih Daisy, dengan manik menatap sendu pada Kris yang juga menatapnya. Dua pasang manik itu bertemu. Dua-duanya sama-sama indah. Yang satu tajam, hitam dan melindungi, yang satu hazel penuh binar dan lembut. Sama-sama memberikan keteduhan.
Kris mengecup sayang puncak kepala Daisy dengan mata tertutup. Agak lama. Membuat sang kekasih yakin berasumsi sang pria memiliki masalah.
"Hei.." panggil Daisy meminta perhatian Kris. Satu tangannya ia arahkan ke wajah tegas Kris. Menyentuhnya lembut.
Di kondisi normal, sentuhan semacam itu akan membuat nalurinya sebagai lelaki tersulut. Daisy akan habis sekali lagi kalau menyentuh Kris seperti itu.
Tapi justru malam itu sentuhan Daisy semakin membuat ketakutan Kris menguat. Kris takut kehilangan sentuhan sayang dari wanitanya. Gadisnya.
Daisy cemas tatkala melihat Kris demikian. "Kris. Kau... mimpi buruk lagi?" tebaknya pelan-pelan. Kris pernah terbangun dua minggu yang lalu dengan kondisi seperti ini. Tapi kala itu, sang kekasih tidak setakut malam ini. Ia hanya mengatakan mendapat mimpi buruk lalu keduanya kembali tidur seolah tidak ada apa-apa.
Daisy hanya tidak tahu bahwa Kris mendapatkan mimpi-mimpi itu lagi di malam-malam berikutnya. Ketakutannya semakin nyata kala ia tidak tidur bersama Daisy. Tapi itu lebih baik karena ia tidak harus melihat Daisy khawatir.
Kris membuka mata. Bibirnya masih menyentuh puncak Daisy. Dalam sekali hembusan nafas laki-laki itu mengangguk.
"Bagaimana mimpi itu? Apa sesuatu yang berhubungan denganku?"
Kris mengangguk lagi. Daisy kembali mengeratkan pelukannya sambil mengucapkan kata-kata penenang.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Kris. Aku berjanji."
Kris menghela nafas berat seusai pikirannya melayang jauh ke masa-masa silam yang indah. Dan tak tersentuh lagi.
Daisy benar-benar menepati janji itu hingga sekarang. Hanya bedanya, Kris tidak bisa menemukan gadis itu lagi di sampingnya kala ia bangun tidur. Tidak pernah lagi. Sejak dinamikanya bergantung pada sebuah kursi roda. Sejak ia dinyatakan cacat.
Bukan hanya itu.
Meskipun ia menyatakan gadis itu masih kekasihnya, namun Kris tahu batasan. Mereka tidak akan pernah bisa lagi tidur di ranjang yang sama di malam-malam panjang. Sebab Daisy sudah berstatus sebagai seorang istri. Sebab secara hukum, Daisy adalah kakak iparnya.
Kini, Kris terbangun dari mimpinya. Kalau dulu mimpi buruknya sudah menjadi kenyataan, sekarang justru mimpi indahnya yang ia yakini tidak akan pernah jadi nyata. Meskipun Daisy tidak akan meninggalkannya, tapi Kris tidak mampu lagi membayangkan memiliki keluarga yang hangat bersama Daisy. Keluarga yang dipenuhi tawa anak-anak lucu mereka. Tidak dengan kondisinya sekarang. Kris tidak percaya diri lagi dengan tubuhnya yang cacat. Jangankan memiliki anak, nafsunya sebagai lelaki seperti menguap sejak kakinya lumpuh.
Sekali lagi, Kris menitikkan air matanya.
===ㅇㅇㅇ===
Greeting from the man...
👇
Kris, in happiest mode ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
KRIS, PEACH, AND DAISY [UNIVERSE]
General FictionKris kehilangan segalanya, tapi ia menerima kasih sayang Daisy Frans memiliki segalanya, tapi ia kehilangan cinta istrinya Peach tidak pernah melihat dunianya, tapi kehadirannya membuat orang-orang menyadari dunia Mereka bercerita tentang orang-oran...