Belum revisi...
Dengan santai Arkano menuruni tangga menuju meja makan, seragam sekolahnya pun sudah melekat rapi ditubuhnya.
"Pagi semua." Sapa Arkano semangat, lalu ikut bergabung dimeja makan.
"Pagi" balas Leani dan Garindra orangtua Arkano.
"Semangat banget kayaknya nih." Leani memberikan piring yang berisi nasi goreng ke Arkano.
"O ya harus. Anak muda tidak boleh patah semangat. Ya gak Pa?" Arkano mengedipkan matanya Ke arah Garindra, sedangkan pria yang sudah berumur itu hanya terkekeh dan mengangguk setuju.
Setelah selesai sarapan, Arkano menyalimi kedua orangtuanya dan berpamitan.
Ia menjalankan motornya menuju rumah Karessa. Ketika sudah memasuki pekarangan rumah sahabatnya itu, Karessa belum tampak diteras rumah. Biasanya jam segini Karessa sudah duduk anteng menunggu dirinya.
Arkano memarkirkan motornya perlahan, lalu menghampiri Karin yang kini baru keluar dari rumah.
"Pagi tante." Sapa Arkano lalu menyalimi Karin
"Pagi Ka, Arka mau jemput Ressa?" Balas Yuka ramah
"Iya tante."
"Ressa sakit Ar, ini tante mau nebus obat di apotik dulu. Kamu jagain Ressa bentar sampai tante balik lagi ya." Arkano terkejut mendengar penuturan Yuka. Kalau Yuka sudah ingin menebus obat, berarti tadi dokter sudah datang. Sejak kapan Karessa sakit? Bukankah tadi malam Karessa baik-baik saja.?
"Ka. Tante titip Ressa ya." Yuka menepuk pundak Arkano, menyadarkan nya dari keterkejutan.
"Ah, iya Tan. Tante hati-hati ya." Yuka mengangguk sekilas lalu berlalu menuju mobil. Sedangkan Arkano buru buru masuk menemui Karessa.
"Sa, kamu sakit.?" Tidak mengetuk atau sekedar ucapan salam, Arkano langsung masuk dan menghampiri Karessa yang kini bersembunyi dibalik selimut tebalnya.
Karessa tidak membuka matanya, ia hanya mengangguk sekilas.
"Kamu belum makan ya? Badan kamu panas lagi. Kamu mual nggak.?" Arkano menuding Karessa dengan rentetan pertanyaan. Tanpa menunggu jawaban Karessa, ia meraih mangkuk yang berisi bubur tersebut untuk Karessa.
"Ini pasti mommy yang buatin dan belum kamu makan. Ayo makan dulu. Aku bantuin." Arkano menambah satu bantal lagi dikepala Karessa. Membantu Karessa agar lebih mudah menyelesaikan makannya.
"Ka, aku gak selera." Karessa menolak dengan menutupi wajahnya dengan selimut.
"Ayolah Sa." Arkano menarik perlahan selimut yang digunakan sebagai pelindung Karessa.
Arkano menyodorkan sendok yang berisi bubur kehadapan Karessa, mau tidak mau Karessa membuka mulutnya.
"Anak pintar." Ucap Arkano sambil mengelusi puncak kepala Karessa.
Dengan telaten Arkano terus menyuapi Karessq hingga bubur tersisa setengah.
"Udah Ka, aku nyerah." Karessa mengangkat kedua tangannya di udara menandakan ia sudah benar benar menyerah untuk suapan selanjutnya. Arkano terkekeh dan meletakkam mangkuk. Lalu meraih gelas yang berisi air putih dan diberikan kepada Karessa. Setelahnya meletakkan kembali.
"Sepertinya aku harus libur hari ini.?" Karessa melotot mendengar ucapan Arkano.
"Aku tau nilai mu masih dibawahku Ar, jadi kamu harus tetap sekolah." Karessa memandang Arkano yang kini mencebik tidak suka.
"Udah sakit begini masih sempat kamu sombong Sa." Karessa hanya mengedikkan bahu nya.
"Aku males sekolah." Arkano menelungkupkan kepalanya disamping Karessa yang setengah duduk.
"Kenapa.?"
"Males jawab."
"Kenapa.?"
"Males Yura Violetta Karessa anaknya Mommy Yukarin dan Daddy Orion Tetanggaku sahabatku Cintaku Sayangku sayangnya Mama sayangnya papa..."
"Sayangnya Dylan juga.?" Ucapan Arkano terpotong oleh pertanyaan konyol Karessa yang membuatnya menatap Horor ke arah Karessa.
"ENGGA." Ucap Arkano tepat didepan wajah Karessa.
"Kamu jelek kalau ngomong ngegas gitu Ar." Karessa menjauhkan wajah Arkano menggunakan telunjuknya.
"Aku tampan lebih tampan Dari Dilan 1991 dan Dylan 12 ipa tiga." Arkano memamerkan senyum miringnya.
"Narsis sekali anda." Karessa mengerutkan keningnya dan mencebik ke Arkano.
"Narsis gini juga sahabat mu sa." Mendengus kesal, tidak memperdulikan Karessa yang kini terkikik.
"Iya iya sahabatku cintaku sayangku..."
"Alay." Kini giliran Arkano yang memotong ucapan Karessa dan dihadiahi pukulan keras dilengannya.
"KDRT." Arkano menoyor kepala Karessa sebelum mendengus kesal.
Setelah Mommy Karessa datang dengan beberapa obat ditangannya dan proses pembujukan 1 lawan 2 yang cukup menyebalkan. Kini Arkano melangkah lesu kedalam kelasnya. Ia sudah tau jika berdebat dengan wanita itu tidak ada ujungnya. Menang lawan satu wanita saja sudah alhamdulillah.
"Arkano.?" Merasa terpanggil, ia mendongak menatap sang empunya suara yang kini memberinya tatapan berbinar.
"Siapa ya.?" Jlebb, senyum sumringah itu lenyap ketika Arkano dengan lempengnya bertanya ia siapa.
"Aku Nataly, kamu Lupa.?" Arkano mencoba mengingat sosok didepannya.
"Oh." Arkano mengangguk sekilas dengan wajah datarnya. Nataly benar benar cengo setelah mendengar jawaban Arkano. Hanya oh? Benar benar berbanding terbalik dengan ia yang sudah excited sejak melihatnya dari jauh.
"Aku mulai sekolah disini sejak seminggu yang lalu." Nataly berusaha mengajak Arkano bicara, tak mau menyia nyiakan kesempatan ini untuk ngobrol berdua.
"Oh ya.?" Arkano baru tau kalau Nataly lah siswi baru yang satu minggu lalu membuat anak anak kelasnya riuh. Tak mau tau, Arkano menulikan pendengarannya soal anak baru tersebut.
"Iya. Aku jurusan akuntansi, kelas 12B." Nataly mengangguk dan tersenyum manis.
"Yaudah, aku duluan ya." Arkano melangkah meninggal kan Nataly begitu saja. Tak mau terlalu lama terlibat obrolan dengan gadis tak dikenal.
Sedangkan Nataly hanya mendengus kesal, ini kali keduanya ia ditinggal begitu saja. Ia memutar badannya lalu melangkah menuju kelas dengan hati yang masih dongkol.
Arkano berjalan gontai menuju kelasnya, dari sini sudah terdengar jelas keriuhan teman teman sekelasnya. Tetap melangkah gontai, ia memasuki kelas dengan wajah lesu.
Setelah sampai ditempat duduknya, nomor dua dari depan dibarisan yang ada didekat pintu, ia menjatuhkan tubuhnya dikursi dan menelungkupkan tangannya diatas meja.
Ia mendengar sebuah suara yang sangat ingin ia jauh kan dari Karessa itu tengah menanyai keberadaan Karessa kepada Dhani ketua kelas mereka.
"Aku kurang tahu, karena tadi pagi Arkano datang sendirian. Coba tanyakan kepada Arkano." Dhani menunjuk Arkano yang kini masih menelusupkan wajahnya seolah tidak perduli namun menajamkan indera pendengarannya.
Arkano mendengar suara langkah yang menuju kemeja nya, ia sudah dapat menebak bahwa kini Dylan tengah mendekati mejanya.
"Dimana Karessa.?" Dylan to the point, tak ingin membuang waktu lebih lama dengan si beruang kutub milik Karessa.
"Kau tidak perlu tau." Setelah mengatakan satu kalimat berisi empat kata yang bermakna 'kesal' tersebut, Arkano bangkit dan meninggalkan Dylan yang mungkin sekarang sudah menatap nya berkali lipat lebih kesal.
**
Part yang sangat bermasalah. Hilang, terpenggal, dan kadang ide pun kandas. Terlintas ingin memusnahkan part ini. Tapi rasanya tidak ikhlas.:v
Untuk part kedepan akan diusahana update dua kali satu minggu. Tapi in sha Allah, tergantung ide dan waktu. Tapi beberapa part kedepan sudah tersedia.
Jadi tinggal sang partner menyelesaikan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkano & Karessa
ActionKau masih percaya aku.? Jika iya, maka teruslah berjalan kedepan. Iya aku tau jalan mu seakan buntu, tapi tetaplah melangkah. Aku akan menjemputmu. Sebentar lagi. -Dion Arkano Galeandra Katamu aku alasan jantung mu berdetak, tapi kenapa sekarang aku...