14. Back to December (2)

63 10 0
                                    

I'd go back in time and change it
But I can't

Kris tidak pernah mengendarai mobilnya sendiri semenjak kecelakaan tiga tahun silam. Namun hari ini ia ingin mencoba. Ia ingin berani menyingkirkan traumanya. Kehidupan cintanya saja sudah ia benahi, ini hanya mobil. Ia pastinya lebih siap. Sekeluarnya dari lift, ia berbelok ke arah basemen. Menemui mobil-mobilnya.

Kris tersenyum.

Tidak bergitu buruk. Mereka masih tampak keren. Kris tau Frans lah yang merawat mobil-mobil mewahnya. Ahh laki-laki itu. Semoga hari ini Frans mendapatkan kebahagiaannya, doa Kris di dalam hati saat ia sudah berada di belakang kemudi.

Saat mesin mulai menyala, peluh menetes di dahi Kris. Bukan karena ia gugup, namun karena kakinya sedikit sulit digerakkan. Ia butuh usaha keras untuk menyentuh pedal tanpa kesulitan.

Kris melajukan mobilnya perlahan.

"Wahaa!" Ia tanpa sadar tertawa. Ya Tuhan, ia bisa. Kris hari ini akan mencoba berputar-putar di sekeliling tempat tinggalnya. Kalau sudah lancar, besok ia akan mengajak Peach berkeliling kota, dengan Peach duduk di bangku sampingnya.

**

Frans tengah tersenyum sekarang. Ia memandang lalu lintas yang cukup lengang. Namun laki-laki itu tidak berniat melajukan kendaraannya cepat. Ia sedang ingin menikmati dirinya yang selalu senang saat ia tahu ia akan segera menyenangkan sang adik. Jika Kris sudah mendapatkan segalanya, kaki, piano, bahkan Daisynya. Semua akan kembali seperti sediakala bukan?

Dan Frans akan menjadi penulis lagu dan produser terbaik. Itu tujuannya setelah semua ini selesai.

Ngomong-ngomong, ia tidak tahu adiknya menuju kemana. Jadi Frans hanya berkendara santai sore itu.

Ponselnya berbunyi. Dari Daisy. Awalnya ia biarkan, namun Daisy yang terus meneleponnya hingga beberapa kali, Frans yang naif itu sedikit khawatir.

"Frans?" suara lembut menyapanya, lirih.

"Kau baik-baik saja?" mengabaikan sapaan Daisy, Frans memilih menanyakan kondisi sang istri yang tadi ia tinggalkan. Suara Daisy begitu lemah, Frans takut sesuatu terjadi.

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja."

Seketika tubuh Frans menegang. Ia mempercepat laju mobilnya, lalu menepi.

"Daㅡ"

"Frans, kumohon." Daisy menyergah.

"Sekali ini saja kumohon, dengarkan aku.

Aku tidak akan baik-baik saja kecuali kau mau mendengarku."

Ada helaan nafas di seberang telepon sana, sama seperti Frans yang menahan nafasnya.

"Kau laki-laki terbodoh yang pernah kutemui."

Frans tersenyum getir. Ya, aku tahu. Ia pastilah terbodoh di antara yang terbodoh. Menyerah dan mengalah. Lalu menunjukkan pada dunia bahwa ia baik-baik saja.

"Kau bodoh, Frans." Frans mendengar isakan pada suara Daisy. Apakah kebodohannya melukai gadis itu? "Aku melarangmu bertengkar dengan adikmu..."

Karena kau mencintainya, karena kau ingin melindunginya.

"Karena aku mau kau dan aku berjuang." Satu alis Frans terangkat.

Di ujung sana, Frans tidak tahu jika Daisy tersenyum dalam tangisnya. Membiarkan air matanya mengalir untuk laki-laki yang pantas mendapatkannya. "Yang adikmu lakukan adalah mencari kebahagiaannya sendiri."

KRIS, PEACH, AND DAISY      [UNIVERSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang