Ketika jantung kedua insan bergetar seirama dan berdesir untuk rasa yang sama. Tak perlu lagi Lisan bicara soal rasa.●05●Mei●2020●
*****
Setelah beberapa kegiatan termasuk baper baperan lagu Kecil tau kah kamu, sekarang seluruh peserta sudah kembali ke tenda masing masing untuk menyiapkan diri agar esok siap menjalani kegiatan camping selanjutnya.
Ressa yang satu tenda bersama Devi, Nina, Lia dan Angel yang sudah bersiap siap tidur harus kembali terjaga karena Ressa yang sibuk membangunkan teman temannya.
"Aku harus ke MCK sebentar ya." Ressa mengimpit kedua pahanya rapat rapat.
"Perlu ditemani sa.?" Devi sudah bersiap siap mengambil senter untuk menemani Ressa.
"Tidak perlu. Toh diluar ada yang berjaga. Aku pergi dulu ya." Belum sempat yang lain membantah, Ressa sudah terlebih dahulu lari keluar tenda.
Disudut semak belukar yang gelap, bahaya tengah mengintai seseorang. Ia hanya menunggu perintah dari atasan untuk melancarkan aksi jahatnya. Entah siapa lagi kali ini yang akan menjadi korban.
"Target sudah terlihat boss." Bisiknya pada ponsel yang tersambung pada seseorang.
"Seperti yang boss inginkan." Sambungnya setelah mendengarkan perintah dan menghitung jarak dan ketepatan, ia bersiap untuk melancarkan aksinya.
**
"Kenapa Za.?" Tanya Arka yang melihat Reza melirik kanan kiri gelisah.
"Mau ke MCK, tapi gimana ya. Bukannya takut, aku cuma..." Reza menggaruk tengkuk nya bingung mendeskripsikan apa yang ia maksud.
"Laki masa takut." Ledek Boy dengan wajah lempeng. "Nih kita juga lagi jaga jaga disini, gak akan ada juga yang mau sama kamu Za." Lanjut Boy. Saat ini memang giliran mereka untuk berjaga jaga.
Karena tak tahan, Reza segera lari ke tempat MCK untuk menuntaskan hajatnya.
"Lega banget rasanya." Reza mendeaah lega dan menghirup udara dalam dalam sebelum kembali ke lokasi. Ketika kakinya baru melangkah, ia mendengar suara terbatuk dan orang meminta tolong. Penasaran, Reza menajamkan indera pendengar dan mencari asal suara. Langkahnya mengikuti insting kemana kaki membawa, hingga netra hitam Reza menangkap seseorang tengah berusaha bangkit sambil terus berusaha menggapai sesuatu sebagai pegangan.
"KARESSA.!!!" Setelah cukup yakin dengan yang ia lihat, Reza segera menghampiri Ressa dan membantu gadis tersebut. Reza mengulurkan tangan dan menarik Ressa agar kembali sampai ke atas. Bisa mati kalau mereka atau salah satunya terjun kedalam jurang tersebut.
"Siapa yang giniin kamu sa.?" Reza tak tega jika membiarkan Ressa jalan. Akhirnya ia berinisiatif menggendong Ressa agar cepat sampai.
"Tolonggg... disini ada yang luka." Reza berteriak ketika sudah sampai dilokasi. Ia segera berlari menuju tenda kesehatan dan membaringkan Ressa disana.
"Za. Apa yang terjadi.?" Pak Herlam dan beberapa guru yang lain menghampiri Reza yang tengah terduduk sambil mengatur nafas.
"Saya tidak tahu pak. Tadi saya menemukan Karessa sedang berusaha berpeganga agar tidak terjatuh kejurang. Jurang atau sungai... ah saya tidak tau, intinya kalau jatuh kebawah ya cuma ada dua kemungkinan." Jelas Reza yang kini meneguk air mineral yang diberikan oleh bu Anita.
"Kemungkinan apa aja itu.?" Sambung bu Anita
"Pertama mati kedua sekarat hampir mati mendekati mati." Reza menjawab santai dan berhasil mendapat pelotan dari bu Anita.
Belum sempat Reza protes, bahu nya sudah ditepuk sampai panas oleh Arka yang baru saja datang sambil berlari.
"Hah. Anu... itu... Ressa mana Ressa.?" Arka celingukan mencari keberadaan Ressa yang tak juga terlihat.
"Goblok. Ya ditenda PMR-" belum selesai Reza menyelesaikan kalimatnya, Arka sudah lari terlebih dahulu meninggalkan Reza yang cengo dan bu Anita yang geleng kepala heran melihat tingkat kebucinan Arka. Iya semua tau kali kalau Arka bucinnya Ressa. Gausah protes.
***
Di tenda Ressa tengah diobati oleh bu Rosalina atau yang sering disapa bu Lina sebagai Tugas kesehatan. Ressa hanya baring dan memejamkan mata sesekali meringis ketika alkohol menyentuh luka nya.
"YA AMPUN SAAA. KENAPA SIH KAMU BISA GINI. KALAU MAU MATI KAN BISA MINTA REKOMENDASI DULU." Iya Arka datang datang teriak heboh sambil histeris dan berlebihan. Refleks Ressa membuka mata dan menatap Arka kesal.
"Kamu mau aku mati.?" Arka kicep setelah mendapat tatapan tajam Ressa.
"Ya sudah, luka nya udah ibu bersihin semua. Kamu bisa istirahat dan nanti ganti baju ya. Ibu tinggal dulu, Nak Arka, titip Karessa ya." Bu Lina bangkit dan mengemasi obat obatan yang tadi digunakan untuk membersihkan luka Ressa. Arka tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan bu Lina.
"Masih sakit.?" Arka mengambil alih kursi yang tadi digunakan Bu Lina. Duduk sambil menatap Ressa Khawatir.
"Ya masih Ar, tapi udah mendingan kok." Ressa tersenyum dan mengusap punggung tangan Arka yang berada diatas kepalanya.
"Kamu tu makanya. Kan udah aku kasih tau jangan kemana mana. Kalau kemana mana tu ajakin aku atau siapa aja temen setenda kamu. Emang nya mereka gak nemenin kamu apa? Atau jangan jangan mereka kucilin kam- emmphhh... Depi ngapain sih ah." Arka melirik kesal kepada Devi yang tadi membekap mulutnya.
"APAA.? Lu tuh ya ngeselin banget. Kita gak ada tuh ngucilin Ressa, dan lagi Devvvi, not Depi." Devi melengos dan tersenyum menatap Ressa "ini Sa baju kamu. Yuk aku bantuin ganti baju nya." Ressa hanya mengangguk dan bangkit dibantu Arka.
Setelah mengganti baju, Devi pamit akan kembali ke tenda dan meninggalkan Ressa bersama Arka kembali berdua.
"Gimana tadi ceritanya." Ressa diam sambil sesekali melirik Arka yang sedang menatap tajam ke arahnya.
"Kan aku mau ke belakang, kekamar mandi loh pipis. Terus pas mau balik aku di dorong samaaaa.... cowok... eeeee pakai baju hitam, bermasker, pakai topi dan aah aku ngga bisa lihat wajahnya. Dia ngga niat bunuh atau mencelakai lebih jauh, mungkin ini cuma peringatan." Ressa menunduk sambil memainkan ujung jari nya. Seketika ia meresa sebuah pelukan. Pelukan yang selalu ia rindukan. Pelukan yang terasa nyaman dan terkesan melindungi selain pelukan dari kedua orangtuanya. Ia membenamkan wajahnya di dada Arka. Membalas pelukan pria tersebut dan menyamankan posisinya.
"Jangan takut ya. Maaf tadi ngga nolongin kamu." Ressa merasakan usapan pada punggungnya. Ia tersenyum dan mengeratkan pelukan.
"Ngga masalah. Yang penting sekarang kamu udah disini. Dengan kamu menemaniku disini sudah cukup." Dan lagi, kedua nya sama sama merasakan degupan yang sama. Jantung mereka bergetar seirama, berdesir untuk rasa yang sama. Tanpa Lisan bicara, tindakan mereka sudah mewakili semua rasa yang tak sempat terucap.
Meski masih saling memungkiri, namun mereka selalu membiarkan rasa tersebut tumbuh. Memenuhi relung hati yang sejenak membuat sesak namun lebih banyak memberi bahagia.Ressa candu bagi Arka, dan Arka pelindung untuk Ressa. Mereka hanya perlu waktu untuk menyadari perasaan masing masing. Tak perlu dipaksa, mereka punya caranya sendiri untuk mengungkapkan perasaan masing masing.
Cute Moment ArkaRessa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano & Karessa
ActionKau masih percaya aku.? Jika iya, maka teruslah berjalan kedepan. Iya aku tau jalan mu seakan buntu, tapi tetaplah melangkah. Aku akan menjemputmu. Sebentar lagi. -Dion Arkano Galeandra Katamu aku alasan jantung mu berdetak, tapi kenapa sekarang aku...