Dari kejauahan terlihat sosok perempuan tengah berdiri terikat dipohon yang cukup besar.
Wajahnya yang menunduk membuat siapa pun tahu bahwa kesadaran tengah tak berpihak pada sosok tersebut.
Namun selang beberapa menit, perempuan tersebut menggerakkan tangannya. Perlahan netra tersebut menampakkan keindahannya.
Dengan gerakan tertahan, ia meregangkan otot yang rasanya sudah kebas.
Ia menelisik tempat yang sekarang sudah gelap. Hanya ada beberapa lampu sebagai pencahayaan didaerah tersebut.
Ia berusaha mengingat kejadian sebelumnya yang membuat ia sampai berada ditempat ini.
Flashback...
Karessa terjengit ketika merasakan seseorang tengah menatapnya dari jarak dekat.
Ia menatap siapa yang kini tengah menatapnya.
Tiga orang pria dengan perawakan tinggi besar tengah mengepungnya dengan seringai iblis terpatri diwajah mereka.
"Siapa kalian.?" Karessa berdiri, menatap tiga pria besar didepannya. Nyalinya ciut, hanya saja ia pantang terlihat lemah dihadapan musuh.
"Ringkus dia." Perintah salah satu dari mereka yang ia yakini adalah bos dari kawanan tersebut.
Karessa berusaha memberontak, namun tiba tiba sesuatu yang tajam menancap pada lehernya.
Sesuatu yang terasa panas dan merenggut paksa kesadarannya.
Setelah itu Karessa benar benar tidak ingat apapun. Termasuk bagaimana caranya sampai ditempat gelap menyerupai hutan ini.
Flashback off.
Karessa berusaha mereganggkan otot badannya yang kaku akibat terlalu lama berdiri dalam posisi terikat dipohon seperti ini.
Dengan masih berusaha melepaskan tali yang bersimpul mati tersebut, Karessa mendongak menatap sekeliling. Matanya menyipit memastikan bahwa ia benar benar dihutan atau hanya kebun terlantar.
Namun pemandangan gelap dengan pohon tingga dan tak kalah besar dari yang menjadi sandarannya meyakinkan ia bahwa ini adalah Hutan.
Ketika sedang asik mengitari pemandangan hutan disekelilingnya, mata Karessa jatuh pada Pria yang kini tengah berdiri dibawah lampu temaram dengan pakaian gelap. Menyilangkan tangan didada dan menatapnya angkuh.
Ia berjalan mendekat kearah Karessa dengan diikuti beberapa anak buah yang setia dibelakangnya.
Karessa tersenyum sinis menyaksikan Pria yang ia tebak adalah dalang dari penculikannya ini dikelilingi oleh begitu banyak anak buah. Apa mereka mafia.? Lalu untuk urusan apa mereka menculiknya.? Memeras keluarga Karessa.? Cih, mana mungkin mafia melakukan hal semacam itu. Yang Karessa tahu, mafia adalah geng dengan harta yang berlimpah. Tak perlu memeras atau mengancap uang sudah mengalir deras kesaku mereka.
"Hai, Putri Dixson." Suara dingin dan arogan dari pria yang baru menyapa nya mengalihkan atensi Karessa dari menerka siapa mereka.
Karessa hanya diam dengan sapaan tersebut, untuk siapa sapaan tersebut di lontarkan.?
"Ah, kau tidak tahu marga keluarga mu Nona.? Apakah kedua orangtua mu tak menganggapmu ada.?" Pria tersebut menaikkan satu sisi bibirnya, memberi pandangan mengejek kearah Karessa.
"Apa maksud mu.? Aku bukan putri dari Keluarga Dixon. Dan orangtua tak seperti yang kau katakan." Karessa mengangkat wajah menatap sengit lawan bicaranya tersebut. Meski ia seorang perempuan, jangan lupakan medali yang berjejer rapi dikamarnya atas kemenangannya di dunia bela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano & Karessa
AcciónKau masih percaya aku.? Jika iya, maka teruslah berjalan kedepan. Iya aku tau jalan mu seakan buntu, tapi tetaplah melangkah. Aku akan menjemputmu. Sebentar lagi. -Dion Arkano Galeandra Katamu aku alasan jantung mu berdetak, tapi kenapa sekarang aku...