8. U R

68 11 0
                                    

For a long time in my heart full of clouds, it rains
I sincerely hoped for warm sun to shine

U R, Taeyeon



Jessie menutup pintu ruangan bertukisankan plakat 'manager' di depannya dengan perasaan sangat sangat bahagia. Ia lalu menolehkan kepalanya ke arah seseorang yang menunggunya tengah duduk di deretan sofa khusus tamu.

Peach kaget kala Jessie memeluknya erat. "Peaaach, ya ampuuun. Kau memang sahabatku paling beruntung."

Siapa yang tidak bingung?

"Kenapa sih? Lep.. pass, uhuk!" Peach berniat mendorong Jessie karena sekarang ia kesusahan bernafas.

"Hehe." Ceringan lebarnya Jessie nikmati sendiri. Jessie lalu memegang bahu Peach dan menghadapkan ke arahnya.

"Dengar ya. Manajer kafe bilang, ada seorang pelatih piano yang tertarik melatihmu. Kau tau, kau akan dibimbing untuk jadi pianis terkenal. Huaaa! Aku mau menangis!" Jessie lagi-lagi mendekap Peach dengan tidak elegan sama sekali. Peach yang masih mencoba mencerna kata-kata sahabatnya hanya bisa melongo.

"K..kkau serius?" Hanya itu yang keluar dari bibir mungil Peach dan ia merasakan anggukan Jessie yang sedang mendekapnya penuh keharuan.

Jessie melepaskan pelukannya. Masih dengan menatap Peach yang tatapannya tidak mengarah padanya tentu saja. "Kita tunggu sebentar di sini. Manajer bilang, orang itu sedang menuju ke sini." ujar Jessie dan dijawab dengan anggukan Peach.

Pertemuan empat orang itu akhirnya terjadi. Peach tentu saja menunggu dengan gugup. Ia tidak akan mengira berita baik seperti ini datang di hidupnya. Ia mengingat setiap detail pertemuan hari itu, mulai dari saat seorang yang mengenalkan dirinya sebagai Mr. Kendrick, seorang pelatih piano.
Lalu momen dimana manajer kafe tempatnya 'mengamen' menceritakan bagaimana gadis buta itu menjadi pianis di kafenya, selain menjadi pianis jalanan tentunya. Lalu bagaimana permainan piano itu menarik perhatian pengunjung kafe. Ternyata, manajer baik hati itu ingat Mr. Kendrick, teman lamanya saat bersekolah manajemen dulu, yang sekarang lebih dikenal sebagai produser.

Hingga akhirnya Mr. Kendrick, pelatih piano yang juga seorang produser itu benar-benar sepakat untuk membukakan karirnya lebih lebar sebagai pianis.

Peach tidak pernah membayangkan hari ini ada. Hari ketika ia berani bermimpi lebih jauh. Ia pikir bisa mencari uang dari kegiatan yang ia sukai saja sudah merupakan anugerah. Ia hanya datang ke tempat ini bersama Jessie, semata-mata karena tidak ingin terlalu membebani ibu panti.

Peach bersyukur. Ia percaya Tuhannya selalu merencanakan hal-hal baik, hal-hal terbaik untuknya. Peach tidak pernah merasa berbeda dari siapapun kendati ia memiliki kekurangan, karena Peach percaya Tuhan membuatnya hidup tanpa pernah membedakannya.



***

Dua gadis bersahabat itu berjalan beriringan. Jessie yang telaten menuntun Peach dan ceria seperti biasanya, mengocehkan banyak hal. Dan Peach mendengarkannya dengan senang. Mereka baru usai dari kafe, dengan kesepakatan besar. Peach akan dilatih rutin 3x seminggu oleh Mr. Kendrick untuk lebih mempertajam skill Peach pada musik dan piano.

"Kau mau ke taman seperti biasanya?"

Jessie menawarkan Peach ketika mereka berada di persimpangan. Peach mengangguk. Hari ini gadis itu ke taman lebih sore dari biasanya. Peach jadi ingat Kris. Ia bertanya-tanya apa laki-laki itu tetap berada di taman?

KRIS, PEACH, AND DAISY      [UNIVERSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang