13. Arka bawel kaya emak emak

18 0 0
                                    




G'night...




*belum revisi*








Waktu memang sangat cepat berlalu, rasanya baru kemarin mereka rapat tentang camping. Sekarang mereka sudah meluncur dengan segala keceriaan ke lokasi.
Terkecuali Karessa yang tengah merengut kesal, membuang muka dari pemuda yang sejak tadi mencuri curi pandang disebelahnya.

"Sa. Udah ah. Jelek tau kalau merengut gitu. Kaya bebeknya pak mamat."
Plakkkk. Karessa menggeplak Arkano dengan novel yang sejak hanya ia lihat, tidak minat membaca.

Karessa benar benar gondok karena ulah Arkano sejak malam sebelum mereka berangkat.

Flahback on...

"Tan. Bisa tidak saat camping Karessa dirumah saja.?" Arkano menoleh ke Arah Karin yang tengah menyantap keripik kentang sambil fokus pada layar kaca yang menampilkan series korea

"Kamu kan tau Ar, bagaimana Karessa sangat menunggu-nunggu kegiatan ini. Kalau kamu tinggal, tante sama om yang repot. Kamu tau kan Karessa kalau ngambek bakal diam 2000 bahasa." Karin meletakkan keripik nya dimeja dan menatap Arkano setelah membersihkan tangan dari sisa serbuk keripik dengan tisu. "Ajak saja. Tante percaya kamu bisa menjaga ekor mu itu." Lanjut Karin

"Mom. Yang mommy bilang ekor itu anak mommy kalau mom lupa." Karessa bersidekap sambil menatap Arkano kesal.

"Ya. Sayang nya begitu. Sudah, mom mau ke kamar. Kalian silahkan berkemas untuk besok. Dan Arka. Cukup berkemas, jangan melakukan hal 21 keatas. Kalian belum waktunya." Ucapan Karin membuat Karessa dan Arkano diam ditempat. Bagaimana bisa ada orang tua seunik Yukarin.? Pantas saja jika anaknya suka tiba tiba seperti makhluk asing dari luar bumi.

"Kau mau meninggalkan ku ya.? Baiklah. Aku bisa pergi sendiri kalau begitu." Karessa melengos, melangkahkan kaki menaiki tangga menuju kamar yang terletak dilantai atas.

"Dasar perempuan." Arkano bangkit dan menyusul Karessa.

"Saaa." Arkano berteriak panjang setelah mereka sampai dikamar Karessa. "Baiklah kamu ikut." Final Arkano yang disambut sumringah oleh Karessa "dengan beberapa syarat." Karessa kembali memberengut.

"Jangan terlepas dari jangkauan ku, selalu sedia obat, bawa baju hangat lebih banyak dari baju santai, makan harus aku yang mengatur, tidak boleh berdekatan dengan Dylan, tidak boleh pergi tanpa ku, tid-emmph..." kalimat  Arkano terhenti karena terlebih dahulu mulutnya dibekap oleh Karessa.

"Dion Arkano Galeandra bawel kaya emak emak." Arkano melotot kesal dan melepaskan tangan Karessa.

"Itu syaratnya, jika tidak ya sudah kau-" lagi, ucapan Arkano terpotong oleh Karessa yang sudah menunjukkan jari tengahnya didepan wajah Arkano dan menyetujui persyaratan konyol Arkano.

Flashback off.

Karena permintaan Arkano yang memintanya membawa baju hangat lebih banyak, akibatnya Karessa harus benar benar membawa koper besar seperti ingin pindah negara. Syukur Max dengan baik hati mau membawakan koper mereka hingga ke dalam bus. Ah itu memang sudah tugas Max.

Tapi bukan kah Arka hanya khawatir, takut terjadi sesuatu yang diinginkan. Toh disana memang dingin. Soal baju hangat, Karessa bisa memakluni. Tapi selebihnya tidak masuk akal. Jangan berdekatan dengan Dylan, tidak boleh pergi tanpa dia. Memangnya kalau tidur Arkano juga mau setenda dengan nya.? Jika Karessa akan ke kamar mandi apa Arkano juga akan masuk.? Arkano jika sudah bawel maka akan melebihi mommy dan ibu nya.

Karessa melirik Arkano yang tengah mengacak rambutnya kesal, bersidekap dan menyenderkan kepala nya pada kursi penumpang. Karessa kesal, tapi ia tak bisa terlalu lama mendiami Arkano. Akhirnya Karessa memulai usaha baikannya dengan menarik ujung kaos yang digunakan Arkano. Ketika Arkano menatapnya, ia hanya tersenyum 5 jari dan membuat huruf V dengan kedua jarinya.
Arkano tersenyum, mengacak rambut Karessa sampai sang empunya merengut sebal dan menepis kasar tangan Arkano.

"Baiklah perjalan masih jauh, jadi tidur saja Sa." Arka menarik bahu Ressa, memeluknya erat dan menutup mata Ressa. Bukannya marah, Ressa justru memejamkan matanya dan terbuai ke alam mimpi.

Arka melirik sekilas, memastikan bahwa Ressa benar benar sudah tidur. Lalu ia merogoh ponsel, mengetik sesuatu dengan wajah lebih serius dan tegas. Setelah memastikan pesannya dibaca, Arka menyelipkan polselnya kembali kedalam saku. Ikut terlelap menyusul Ressa ke alam bawah sadar.

***

"Bapak sudah membagi teman setenda kalian. Setiap tenda diisi oleh 5 siswa yang masing masing cowok sama cowok, cewek sama cewek. Nanti yang cowok jangan lupa gender, gak boleh sembarangan masuk tenda cewek kecuali urgent. Paham.?" Pak Herlam berkacak pinggang sambil menatap hamparan peserta camping yang tengah sibuk mencari teman setenda masing masing. "Dan sekarang kalian dipersilahkan untuk istirahat sejenak sebelum bersih bersih dan mendirikan tenda selama 30 menit. Setelah jam 5 nanti bapak sudah tidak mau dengar ada yg mengeluh tenda belum jadi dan belum ada teman setenda. Sekian terima kasih dan selamat intirahat. Jangan lupa bangun lagi." Ucapan terakhir pak Herlam mendapat sorakan dan tawa dari beberapa peserta yang ikut bubar dan istirahat.

"Hai sa." Dylan mengibas tikar yang digelar Ressa didepan tenda sebelum mendudukkan pantatnya disana.

"Oh, Hai." Sapa Ressa yang kemudian mengalihkan atensi nya ke arah Dylan.

"Aku kira kamu gak bakal ikut. Eh tau nya nongol aja sama si Arka." Ressa mengerutkan kening bingung.

"Tau dari mana kalau aku gak bakal ikut.?" Selidik Ressa, ia menatap Dylan curiga.

"Haha. Anggap saja aku salah satu fans mu, jadi bisa tau apa saja tentang idola nya." Dylan menggaruk tengkuk dan tertawa. Ressa hanya memutar bola mata malas. Harusnya ia tau kalau Dylan tidak pernah bisa serius, jadi ia memilih diam saja.

"Ini." Dylan menyodorkan botol kecil yang sudah tidak asing bagi Ressa. Alis Ressa bertaut seiring kening nya yang semakin berkerut. Heran bagaimana bisa Dylan mendapatkan benda keramat miliknya tersebut.

"Kau. Bagaimana bisa ada pada mu.?" Ressa segera meraih botol yang tadi digenggam Dylan, memasukkan kedalam saku dan kembali menatap Dylan curiga.

"Tadi Ayah mu datang ke sekolah mengantarkan ini. Katanya milikmu tertinggal. Tapi waktu itu kamu sedang menemani bu Kartika ke kantor untuk mengambil beberapa perlengkapan. Karena ayah mu terburu buru dan ia berpapasan dengan ku, dan setelah melewati sesi tanya jawab. Ayahmu menitipkan ini padaku untuk diberikan kepada Nona Karessa. Begitu." Jelas Dylan panjang lebar dengan wajah santai yang dianggapi anggukan mengerti oleh Ressa.

"Terimakasih Dylan." Dylan mengangguk sekilas dan bangkit.

"Kalau begitu aku harus kembali. Sampai jumpa sa." Ressa hanya mengangguk dan tersenyum ketika Dylan berlari kecil sambil melambai ke arahnya. Senyum nya semakin mengembang saat netra nya bertemu dengan manik Arka yang tengah menatap nya garang.















Ngga sante si Arka. Belum tau dia siapa Dylan.

Arkano & KaressaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang