Arkano duduk diam menghadap kedua orang tuanya Leony dan Garin. Ia menimbang pertanyaan mana yang yang harus di dahulukan.
Mungkin A sampai Z semua mengandung pertanyaan dan arti yang berbeda, namun ia harus memilah setiap pertanyaan yang harus disampaikan.Arkano menghembuskan nafas kasar dan tanpa disadari bahu nya merosot lesu. Tertunduk bingung tentang semua hal yang bersangkutan dengan apapun soal keluarga nya.
"Siapa Geoffrey ayah.?" Arkano menatap ayah nya yang kini tengah meletakkan cangkir kopi nya perlahan. Menghela nafas sebelum mengubah posisi duduk
"Mengapa ayah harus memberitahu mu soal siapa Geoffrey.?" Garin menatap Arkano tenang, walau hati nya was was dengan pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan anaknya.
"Dan mengapa ayah harus tetap menyembunyikan siapa Geoffrey.?" Arkano menatap Garin dengan perasaan kesal yang ia tahan.
"Kau sudah tahu jawabannya Boy." Tersenyum sekilas, lalu melanjutkan mengusap rambut Leony yang kini tengah duduk gelisah disamping nya.
"Ayah tolong jelaskan yang lebih spesifik. Maksud ku kenapa ayah menyembunyikan nama belakang ku. Kenapa ayah melakukan hal yang sama seperti om Orion terhadap Karessa.?" Arkano bicara panjang dan lugas setelah cukup di acuhkan ayah nya.
"Karena yang ingin kami lakukan adalah melindungi kalian." Masih dengan aura tenang nya, namun tatapan Garin berubah serius. "Kau tahu Nak, pekerjaan yang kami lakoni tidaklah mudah. Pembunuhan, penghianatan, kecurangan dan kekerasan adalah hal biasa bagi kami. Namun bukan untuk kalian. Kami harus menjaga kalian semua dengan segenap jiwa dan raga. Menghilangkan nama belakang kalian bukanlah hal besar dibanding segala kekuatan yang kami kerahkan untuk melindungi kalian." Lanjut Garin yang kini memasang wajah tegasnya.
"Ingatlah Boy, untuk jangan mengungkit Dixon dan Geoffrey di depan umum. Itu akan membahayakan kalian." Garin bangkit dan menepuk bahu Arkano. "Kami menyayangi mu nak, apapun yang kami lakukan adalah demi kebaikan mu." Ia mengecup puncak kepala Arkano sebelum pergi meninggalkan anak nya sendirian dan menggandeng Leony masuk.
Arkano mengacak rambut frustasi, penjelasan panjang lebar dari ayah nya tidak lah membuat rasa ingin tahu yang ia rasakan hilang. Sebenarnya apa pekerjaan orang tua nya dan Karessa.? Apakah sejenis Mafia.? Bisnis gelap.? Apa semua itu ada sangkut paut dengan keluarga yang ia banggakan.? Lalu bagaimana jika hal tersebut berdampak negativ untuk Karessa.? Bagaimana jika hal yang kemarin terjadi lagi pada Karessa dan lebih parah dari yang sudah sudah. Arkano terus memikirkan pertanyaan dan segala kejadian selanjutnya terhadap Karessa. Ia tak menyadari jika mungkin hal yang lebih berbahaya tengah mengintai keselamatannya.
**
Gadis itu tengah mengerucut kan bibir kesal. Semua pertanyaan nya selalu diputar balik atau berakhir dengan sebuah rayuan.
"Tidak Dylan, hentikan itu. Kau membuatku semakin tidak bernafsu makan." Karessa menendang paha Dylan yang tengah tertawa dikursi yang tak jauh dari tempatnya tidur.
"Oh ya,? Apakah itu bukan akal akalan mu suja hum.? Aku tau porsi makan mu Tuan Putri." Dylan tersenyum mengejek ke arah Karessa.
"Dari mana kau tahu.?" Kali ini Karessa memberikan tatapan intimidasi nya. Dylan tidak masuk ke daftar teman terdekatnya. Tidak pernah pergi makan bersama diluar kantin sekolah. Lalu dari mana pria tengil ini tahu porsi makannya.? Apakah dia seorang penguntit.?
"Ck, aku bukan penguntit. Lihat pipi mu yang sebesar donat buatan ibu Marimar itu. Semua tergambar jelas dipipi mu." Dylan mencibir dan melengos sebelum nya ia sempatkan menarik kedua pipi Karessa yang mengembung kesal.
"Sa. Bisa kah aku menjaga mu.?" Pertanyaan spontan tersebut membuat Karessa berhenti mengumpat dan menatap Dylan.
"Menjaga yang bagaimanan maksud mu.?" Gadis dengan seragam rumah sakit itu memiringkan kepala menatap Dylan bingung.
"Aku ingin menjaga mu dari segala bahaya yang bisa kapan saja menghampiri mu." Kali ini Dylan menatap Karessa intens. Dylan benar benar bingung bagaimana cara melindungi Karessa dengan benar. Ia tidak mau di anggap tidak becus karena gagal mengerjakan pekerjaan sederhana. Sudah jelas Karessa memiliki bodyguard yang selalu menempelinya setiap hari. Siapa lagi kalau bukan Arkano. Lihat saja sekarang, pria yang baru saja ia sebutkan namanya sudah bersandar sambil bersidekap disamping pintu menatap nya tajam.
Pria berkemeja biru tersebut melangkah mendekat ke arah Karessa dan Dylan yang sedang menatap nya dengan artian yang berbeda.
"Hei, dia tidak butuh bantuan mu untuk menjaga diri." Arkano melirik Dylan sinis dan mengganti tatapannya menjadi teduh saat menatap Karessa.
"Sudah makan,? Maaf terlambat. Tadi ada sedikit masalah yang harus ku selesaikan." Arkano melakukan rutinitas nya yaitu mengacak rambut Karessa lalu merapikannya kembali.
"Baiklah Karessa, aku harus segera pulang sebelum bodyguard mu yang sesungguhnya menerkamku habis habisan." Dylan bangkit dan menarik pipi Karessa yang membuat tangannya mendapat tepukan keras dari Arkano.
Dylan benar benar menghilang setelah pintu ruangan dimana Karessa dirawat tertutup rapat.Sementara Arkano beralih baring disini tempat tidur Karessa dan menarik pinggang gadis tersebut agar ikut berbaring disamping nya. Karessa yang mendapat perlakuan tersebut refleks menepuk punggung Arkano cukup kencang.
"Jika ingin tidur di sofa saja. Kenapa harus disini. Kau lupa kita sedang dirumah sakit huh.?" Sungut Karessa yang tidak di gubris oleh sang empu nya masalah. Justru kini ia memeluk Karessa erat dan menyembunyikan wajah nya di ceruk leher gadis bersurai coklat tersebut.
"Biarkan begini. Kau tidak tahu betapa khawatir nya aku saat mata jelek mu itu tidak mau terbuka." Arkano memberikan peringatan untuk diam ketika yang dipeluk berontak.
"Maaf." Hanya satu kata yang keluar dari mulut Marissa setelah ia diam dan membiarkan Arkano memeluk tubuhnya.
"Kau tahu apa yang paling membuatku kecewa.?" Arkano mengusap punggung Karessa, sedangkan sang empu nya punggung hanya bergumam sebagai tanda ia menanggapi pertanyaan Arkano.
"Ketika aku tidak bisa menjadi sayap pelindung mu. Ketika kau terluka dan kesakitan sendiri. Maka dari itu berhentilah membuatku kecewa pada diri ku sendiri. Rasanya, kau seperti tidak bisa mempercayai diri mu sendiri dengan baik Sa." Karessa memejamkan mata meresapi aroma mint yang bercampur maskulin pada tubuh Arkano. Kemudian ia memeluk Arkano lebih erat. Menggumamkan kata maaf berulang kali dan membisikkan kata kata bahwa ia tidak akan terluka lagi selama Arkano berada disisi nya.
"Dengarkan aku Arka. Jika suatu saat aku terluka maka berjanji lah untuk tidak menyalahkan diri mu sendiri. Kau tau.? Kita perlu menghargai diri sendiri dengan tidak beranggapan bahwa kesalahan itu datang dari diri kita." Gadis itu kini mendongak guna menatap seseorang yang begitu berarti dalam hidup nya.
"Kau tidak akan terluka lagi." Jelas Arkano memberi penegasan pada setiap kata yang ia ucapkan.
"Kau bukan Tuhan Ar. Begitu pun aku yang hanya manusia biasa. Jika aku terluka, maka itu atas kehendak Tuhan. Yang harus kau lakukan hanya terus berada di sisi ku dan menjaga ku. Melindungi ku seperti saat dulu kita masih kecil. Kita akan terus bersahabat bukan.?" Arkano hanya mengatupkan bibirnya rapat sembari menatap Karessa.
Bagaimana jika aku menginginkan lebih dari seorang sahabat.? Monolog Arkano.
Apa ia menyukai Karessa sebagaimana pria menyukai wanita.? Jawabannya adalah tidak tahu. Ia hanya ingin Karessa terus di samping nya. Karessa tidak butuh pria lain dan begitu pun Arkano yang tidak butuh perempuan lain.
Melihat usaha Dylan yang ingin mendekatkan diri kepada Karessa membuat dada nya panas. Ia seolah tidak terima milik nya didekati oleh orang lain. Tapi bukan kah itu hak Karessa untuk berdekatan dengan pria mana saja. Disini jelas status mereka hanya sebagai sahabat yang saling melindungi dan terbiasa bersama. Namun melihat Karessa didekati pria selain diri nya adalah hal yang tidak biasa bagi nya. Ia menggeleng frustasi dan kembali menyeruak kan wajah nya pada ceruk leher Marissa dan memejamkan mata. Kembali berkelana pada dunia yang disebut mimpi.
Sjs8uw82hdbd pengen ngamuk. Capek ah sama part ini. Bodo amat revisibnya belom.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano & Karessa
ActionKau masih percaya aku.? Jika iya, maka teruslah berjalan kedepan. Iya aku tau jalan mu seakan buntu, tapi tetaplah melangkah. Aku akan menjemputmu. Sebentar lagi. -Dion Arkano Galeandra Katamu aku alasan jantung mu berdetak, tapi kenapa sekarang aku...