4. I Will Go to You Like The First Snow

127 15 0
                                    

That the world I was in was this bright
I reached you with a small breath of life
It's a love that called out to me fearlessly

-I will go to you like the first snow, Ailee-

-

VOTE

-

Di tempatnya duduk, Peach memangku sebuah buku kesukaannya. Jemari kecilnya yang lentik meraba satu persatu braile yang terukir di benda berukuran B5 di pangkuannya.

"Helen Keller, sosok inspiratif peraih nobel perdamaian. Hmm, bacaanmu menarik."

Peach terkejut bukan main saat sebuah suara halus mengusik keseriusannya membaca. Dalam dirinya ada semacam alarm peringatan, tanpa sadar tangan si mungil itu meremas dressnya. Peach tidak tahu dimana pemilik suara itu berada. Dan kini dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang menolak tawaran Jessie yang ingin menemaninya.

Sepasang mata bening mengamati gadis di depannya yang meremas bajunya sendiri, menyunggingkan senyum samar. Pemilik manik bening, yang seorang laki-laki itu, dengan tanpa suara tiba-tiba mengambil buku yang ada di pangkuan Peach.

Hingga mulut gadis tunanetra itu terbuka, hendak sekedar berteriak, namun ternyata ketakutannya membuat ia kehilangan kata. Suaranya tercekat dan tertahan di tenggorokan. Gadis itu merapal segala doa dalam hatinya. Jikalau hari ini adalah hari akhirnya di dunia, ia mengulang kejadian-kejadian yang telah ia lalui, dan berharap ia sudah melakukan yang terbaik.

"Aku bisa sedikit-sedikit membaca buku dengan tulisan brailie. Bolehkah aku membacakan cerita ini untukmu?" suara itu menawarkan sesuatu yang tanpa sadar mengusir ketakutan Peach. Kecurigaannya berangsur lenyap.

"K-kau tidak bermaksud jahat bukan?" katanya terbata, dan dibalas dengan kekehan kecil.

"Gadis manis sepertimu tidak layak menerima kejahatan," ujarnya manis. Kemudian, "Aku Kris. Mulai hari ini aku akan datang dan membacakan cerita untukmu."





--






Dua tahun yang lalu jika hendak keluar dari kediamannya, Kris harus dikawal oleh beberapa kepala agar ia bisa melangkah dengan leluasa. Penggemarnya akan membuntuti dimanapun Kris beranjak. Para penggemar benar-benar virus yang membuat pergerakannya terbatas. Meskipun Kris menyayangi penggemarnya -tentu saja, Kris adalah artis dan pianis nomor satu-, kala itu Kris berharap ia bisa berkeliaran bebas tanpa diserbu ratusan manusia yang rata-rata berjenis kelamin perempuan.

Dan Tuhan akhirnya mengabulkan harapannya.

Sekarang Kris bisa kemana saja tanpa ada yang mengikuti. Bahkan ia tidak perlu pengawal lagi untuk menjaganya.

Sebebas itu.

Seharusnya.

Mungkin akan lebih indah jika ia tidak harus merayakan kebebasannya di atas kursi roda. Lebih indah jika ia masih menjadi sosok Kris yang dulu. Lebih indah jika bukan menjadi asing.

Semenjak kecelakaan yang merenggut kedua kakinya, Kris menarik dirinya dari dunia. Ia tidak pernah lagi berhubungan dengan para penggemarnya, bahkan Kris yakin dirinya sudah tidak mempunyai penggemar.

Kris memiliki dunia barunya. Dunia yang ia ciptakan sendiri. Kris mengurung dirinya, tanpa peduli apa yang telah-sedang dan akan terjadi di luar sana, yang tanpa ia sadari ia hancurkan sendiri dunianya sebelum ini.

Kris menganggap dirinya telah mati.

Lebih dari 2 jam sepasang mata itu memandang pintu di hadapannya. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Ia hanya merasa ia perlu bernafas, karenanya ia butuh udara.

KRIS, PEACH, AND DAISY      [UNIVERSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang