6. Aksi Nataly

33 4 0
                                    

Pagi ini Karessa kembali sekolah seperti biasa. Selesai dengan sarapan dan sedikit petuah dari mommy nya, Karessa bergegas keluar untuk menunggu Arkano.

Namun sampai ditengah ruang tamu yang menjadi penghubung antara pintu utama dan pintu samping, Karessa seperti melihat sosok yang familiar tengah berbicara dengan Daddy nya.

Ketika ingin menghampiri untuk memastikan bahwa orang yang tengah bicara dengan ayah nya bukan lah orang yang sama dengan yang dipikirkannya, pria tersebut sudah berbalik dan pergi melalui pintu samping.

"Siapa itu ayah.?" Karessa menelengkan kepala untuk melihat punggung pria yang kini sudah menjauh.

"Oh, itu teman ayah. Sudah mau pergi sekolah.?" Ayah nya memutar badan dan tersenyum menatap Karessa yang kini masih menatap arah lelaki itu pergi.

"Karessa." Karessa tersentak dan buru buru menghadap ayah nya.

"Ah, iya ayah. Sedang menunggu Arkano. Kalau begitu Ressa pergi dulu yah." Karessa menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal, lalu menyalami ayah nya dan bergegas keluar menunggu Arkano.

Sambil menunggu Arkano tiba, pikiran Karessa terus tertuju pada seseorang yang dilihatnya tadi. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip.? Apa mereka kembar.? Lantas ada keperluan apa dia bicara dengan ayah nya.? Apa ada yang disembunyikan ayah nya.? Karessa terus memikirkan beberapa kemungkinan sosok tersebut berada dihadapan ayah nya. Hingga suara klakson motor dari luar pagar membuyarkan lamunannya. Disana Arkano sudah menunggu tanpa membuka helm full face nya. Namun tanpa membuka pun Karessa tau bahwa saat ini Arkano tengah menatapnya.

Buru buru Karessa keluar dan menghampiri Arkano dengan senyum cerahnya.

"Ayok." Karessa menerima helm yang diberikan Arkano, dan menaiki motor yang biasa membawa mereka kesekolah.

**

Suara bel pertanda istirahat membuyarkan lamunan indah para siswa siswi yang jenuh dengan penjelasan guru.

Guru segera mengakhiri kelas dan membubarkannya. Beberapa siswa bergegas keluar hanya sekedar menghampiri teman beda kelas nya atau pergi kekantin untuk mengisi perut dijam makan siang.

Arkano buru buru menarik Karessa dari meja nya setelah Karessa selesai membenahi alat tulis yang tadi ia gunakan.

"Kenapa sih buru buru.?" Karessa menggerutu dibelakang Arkano, namun tetap mengikuti langkah Arkano.

"Laper." Jawaban Arkano yang singkat, padat dan jelas sudah menjadi jawaban yang cukup untuk membungkam Karessa dari segala gerutuan kesalnya. Karna ia tau seberala menyebalkan Arkano ketika lapar.

Arkano memilih tempat duduk yang tak jauh dari kedai bakso.
Ia memilih kursi yang tepat disamping jendela, hingga memudahkan mereka untuk melihat ke arah kelas. Kalau kalau mereka terlambat.

Setelah memesan dua mangkuk bakso dan teh es manis. Arkano menyusul Karessa ditempat duduknya.

Menyenderkan kepala dikursi kantin, lalu menyilangkan kedua tangannya. Arkano menatap Karessa lekat lekat.

"Kenapa Ar.?" Karessa menaikkan satu alisnya. Menatap balik kearah Arkano.

"Dibelakang kamu." Arkano menarik dagu Karessa sebelum gadis itu sempat menoleh kebelakang.
"Jangan dilihat." Lanjutnya.

"Arkano Arkano. Kamu tidak jelas." Sahut Karessa dengan nada pelangi pelangi.

"Hai Karessa." Sebuah suara yang menghentikan nyanyian Karessa.

Karessa menoleh kesamping, keasal suara itu datang.

Disana gadis itu berdiri dengan senyum yang mengembang.

Arkano & KaressaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang