Someone can say they love me truly
But at the time it didn't mean a thingCryㅡRihanna
Kalau aku mengajakmu lari, maukah kau ikut denganku?
Denting piano mengalun di ruang latihan studio Ken. Peach ada di sana bersama Mr. Kendrick. Pada kenyataannya, pelatih Peach itu adalah seorang pria yang usianya sudah memasuki 31 tahun meskipun masih tampak muda. Setidaknya itulah yang disampaikan Jessie sesaat setelah pria itu menawarkan melatih Peach secara pribadi. Langsung.
Sudah pasti pria itu tidak main-main, mengingat Studio Ken -studionya, merupakan studio yang cukup terkenal di negaranya. Setidaknya dari sekian banyaknya artis dan musisi keren, beberapa di antaranya dikenal 'lahir' dari Studio Ken sebelum dipinang oleh agensi. Studio Ken mempunyai pelatih-pelatih bertangan dingin yang mampu mengubah anak itik menjadi angsa cantik. Dan Mr. Kendrick bisa dibilang adalah salah satu pelatih instrumen muda terbaik yang saat ini ada. Ia juga dikenal sebagai produser yang memiliki selera musik sangat tinggi.
Menakjubkannya, Peach adalah orang pertama yang menarik perhatian Mr. Kendrick setelah bertahun-tahun pria itu tidak melatih trainee secara langsung. Peach sendiri tidak bisa memecahkan raa penasarannya. Siapalah dirinya? Hanya seorang cacat yang beruntung.
Peach sedang berlatih di hadapan Mr. Kendrick yang ditemani Ravi, seorang tangan kanan laki-laki itu sendiri. Jari-jemari mungilnya terus menari di atas tuts, gerakannya halus dan tenang. Nadanya terdengar hidup. Ia memainkan Love Story milik Richard Clayderman, pianis asal Perancis yang namanya lazim bagi para pianis.
Mr. Kendrick memejamkan mata menikmati permainan piano anak didiknya, ikut terhanyut dalam cerita yang mengalir melalui nada-nada, seakan nada harmonis yang ia dengar benar-benar menyentuh kalbunya. Memorinya begitu saja muncul kala ia memejamkan mata. Satu per satu potongan puzzle terbentuk dan lagu yang ia dengar seolah menjadi backsound ceritanya sendiri. Mr. Kendrick melihat senyum, tangis, dan tatapan sendu seseorang yang membuatnya jatuh hati. Lalu beralih pada sosok mirip dirinya yang begitu ia sayangi, begitu ia lindungi, memandangnya tanpa asa. Lagi dan lagi. Berulangkali. Hingga pada akhir, hatinya yang utuh runtuh menjadi kepingan.
Seselesainya lagu itu berakhir, Mr. Kendrick membuka matanya perlahan. "Bagus sekali, Peach. Kau membuat nada-nadanya terdengar hidup." puji laki-laki baik itu, tulus dan pelan. Emosinya mengalir begitu saja. Ia masih merasakan potongan memori yang baru saja terputar di benaknya. Laki-laki itu menatap Peach sendu, menerawang jauh. Dadanya masih sesak. Dengan satu gerakan laki-laki itu bangkit lalu berjalan gontai meninggalkan Peach dan Ravi.
Peach yang selama hidupnya ia habiskan untuk mendengar lebih dari yang bisa ia dengar, merasakan perubahan emosi pada kalimat pujian yang dilontarkan gurunya, -begitulah ia menyebut Mr. Kendrick. Apakah gurunya kecewa dengan permainannya? Ataukah akhirnya Mr. Kendrick akan menarik tawarannya setelah mendengarnya dan tidak sesuai harapan?
Peach menunduk tidak berani menjawab sang guru yang ia rasa sudah tidak ada lagi di sana.
"Kau baik-baik saja, Peach?" Ravi menyadari perubahan sikap Peach.
Tapi justru gadis itu menjawab lirih, "Aku akan berlatih lebih keras lagi, Sunbae. Aku menyesal belum bisa menunjukkan yang terbaik." Dan tentu saja Ravi terkekeh pelan. Gadis itu menyesali permainannya di saat ia yakin bosnya tersentuh luar biasa. Ravi saja masih bisa merasakan getaran dari alunan nada piano Peach.
"Apa kau bercanda, Peach? Tuan Kendrick tentu saja puas dengan lagu yang kau mainkan." Peach menggeleng diliputi penyesalan.
"Mau kuberitahu sebuah rahasia?" Ravi berbisik. Peach mendongakkan wajahnya. Apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
KRIS, PEACH, AND DAISY [UNIVERSE]
General FictionKris kehilangan segalanya, tapi ia menerima kasih sayang Daisy Frans memiliki segalanya, tapi ia kehilangan cinta istrinya Peach tidak pernah melihat dunianya, tapi kehadirannya membuat orang-orang menyadari dunia Mereka bercerita tentang orang-oran...