You are not the fool, no
You're the beautiful one
You are like the sun
Cause this one river flows to you-Anonymous Lyric, River Flows in You/ Yiruma-
===
VOTE
===
Starring new cast : Ko Eun (SM Rookies)
Jessie
Aku menemukan orang yang pandai bersyukur. Mungkin karena dia punya aku di sisinya.
==
Tangan mungilnya dengan lembut menekan tuts piano satu persatu hingga alat musik itu mengeluarkan alunan yang harmonis. Tidak bosan-bosannya ia memainkan lagu itu. Lagu yang sejak pertama ia dengar langsung mencuri hatinya. Lalu ia bersumpah untuk bisa mendengarkan lagu itu dari tangannya sendiri.
River flows in you.
Gadis dengan rambut lurus sepunggung itu mengakhiri permainan pianonya. Suara tepuk tangan memenuhi kafe di tengah kota tempat gadis itu unjuk kemampuan. Dengan hati-hati ia berdiri, lalu membungkukkan badannya di hadapan pengunjung dengan arahan seorang perempuan dengan rambut bob yang sebaya dengannya.
"Kau selalu memberikan bonus lagu itu di setiap penampilanmu," ucap temannya ketika mereka sudah berada di jalan menuju kontrakan sederhana mereka.
Gadis berambut lurus tadi tersenyum. Dalam hati ia membenarkan ucapan sahabat yang merangkap menjadi 'manajernya'. Sejak dua tahun belakangan, gadis itu memulai menjadi pianis jalanan. Awalnya menjadi pengamen jalanan, lalu pengamen yang masuk dari kafe ke kafe, hingga beberapa bulan terakhir ini ia menjadi pianis panggilan, baik mengisi panggung kafe atau di acara-acara yang cukup penting. Sebut saja wedding dan birthday party. Di akhir lagu yang diminta oleh pihak pengundang, ia dengan senang hati memainkan River Flows in You sebagai bonus, dan berakhir dengan tepukan tangan kagum dari audiens.
"Kau tahu? Manajer kafe tadi memberikan kita bayaran yang lebih banyak dari tawaran. Ayo merayakan!" ujar si gadis berambut bob penuh semangat.
"Heh. Katanya mau beli album baru grub band kesukaanmu? Kenapa tidak ditabung saja sih?" gadis rambut panjang mengingatkan.
"Peach.." rengeknya.
"Aku sudah punya banyak uang untuk beli album baru," ujarnya dengan nada ketus yang dibuat-buat tak pelak membuat temannya tertawa kecil.
"Ya sudah ayo," temannya mengalah.
"Yes!" gadis rambut bob itu memekik girang. "Jjangmyeon?" tanyanya kemudian dan dibalas dengan anggukan.
"Tidak ada soju," tegas si rambut panjang. Seketika tawa temannya terhenti.
"Oh, ayolah, Peach. Kau tidak asyik."
Dan tetap, sahabat si rambut bob menggeleng tegas.
"Tidak, Jessie. Sebulan yang lalu kau minun soju dan meninggalkanku sampai aku tidak bisa pulang," peringatnya tajam. Bibir gadis yang disebut Jessie langsung mengerucut dan kepalanya menunduk. Merasa bersalah. Temannya hampir hilang kalau saja pemilik kedai tidak berbaik hati menampung Peach di rumah mereka lalu mengantarnya pulang keesokan harinya.
Baiklah. Jessie tidak akan mengulangnya.
"Kalau begitu jjangmyeon dan tteopbokki." usul Jessıe. Peach terperangah tidak percaya. Walaupun tidak tahu secara persis bentukan tubuh sahabatnya sejak kecil itu, tapi Peach bisa mengira Jessie adalah gadis yang bertubuh langsing karena tangannya juga terasa tanpa lemak. Peach heran bagaimana bisa perempuan dengan tubuh kecil seperti Jessie bisa menghabiskan banyak makanan.
Sesampainya di kedai langganan mereka setiap kali mendapat bonus, Jessie menuntun Peach untuk duduk di salah satu bangku setelah membuat pesanan pada ahjumma pemilik kedai. Lalu Jessie duduk berhadapan di depan Peach.
"Peach, aku lupa memberitahumu. Kemarin Ibu Yeon bilang mau mengirim paket untukmu." Jessie memberitahu Peach pesan dari pengasuh mereka dulu.
"Paket? Paket apa?"
Jessie mengedikkan bahu. "Tidak tahu. Kata Ibu itu buku kesukaanmu."
Peach menimang dalam hatinya. Buku kesukaannya? Seingat Peach, ia menyukai satu buku braile yang benar-benar bagus.
"Kapan kira-kira paketan Ibu akan sampai?" tanyanya kemudian.
"Seharusnya hari ini. Kita tunggu saja sampau besok pagi. Ibu mengirimnya kemarin."
Peach hanya mengangguk. Tak lama, gadis itu membaui aroma jjangmyeon dan tteopbokki yang menggugah selera. Jessie bergumam senang.
"Terima kasih ahjumma," ucap Jessie pada ahjumma yang membawakan pesanannya. Sang ahjumma tersenyum. Ia cukup hafal dengan dua bersahabat pelanggannya. Sebelum pergi ahjumma itu berkata.
"Aku akan membungkuskan dua kotak odeng untuk kalian. Ambilah saat pulang nanti." Tentu saja Jessie dan Peach menyambutnya dengan senang hati dan penuh rasa terima kasih.
"Ahjumma baik sekali ya?" gumam Peach.
"He-eh," sahut Jessie di sela kegiatannya menyiapkan makanan agar Peach lebih mudah mengambilnya. Peach mungkin kesusahan makan menggunakan sumpit, jadi Jessie menyodorkan sendok yang selalu ia bawa.
"Gomawo chingu kesayanganku," Peach tidak pernah lupa berterima kasih kepada sahabat terbaiknya. Ah tidak. Satu-satunya sahabat. Satu-satunya yang mau berteman dengan gadis cacat sepertinya.
Kungkungan dingin malam semakin terasa ketika kedua sahabat itu kembali dari 'pesta' sederhananya. Jessie dengan sabar menuntun Peach sepanjang perjalanan, sembari melontarkan ucapan konyol. Si ceria yang selalu membuat Peach senang.
"Wahh!" tiba-tiba Jessie memekik.
"Ada apa?" tanya Peach kebingungan. Jessie melepas genggamannya pada Peach dan mendekati sesuatu yang membuatnya memekik.
"Jessie?"
"Peach!" suara Jessie mendekat. Gadis berambut bob itu membawa sebuah kotak.
"Kiriman Ibu sudah sampai. Coba pegang ini," tangan Jessie menggamit sahabatnya dan membantunya meraba paket yang ia temukan. Peach mengerjap senang.
"Ayo masuk," ajak Jessie sambil menuntun Peach masuk ke dalam flat yang mereka sewa sejak setahun belakangan ini.
"Peach lihat! Ini buku bacaan kesukaanmu dulu," Jessie yang membantu membuka paket kiriman dari Ibu asuh mereka. Peach meraba-raba sampul buku braile yang dimaksudkan dan gadis itu tersenyum senang.
Buku 'The Story of My Life, Helen Keller' kesukaannya. Buku yang ia dapat dari seseorang yang membawanya menjadi pianis seperti sekarang ini.
========
Ide nama Jessie aku dapetin karena pas nulis part ini aku lagi dengerin lagunya Jessie J :')
Here you are, met malmingan bagi yang jomblo maupun yang tidak ❣
KAMU SEDANG MEMBACA
KRIS, PEACH, AND DAISY [UNIVERSE]
General FictionKris kehilangan segalanya, tapi ia menerima kasih sayang Daisy Frans memiliki segalanya, tapi ia kehilangan cinta istrinya Peach tidak pernah melihat dunianya, tapi kehadirannya membuat orang-orang menyadari dunia Mereka bercerita tentang orang-oran...