Siang ini Karessa memutuskan untuk berdiam diri didalam perpustakaan. Tidak ada Arkano atau Ninda sahabat Karessa yang menemani, hanya ada beberapa buku tebal yang kini tengah ia bolak balikkan mencari sesuatu yang bisa menjawab rasa keingin tahuannya.
Karessa terus menunduk memperhatikan Buku, sesekali tangannya bergerak lincah menggerakkan bolpen biru diatas buku tulis berwarna biru yang diberikan oleh Arkano sebagai tanda permintaan maaf karena telah tega menyembunyikan ponselnya.
Efek terlalu asik dengan kegiatannya, membuat Karessa tidak menyadari kehadiran pria tampan didepannya yang kini tengah menatap jengah.
Ia berjingkat kaget ketika merasakan sentilan kecil dihidungnya. Ia mendongak untuk mengetahui siapa yang kurang kerjaan sampai sampai mengganggu aktifitas belajar murid rajin seperti Karessa.
"Dylan, kamu ngapain disini.?" Karessa mengerutkan keningnya melihat keberadaan Dylan yang tiba tiba.
"Tadi hati kamu manggil aku suruh kesini, katanya kamu sendirian disini. Yaudah aku kesini." Dylan cengengesan sendiri dengan kalimatnya barusan.
"Maaf Dy, aku nggak punya uang receh." Karessa mengabaikan Dylan, kembali berkutat dengan buku buku yang sempat ia abaikan sejenak.
"Aku kan mintanya hati kamu, bukan receh." Dylan sengaja mengubah aksen bicaranya menjadi seperti bocah yang tengah merajuk. Hal tersebut membuat Karessa memutar bola mata malas.
"Kamu tuh bikin aku mau gumoh. Nanti kalau macan ku datang tau rasa kamu." Karessa menatap tajam Dylan, mengacungkan bolpen pertanda mengancam.
"Si Arkano.? Dia kan lagi gak disekolah. Jadi gak akan tau." Dylan mengedikkan bahu acuh.
Keadaan kembali hening, Karessa kepada bukunya sedangkan Dylan kembali memandangi Karessa. Sesekali ia tersenyum kecil melihat raut keseriusan yang terpatri diwajah manis Karessa.
Tak betah berdiam diri, Dylan meletakkan kepalanya disela sela lengan yang ia tumpu diatas meja. Menatap Karessa lebih jelas lagi.
"Kar, jadian Yuk." Dylan menatap Karessa yang tetap mengacuhkannya. Namun tak ayal, kalimat Dylan yang berusaha ia acuhkan sebenarnya mampu membuat jantung nya berdetak lebih cepat. Namun Karessa berusaha tetap diam dan mengabaikan Dylan yang kini menatapnya lekat.
Dylan lama lama gemas karena Karessa mengacuhkan ungkapan cintanya, Dylan menarik paksa buku tersebut agar perhatian Karessa teralihkan kepadanya barang sedikit saja. Tapi hal tersebut nyatanya tak membuat konsentrasi Karessa pecah. Ia lantas melanjutkan bacaan pada buku-buku yang masih berserakan di meja.
Hal tersebut lantas membuat Dylan semakin gemas terhadap Karessa. Dylan merebut paksa buka bersampul hijau dengan pola abstrak lalu menjungjung nya tinggi tinggi.
Karessa nyaris berteriak geram atas apa yang dilakukan Dylan, Karessa menggenggam jari jemarinya membentuk sebuah kepalan, memasang wajah galak yang justru membuat Dylan tertawa.
"Dylan." Karessa bangkit dan merebut paksa buku yang kini sudah mengudara didalam genggaman Dylan. Karessa gemas dan mendorong tubuh Dylan kesal. Dylan oleng karna tak seimbang, berusaha menggapai apa yang bisa mempertahankan badannya agar tak jatuh mencium lantai. Refleks Dylan menyambar tangan Karessa, namun tenaga Karessa tak dapat menahan berat badan Dylan yang sudah jelas jauh diatas berat badannya. Mereka terjun bebas diatas lantai perpustakaan yang suka rela menyambut kedatangan mereka.
Karessa tidak merasakan sakit ketika jatuh, ia mendongak dan mendapati Dylan meringis karna terbentur lantai.
Buru buru ia bangkit dan membantu Dylan dengan mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano & Karessa
ActionKau masih percaya aku.? Jika iya, maka teruslah berjalan kedepan. Iya aku tau jalan mu seakan buntu, tapi tetaplah melangkah. Aku akan menjemputmu. Sebentar lagi. -Dion Arkano Galeandra Katamu aku alasan jantung mu berdetak, tapi kenapa sekarang aku...